Luna Olivia, seorang mahasiswi semester akhir yang memiliki sifat bar-bar harus menerima kala dirinya dijodohkan karena balas budi Ayahnya.
Bara Adi Wijaya, seorang Ceo Casanova yang tidak ingin mempunyai komitmen dengan wanita, tetapi malah dijodohkan dengan orang tua nya.
***
Bagaimana jadinya jika seorang Ceo Casanova di jodohkan dengan gadis tengil yang bar bar?
Apakah mereka bisa bersatu dan saling menerima ?
Atau malah sebalik nya, mereka tidak akan bisa bersatu karena perbedaan yang ada ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ekadewi01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31. Ulet Bulu
Tepat jam 10 Feli memberitahu kalau perwakilan dari perusahaan Aditama Group sudah datang.
Tok..tok..tok
"Masuk!"
Setelah Bara mempersilahkannya masuk, Feli datang membawa seorang perempuan cantik dan sexy kedalam ruangan bosnya.
"Maaf Pak, saya mengantarkan perwakilan dari Aditama Group," Interupsi Feli.
Bara bangkit lalu menghampiri tamunya dan menjabat tangan wanita tersebut.
"Selamat datang, Nyonya," sapa Bara dengan bahasa formal.
"Selamat pagi menjelang siang," jawab wanita itu.
"Maaf, setau saya perwakilan Aditama Group itu tuan Bahar." Bara bertanya karena bukan tuan Bahar yang hadir melainkan seorang wanita.
"Betul, tuan Bahar itu papa saya dan saya disini menggantikan beliau, karena beliau sedang kurang sehat," jawab perempuan itu yang bernama Mira.
"Baiklah, silahkan duduk!" Bara mempersilahkan tamunya utuk duduk.
"Feli, bawakan minuman untuk tamu kita!"
Feli mengangguk lalu keluar dari ruangan Bara mengambil minuman untuk tamu bosnya.
Setelah Feli membawakan minuman, mereka mulai membahas masalah kerjasama perusahaan mereka.
Sebelum Bara berbicara, Mira sudah lebih dulu bicara. "Udah lama ya Bar kita nggak ketemu," ujar Mira dengan senyum menggoda.
"Apa kita pernah kenal sebelumnya?" Bara bertanya karena merasa tidak mengenal wanita di hadapannya.
"Lebih dari itu," jawabnya ambigu.
Jawaban dari Mira membuat Bara bingung. "Maksud anda?" Bara masih belum mengerti maksud perkataan Mira.
"Kita pernah menghabiskan malam bersama, apa kabar pedang kamu yang jumbo itu? jadi kangen ingin mengulangnya lagi." Jawaban frontal yang dilontarkan Mira membuat Bara bergidik ngeri.
Bara tidak mengingat apa benar dia pernah menghabiskan malam dengan wanita di hadapannya itu.
Saking banyak wanita yang pernah naik ke atas ranjangnya, dia sendiri pun sampai lupa siapa saja wanita-wanita itu.
Karena tidak ada yang berkesan, jadi dia tidak mengingat para wanita yang melayaninya selain Bella.
"Bisa lebih profesional? kita disini bahas masalah kerjasama. Jadi, tidak usah bahas masalah pribadi!" ucap Bara dengan tegas.
"Baiklah, kita mulai bahas masalah kerjasama perusahaan."
Mira menepati ucapannya yang akan fokus membahas masalah kerjasama dan tidak menyangkut pautkan dengan masalah pribadi.
Dua jam sudah Bara dan Mira mendiskusikan masalah kerjasama antar perusahaan mereka sampai masuk jam makan siang.
Luna masuk keruangan Bara tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu karena tadi sudah di perintahkan langsung naik keatas oleh suaminya.
"Eh, maaf menggangu." Ucap Luna saat melihat suaminya sedang berdiskusi dengan seorang wanita cantik dan sexy.
"Nggak sopan banget sih main masuk aja." Sinis Mira yang tidak mengetahui kalau wanita yang baru saja masuk itu istri Bara.
"Honey, sini!" panggil Bara.
Luna yang namanya dipanggil langsung saja menghampiri suaminya.
"Iya, By."
"Nyonya Mira, perkenalkan ini istri saya Luna Olivia." Bara memperkenalkan istrinya membuat Mira kaget.
Sejak kapan pria tampan dan gagah di hadapannya ini sudah menikah, pasalnya Mira sudah 3 bulan menetap di Singapura, jadi tidak mengetahui kabar tentang Bara Adi Wijaya.
"Luna istrinya Bara." Luna menjabat tangan nyonya Mira dengan sopan.
"Mira," jawabnya dengan malas.
Luna duduk di sebelah Bara. "Maaf ya By ganggu, belum selesai, ya?"
"Udah kok." Jawab Bara menatap istrinya.
"Sejak kapan menikah, Bar? terakhir saat kita menghabiskan malam bersama kamu masih single." Ujar Mira membuat Bara menggeram kesal.
Sementara Luna melirik sekilas kerah Bara, Bara yang dilirik seperti itu mersa khawatir. Takut sang istri marah, padahal baru mau memulai hubungan yang baik.
"Baru 2 bulan yang lalu, maaf saya tidak mengingat anda. Kalaupun memang kenyataan nya seperti yang anda ucapkan, itu semua hanya masa lalu saya." Bara menjawab pertanyaan nyonya Mira sembari menggenggam tangan sang istri.
Luna dibuat bangga dengan jawaban suaminya, walaupun sedikit kesal karena ternyata banyak sekali wanita yang sudah bermalam dengan suaminya.
"Aku masih ingat lho rasanya pedang kamu yang sangat jumbo itu saat aku kulum. Bagaimana gagahnya kamu dan saat kamu mencapai puncak nya, so sexy makes me want it again." Mira sengaja memanas-manasi Luna.
Luna mendengar ucapan nyonya Mira pun kesal, tidak bisa dipungkiri walaupun dia belum mencintai Bara, tetapi mendengar ucapan dari wanita yang sudah menghabiskan malam bersama suaminya ada sedikit perasaan tidak rela.
Luna meremas tangan Bara yang sedang menggenggam erat tangannya.
"Ya, benar yang di katakan suami saya, itu hanya sebuah masa lalu dan setiap orang memiliki masa lalunya masing-masing, baik ataupun buruknya masa lalu seseorang tidak akan bisa dirubah dan cukup dijadikan pelajaran agar bisa menjadi lebih baik lagi. Bukankan setiap orang mempunyai kesempatan untuk berubah?" Sahut Luna dengan sangat bijak.
Luna tau wanita yang ada di hadapannya ini sengaja ingin memanas-manasi dirinya. Dia tidak akan termakan ucapan wanita itu.
Bara begitu bangga dengan jawaban wanita yang dia cintai. Bara tau Luna kesal dengan perkataan nyonya Mira, tetapi Luna bisa membalas perkataan itu dengan sangat bijak dan santai tanpa emosi.
Mira terdiam sejenak dan kembali menampilkan wajah santainy. Dia berpikir Luna akan termakan dengan ucapannya. Namun, dia salah Luna sama sekali tidak terpengaruh dengan semua ucapannya.
"Betul, semoga Bara benar-benar bisa berubah dan tidak tidur dengan banyak wanita lagi. Saya kasihan sama kamu kalo hanya sebagai pelampiasan saja."
"Cukup nyonya Mira! saya pikir anda sudah keterlaluan. Disini kehadiran anda sebagai perwakilan dari Aditama Group untuk membahas masalah kerjasama, bukan masalah pribadi. Pembahasan kita mengenai masalah kerjasama sudah selesai, lebih baik anda sekarang pergi dari sini!"
Hilang sudah kesabaran Bara sedari tadi melihat nyonya Mira yang seakan sengaja membuka aib masa lalunya.
Tanpa berbicara sepatah katapun Mira pergi meninggalkan ruangan Bara. Wanita itu keluar dengan tidak sopan nya membanting pintu dengan kencang membuat Luna mengelus dada karena kaget.
"Honey, maafin aku. Tolong jangan terpengaruh dengan ucapan wanita itu." pinta Bara memohon karena tidak ingin Luna berubah pikiran hanya karena terpengaruh dengan perkataan Mira.
"Jujur, By. Walaupun aku belum mencintai kamu, tapi saat denger omongan cewek tadi aku juga kesel. Gimana nggak kesel coba, itu cewek bahas pas kamu sama dia lagi ngabisin malam berdua," jawab Luna dengan jujur.
"Maaf honey, aku nggak bisa rubah masa lalu yang udah aku lakuin selama ini sama seperti ucapan kamu tadi. Tapi tolong percaya sama aku, kalo aku serius mau berubah demi kamu." Bara masih berusaha meyakinkan istrinya.
"Iya, By. Ya udah, ayok makan siang dulu! nanti keburu habis jam makan siangnya. Oh iya, nanti setelah pulang dari kantor kita langsung ke rumah sakit aja cek kesehatan kamu."
"Siap, Nyonya." Guyon Bara memberi hormat membuat Luna terkekeh.
"Kita mau makan dimana, Honey?"
"Ke cafe depan aja yuk, By!" ajak Luna yang tidak ingin keluar jauh-jauh.
"Okay, ayok!" Bara bangkit lalu merangkul pinggang sang istri dengan mesra berjalan keluar.
Feli yang melihat Bara dan Luna semakin dekat mengepalkan tangannya tidak terima.
Semua karyawan yang berpapasan dengan bos mereka itu tersenyum memberikan tanda hormat. Mereka tidak menyangka bos mereka yang selama ini terkenal dingin dan arogan begitu mesra kepada istrinya.
"Selamat siang, Pak," sapa salah satu dari mereka.
"Siang." Luna lah yang menjawab sapaan mereka karena Bara hanya diam saja.
Luna yang melihat kedua sahabat nya pun sontak memanggil mereka. "Ajeng, Devan!" panggil Luna.
"Mau kemana kalian?"
"Mau ke cafe depan makan siang. Lah, lu mau kemana? kek nya kita ketinggalan berita ini, ada apa gerangan sama kalian berdua?" jawab Devan sekaligus bertanya.
"Bener, lu hutang penjelasan sama kita!" Ajeng menimpali perkataan Devan.
"By, boleh nggak mereka bareng kita aja makan siangnya?" Tanya Luna menggenggam tangan suaminya membuat Bara tidak bisa menolak.
"Baiklah, nggak masalah," jawabnya tidak keberatan.
"Ayok, kalian bareng kita aja! nanti gue jelasin semuanya." Ajak Luna yang di setujui Devan dan juga Ajeng.
Mereka berempat menyebrang jalan menuju ke cafe yang letak nya persis di sebrang kantor.
"Honey, kamu mau pesen apa?" Bara bertanya dengan lembut membuat kedua sahabat Luna kaget.
"Steak sama orange juice aja, By." jawab Luna.
"Kalian pesen aja apa yang kalian mau! biar saya yang bayar."
"Siap, Pak bos." Devan lah yang menjawab.
"Lumayan Nem, dapet gratisan." seru Devan membuat Luna dan Ajeng menggelengkan kepala.
"Kek orang susah aja lu, Jaenal. Enyak sama babeh lu juragan kontrakan, eh kelakuan anaknya udah kek karyawan di akhir bulan lagi nunggu gajian aja." celetuk Ajeng membuat Bara tertawa.
"Lah, Pak boss bisa tawa juga ternyata," guyon Devan.
Setelah mereka memesan makanan masing-masing, Luna mulai menceritakan semuanya kepada Devan dan juga Ajeng.
Karena selama ini mereka tau hubungan Luna dan Bara yang tidak akur, dan Luna juga tidak ingin menutupinya dari kedua sahabatnya.
"Bagus deh kalo kek gitu, semoga rumah tangga kalian selalu diberikan kebahagiaan." Jawab Ajeng setelah mendengar penjelasan Luna.
"Pak bos, saya titip Luna, ya. bagi saya Luna bukan cuma sahabat. tapi udah kek sodara saya sendiri. Saya harap juga Pak bos bisa bener-bener berubah dan nggak nyakitin Luna," ucap Devan dengan tulus.
"Tenang aja, kalian nggak usah khawatir! saya akan berusaha membahagiakan sahabat kalian." Jawab Bara mengecup punggung tangan istrinya.
"Kita seneng liatnya," sambung Ajeng.
Tidak lama pesanan mereka datang, mereka lanjut makan siang di selingi obrolan santai. Bara juga tidak terlalu kaku berbaur dengan sahabat istrinya.
Selesai makan Luna pamit ke musholla terlebih dahulu bersama dengan Ajeng dan juga Devan.
"Nggak mau shalat di ruangan aku aja?" tawar Bara.
"Nggak usah By, di musholla aja. Ya udah, aku duluan, ya." Pamit Luna pada suaminya lalu menyalami punggung tangan Bara.
***
Di mansion Wijaya, Mama Ayu dan Papa Gama yang mendengar kabar dari Kenan sangat bahagia.
Mereka tidak menyangka akan secepat ini Bara jatuh cinta dengan istrinya. Istri pilihan mereka untuk putra semata wayang mereka.
"Mama masih nggak nyangka Pa, kalo Bara bisa jatuh cinta sama Luna secepat ini." Ungkap Mama Ayu begitu senang.
"Iya, Ma. Papa pikir Bara akan sulit untuk jatuh cinta dengan istrinya, tetapi ternyata salah. Baru 2 bulan Bara sudah bisa jatuh cinta dengan Luna."
"Kita biarkan aja dulu, Pa. Jangan kita tanya-tanya, biar mereka menjalani hari-hari mereka berdua. Semoga Luna juga bisa secepatnya mencintai Bara." Harap Mama Ayu.
"Iya, Ma. Papa setuju. Kita doakan saja semoga rumah tangga mereka di limpahkan kebahagiaan."
"Aamiin. Semoga ya, Pa."
mau ngapain?