Raina harus rela menyewakan rahimnya demi membiayai pengobatan putranya yang menderita gagal ginjal pada seorang konglomerat bernama Adry dan istrinya Nita.
Selidik punya selidik ternyata pria itu adalah ayah dari anaknya. Leon akhirnya diperebutkan oleh Adry dan Raina hingga akhirnya Raina mengalah untuk memberikannya seorang bayi lagi asal Leon tidak diambil Adry.
Menukar seorang anak, demi kehidupan satu anaknya yang lain. Akankah seorang ibu tega melakukannya?
Area dewasa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Hutabarat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bahagia diatas Luka
Tubuh Raina melemas seketika setelah Adry meninggalkan dapur. Dia harus berpegangan pada tembok wastafel agar bisa tetap berdiri.
Dia langsung menyalakan keran dan membasuh wajahnya. Bayangan kebersamaan mereka sepuluh tahun lalu saja masih nyata dalam benaknya kini pria itu mulai memercikkan kembali api dalam dirinya.
Raina tidak tahu apakah itu? Yang jelas perasaan itu begitu kuat mengikatnya hingga dia tidak pernah bisa melihat pria lain hingga kini.
Dia mengira jika Adry adalah pria sama yang telah bersamanya pada malam itu namun hal itu perlu pembuktian lagi. Semua jawabannya akan terbuka dan jelas ketika dia memang melihat tatto di tubuh Adry.
Raina memegang bibirnya dengan gemetar jejak bibir Adry masih terasa panas di bibirnya dan aromanya masih menempel di tubuh wanita itu.
Setelah itu dia pergi ke kamarnya membersihkan diri lalu keluar lagi untuk memasak makan malam bagi mereka. Raina melihat kamar Adry masih tertutup rapat mungkin pria itu sedang tidur karena lelah atau apa. Dia tidak peduli.
Raina lalu turun ke bawah ke arah dapur. Dia mulai mengambil bahan-bahan di kulkas dan meracik semua bahan itu untuk dimasak beberapa jenis makanan.
Raina mengambil sumpit dan menjadikannya alat untuk menggulung rambutnya ke atas. Sandal dia lepaskan sehingga kakinya yang panjang dan langsing bersentuhan langsung dengan lantai yang terbuat dari marmer.
Dia lalu menggunakan Appron dan mulai menyetel lagu klasik kesukaannya. Sembari memotong dan mencuci sayur, dia mulai mendendangkan pelan lagu itu.
Saying I love you is not the words I want to hear from you
Kalimat 'Aku Cinta Kamu' bukanlah kata-kata yang ingin kudengar darimu
It's not that I want you not to say but if you only knew
Bukan berarti aku ingin kau tak mengatakannya namun jika saja kau tahu
How easy it would be to show me how you feel
Betapa mudahnya menunjukkan padaku bagaimana perasaanmu
More than words is all you have to do
Lebih dari sekedar kata-kata itulah yang harus kaulakukan
To make it real then you wouldn't have to say
Untuk membuatnya jadi nyata maka kau tak harus mengatakan
That you love me cause I'd already know
Bahwa kau mencintaiku karna aku sudah tahu.
Adry yang turun untuk mengambil sebotol jus dibuat terpesona dengan kehadiran wanita itu di dapur. Terlihat alami, itu yang ingin dia katakan mengenai penampilan wanita itu. Tidak ada sapuan make up semua kecantikannya itu tidak dibuat.
Sedangkan Raina terlihat tidak nyaman dengan pakaian itu. Berkali-kali dia menarik pakaiannya yang terasa melekat pas sekali di tubuhnya. Dia bergerak sedikit maka pakaian itu akan langsung naik ke atas. Apalagi belahan dadanya yang sedikit turun ke bawah membuatnya menarik ke atas. Apakah itu yang membuat Raina ingin membeli kaos atau celana jeans. Mungkin akan terasa nyaman untuknya. Pikir Adry.
"Just by saying ...," gumam Raina membalikkan tubuhnya ketika akan mengambil sendok di meja makan.
"I love you," lanjut Adry dengan wajah datar membuat Raina gugup. Di depannya telah berdiri Adry yang menggunakan kaos Polo dan celana pendek jeans pria itu terlihat maskulin dengan pakaian ini.
Dia lalu membalikkan tubuhnya. Tanpa sadar Raina mengigit bibirnya sendiri mengingat kejadian tadi.
Adry mengambil buah apel dan hendak menggigitnya namun Raina mengambil buah itu dari tangan Adry.
"Di cuci terlebih dahulu sebelum dimakan," kata Raina mencuci buah itu. Adry mengangkat bahunya ke atas.
Raina lalu menyerahkan apel itu lagi pada Adry.
"Aku kira ada seorang penyanyi salah masuk ke dapur," ledek Adry menatap Raina dari bawah hingga ke atas.
"Aku bisa masuk angin jika harus memakai gaun seperti ini terus," omel Raina memperlihatkan gaunnya. Dress berwarna merah tanpa lengan dan punggung sepanjang selutut.
"Pegawaiku mungkin ingin memberikan hiburan gratis untukku," ujar Adry menggigit apelnya.
"Bisakah aku membeli sendiri pakaian yang ingin kukenakan?" tanya Raina. "Atau memakai kaosmu itu terlihat lebih nyaman dari pada pakaian pesta ini."
"Itu pakaian sehari-hari, terlihat menarik dan berkelas," ujar Adry.
Raina menyipitkan matanya menatap Adry.
"Wanita di keluargaku selalu memakai dress yang rapi. Kau bisa melihat cara berpakaian Nita yang selalu bisa tampil mempesona."
"Tidak harus seksi seperti ini!" Raina kembali mengerjakan masakannya.
"Ku kira kau hanya terlihat berisi saja sehingga pakaian itu terasa sesak untukmu," kata Adry yang melihat lekukan tubuh Raina seperti gitar spanyol dan nampak padat di bagian dada dan pantatnya.
"Bukan berisi aku itu seksi kata orang-orang," ucap Raina terus terang.
"Ya, sempurna," imbuh Adry. Raina melirik Adry. Dia lalu mencicipi kuah sup iga buatannya.
"Kau cantik dan menarik, mengapa tidak menikah saja? Aku yakin pasti banyak pria yang menginginkan dirimu untuk jadi pasangannya."
"Tahun pertama setelah aku hamil, aku lalui dengan hujatan hingga lebih sering mengurung diri di rumah, tiga tahun berikutnya aku menyelesaikan kuliahku, setelah itu aku bekerja dan di saat itu aku baru tahu jika Leon sakit. Jadi tidak ada waktu bagiku untuk memikirkan seorang pria pun walau ada beberapa pria melamar."
Raina mematikan kompornya dan melihat ke arah mesin penanak nasi.
"Mengapa kau menolak semua pria yang melamarmu?"
"Mungkin belum jodoh padahal Dokter Ryan sudah berkali-kali melamarku!"
"Dokter Ryan?" gumam Adry.
"Ya. Apa kau tidak percaya?" tanya Raina mengambil wadah dan meletakkan masakan ke dalam sana.
"Jika dia menyukaimu, mengapa dia malah menawarkan dirimu untuk hamil anakku?" tanya Adry.
"Karena dia tahu aku sangat membutuhkan uang untuk kesembuhan Leon." Adry ingin menyela tetapi di potong oleh Raina. "Jangan berpikir aneh tentang dirinya. Dokter Ryan bersedia merawat Leon hingga sembuh andai kami menikah tetapi aku menolaknya. Dia berhak mendapat wanita yang lebih baik dari pada aku. Aku pun tidak ingin dibilang orang yang ingin memanfaatkannya."
"Hanya karena itu?" tanya Adry. Raina terdiam lalu menatap manik mata hijau Adry.
"Aku mungkin bisa mencari kebahagian ku, tetapi Leon? Aku tidak ingin melihat dia merasa kehilanganku karena aku mempunyai orang lain yang kucintai selain dirinya." Raina menunduk menahan emosi dalam hati.
"Leon hanya memilikiku dalam hidupnya, apakah aku akan tega membina keluarga baru sedangkan dia tersingkir dan sendiri?" Adry terdiam menatap manik mata Raina yang sendu dan penuh kesedihan.
"Katakan jawabannya andai kau menjadi aku?" desak Raina dengan dada yang sesak dan mata yang telah berkaca-kaca.
Adry hanya terpaku diam sejenak. Tidak tahu harus mengatakan apa. Kata-kata Raina seperti sebuah sindiran keras baginya.