UNSOLVED PUZZLE

Setelah malam yang panjang penuh dengan api unggun, tawa, dan kenangan di pegunungan, pagi berikutnya tiba dengan cepat. Dengan berat hati, Ryuga dan teman temannya berpamitan dengan Kazuki. Mereka tahu, saat mereka naik kelas nanti, kesibukan akan membuat waktu berkunjung semakin sulit.

"Terima kasih, Paman Kazuki, untuk segalanya. Latihan, dukungan, dan kebersamaan ini sangat berarti bagi kami," kata Ryuga dengan tulus.

Kazuki tersenyum hangat. "Ingatlah apa yang kalian pelajari di sini. Kalian semua punya potensi besar. Jangan biarkan apapun menghentikan kalian."

Setelah pelukan terakhir, mereka kembali ke kota dengan perasaan campur aduk. Sesampainya di kota, mereka berpisah, kembali ke kehidupan normal mereka masing masing, tetapi dengan semangat dan tekad yang baru.

Ryuga langsung fokus mencari informasi tentang kakaknya. Meski ujian kenaikan kelas semakin dekat, pikirannya terus dipenuhi oleh keberadaan kakaknya yang hilang. Setiap petunjuk yang didapatnya dia teliti dengan seksama, meskipun banyak yang masih belum jelas.

Shiro, di sisi lain, sibuk mempersiapkan diri untuk kenaikan kelas sekaligus mengejar mimpinya di dunia fashion. Dia ingin menjadi model di majalah terkenal dan mulai mengambil langkah langkah untuk mewujudkan mimpinya tersebut. Setiap sesi latihan dan pemotretan dia jalani dengan penuh semangat, berharap suatu hari nanti akan berhasil.

Satoshi dan Hiroshi kembali terjun ke dunia gelap mereka, mencari tahu masalah apa yang akan mereka hadapi selanjutnya. Mereka sadar bahwa kegelapan yang mereka lawan di pegunungan hanyalah permulaan. Dengan menggunakan jaringan informan dan koneksi mereka, mereka berdua menggali lebih dalam tentang sepuluh pembunuh peringkat teratas dan rahasia di balik kode 10124. Satoshi, meski dingin terhadap banyak orang, sangat peduli pada Ryuga dan bertekad melindunginya sesuai janji kepada ayahnya.

Shaman kembali ke kota dengan tujuan awal hanya ingin berlibur, tetapi rasa penasaran tentang gelar "12 Matahari" yang dia miliki tetap menghantuinya. Meski tidak memiliki misi khusus, dia merasakan ada sesuatu yang tersembunyi di balik gelar tersebut. Shaman tahu bahwa dirinya memiliki rahasia yang mungkin suatu hari nanti akan terungkap.

"Hei, Shiro, lihat gayamu waktu melawan Dwizoujin tadi. Kayak superhero dari film!" kata Ryuga sambil tertawa.

"Ah, serius? Aku pikir lebih mirip badut yang kehabisan napas," jawab Shiro sambil tertawa terbahak-bahak.

Satoshi tersenyum tipis. "Setidaknya, kita semua masih utuh dan siap untuk liburan."

"Dan siap untuk latihan lebih keras lagi!" tambah Hiroshi, membuat semua orang tertawa.

Di kota, mereka kembali ke kehidupan normal mereka, siap menghadapi ujian kenaikan kelas dan tantangan baru yang menanti. Namun, ikatan persahabatan mereka semakin kuat, dan mereka tahu bahwa apapun yang terjadi, mereka akan selalu bersama.

Di sekolah, mereka disambut oleh teman teman mereka, termasuk Anui dan Shun, teman dekat Ryuga. Anui adalah teman dekat yang memiliki kekuatan dan kemampuan yang masih misterius.

Shun, yang sangat dekat dengan Anui dan Ryuga, merasa seperti saudara bagi mereka. Shun selalu mendukung apapun yang dilakukan oleh Ryuga dan teman temannya, meskipun dia sudah tahu masalah besar yang mereka hadapi.

Ruka, seorang wanita di kelas yang sangat terobsesi dengan fashion dan seni bela diri, serta malu malu kucing terhadap Ryuga, menyambut mereka dengan antusias. "Ryuga! Shiro! Kalian akhirnya kembali. Jadi, bagaimana liburannya?" tanyanya dengan nada yang tampak acuh tapi sebenarnya penuh perhatian.

Lee Kim dan Taka, teman sekelas Ryuga, menyambut kepulangan teman temannya dengan antusias. Lee Kim, yang sedang giat berlatih untuk meraih juara boxing, merasa senang bisa kembali berlatih bersama teman temannya. Taka, meski tak terlibat langsung dalam masalah gelap yang dihadapi Ryuga dan lainnya, terlanjur terseret dalam konflik ini. Dia bertekad untuk membantu teman temannya sebisa mungkin.

Hari hari di sekolah diisi dengan canda tawa, persiapan untuk kenaikan kelas, dan persahabatan yang semakin erat. Namun, bayangan kegelapan tetap membayangi mereka, menunggu saat yang tepat untuk muncul kembali.

Ketika suasana sekolah SMA Daruma kembali normal dan para siswa menikmati rutinitas mereka, sebuah ancaman baru muncul tanpa diduga. Segerombolan siswa misterius dari sekolah kota seberang telah menunggu di depan gerbang sekolah. SMA Daruma dan sekolah kota seberang sudah lama memiliki konflik, meskipun asal muasal perseteruan ini masih menjadi misteri.

Hari itu, ketika bel masuk berbunyi, segerombolan siswa dari sekolah seberang tiba tiba menyerbu gerbang sekolah SMA Daruma. Mereka merusak gerbang sekolah dan membuat porak poranda halaman sekolah, menciptakan kekacauan di antara para siswa yang baru saja datang.

Ryuga dan teman temannya yang sedang berjalan menuju kelas, segera melihat keributan itu. Ryuga merasa marah dan bingung, tidak mengerti mengapa mereka diserang. "Apa yang mereka lakukan? Ini benar benar gila!" serunya.

Shiro menatap dengan wajah serius. "Kita harus melakukan sesuatu!"

Namun, sebelum mereka bisa bergerak, beberapa kakak kelas muncul dari arah gedung sekolah. Aura mereka memancarkan ketegangan dan kewibawaan yang membuat suasana semakin dramatis dan tegang.

Shaman, dengan sikap tenangnya, berdiri di depan gerbang yang porak poranda. "Kalian mencari masalah di tempat yang salah," katanya dengan suara rendah tapi penuh ancaman.

Di samping Shaman berdiri Kentoka, seorang ahli bela diri yang terkenal dengan kemampuannya dalam karate dan jiu jitsu. "Ini bukan tempat untuk anak-anak bermain main," ucapnya dengan nada dingin.

Darumaji, seorang kakak kelas dengan tubuh kekar dan terkenal sebagai petarung jalanan, berdiri dengan sikap siap bertarung. "Kalian mau cari masalah? Kalian dapat masalah," katanya sambil mengepalkan tinjunya.

Ryuken, seorang ahli kendo yang selalu membawa pedang bambu, berdiri tegak dengan tatapan tajam. "Kami tidak akan membiarkan kalian menginjak injak kehormatan sekolah kami," ucapnya dengan penuh keyakinan.

Terakhir, Trytan, seorang jenius taktik dan ahli dalam bela diri campuran, melangkah maju dengan senyuman dingin di wajahnya. "Kalian tidak tahu apa yang kalian hadapi," katanya, menantang.

Ketegangan semakin memuncak saat segerombolan siswa dari sekolah seberang maju untuk menyerang. Shaman dan teman temannya tidak tinggal diam. Mereka segera melawan dengan keahlian bela diri masing masing.

Ketika pertarungan antara SMA Daruma dan SMA Orochi berlangsung, banyak dari gerombolan tersebut yang tumbang. Namun, pertempuran ini ternyata hanya permulaan. Dengan kekalahan anak buah mereka, beberapa jagoan utama dari SMA Orochi akhirnya muncul, membuat seluruh suasana sekolah menjadi semakin tegang dan mencekam.

Shaman, Kentoka, Darumaji, Ryuken, dan Trytan berdiri di tengah halaman sekolah yang porak poranda, napas mereka terengah engah setelah pertarungan sengit. Tiba tiba, dari kerumunan yang berserakan, muncul lima sosok yang tampak lebih berbahaya dan tangguh daripada yang sebelumnya.

Senki, dengan rambut panjang berwarna merah dan tatapan dingin, berjalan maju dengan langkah penuh keyakinan. "Kalian sudah melakukan pemanasan yang cukup. Sekarang giliran kami."

Iguma, seorang petarung dengan tubuh besar dan otot kekar, menyeringai sambil mengepalkan tinjunya. "Kalian pikir kalian sudah menang? Ini baru permulaan."

Cobra, seorang ahli bela diri dengan gerakan lincah dan cepat seperti ular, menatap mereka dengan mata penuh kebencian. "Kalian akan menyesal telah menantang kami."

Raijin, seorang ahli taekwondo dengan tendangan yang mematikan, berdiri dengan sikap angkuh. "Kalian hanyalah batu loncatan bagi kami."

Ushikawa, seorang petarung jalanan dengan wajah penuh bekas luka, tertawa keras. "Kami akan menghancurkan kalian, seperti yang pernah kami lakukan sebelumnya."

Munculnya lima jagoan dari SMA Orochi membuat seluruh isi sekolah gempar. Para siswa SMA Daruma mengenali mereka dari sejarah yang sudah ada. Lima orang ini pernah hampir membuat sekolah mereka tumbang. Ketegangan meningkat, dan atmosfir terasa semakin mencekam.

Para siswa yang menonton dari kejauhan mulai berbisik cemas. "Mereka adalah lima jagoan dari SMA Orochi! Kita dalam masalah besar!" salah satu siswa berbisik panik.

"Kita harus melakukan sesuatu!" seru siswa lain dengan nada putus asa.

Shaman melangkah maju, menghadapi Senki dengan tatapan tajam. "Kalian tidak akan berhasil kali ini," ucapnya dengan suara tenang namun penuh ancaman.

Senki tersenyum dingin. "Kita lihat saja."

Kentoka menghadapi Iguma, tubuhnya tegang namun siap bertarung. "Kali ini, kami tidak akan membiarkan kalian menang."

Iguma menyeringai lebar. "Kami akan melihat seberapa kuat kalian."

Darumaji, dengan tinju yang sudah siap, menatap Cobra. "Kalian tidak tahu dengan siapa kalian berurusan."

Cobra hanya tertawa kecil. "Kita lihat siapa yang akan tertawa terakhir."

Ryuken berdiri dengan pedang bambunya, menghadapi Raijin. "Kalian akan jatuh seperti sebelumnya."

Raijin membalas dengan tatapan penuh keyakinan. "Kami tidak akan kalah lagi."

Trytan, dengan sikap tenang dan penuh strategi, menghadap Ushikawa. "Kalian mungkin kuat, tapi kami tidak akan menyerah."

Ushikawa tertawa keras. "Kita lihat seberapa lama kalian bisa bertahan."

Shaman melawan Senki dengan gerakan taekwondo dan aikido yang lincah dan efisien. Senki dengan cepat menyadari bahwa Shaman bukan lawan yang mudah. Mereka bertarung dengan kecepatan tinggi, saling melancarkan serangan yang mematikan.

Kentoka menghadapi Iguma dengan pukulan karate yang presisi dan kekuatan jiu jitsu. Iguma menggunakan kekuatannya untuk mencoba mengalahkan Kentoka, tapi Kentoka berhasil menghindari serangan serangannya dengan gerakan yang cepat dan terarah.

Darumaji melawan Cobra dengan gaya bertarung jalanan yang brutal. Cobra mencoba menyerang dengan gerakan cepat dan lincah, tapi Darumaji menangkis setiap serangan dengan kekuatan yang mematikan.

Ryuken berhadapan dengan Raijin. Tendangan taekwondo Raijin yang cepat dan kuat membuat Ryuken harus menggunakan seluruh keahliannya dengan pedang bambu untuk bertahan. Pertarungan mereka adalah adu kecepatan dan ketepatan yang memukau.

Trytan menghadapi Ushikawa dengan gaya bela diri campuran. Ushikawa mencoba menggunakan kekuatan fisiknya untuk menjatuhkan Trytan, tapi Trytan dengan tenang menggunakan setiap celah untuk menyerang balik dengan teknik yang mematikan.

Setiap serangan dan pertahanan membuat suasana semakin tegang. Para siswa yang menonton tidak bisa berpaling, terhipnotis oleh pertempuran epik di depan mereka.

"C'mon, Shaman! Kau bisa mengalahkan mereka!" teriak salah satu siswa dari kerumunan.

"Kentoka, jangan biarkan dia menang!" sorak siswa lainnya.

"Darumaji, hajar dia!" teriak siswa lainnya dengan penuh semangat.

Pertarungan berlangsung sengit dan dramatis. Meskipun SMA Daruma memiliki keunggulan, lima jagoan dari SMA Orochi juga menunjukkan kekuatan mereka yang luar biasa.