XAVIERA TRANSMIGRATION

...~XAVIERA TRANSMIGRATION~...

Di sebuah ruangan khusus terlihat ada beberapa pria yang sibuk dengan mata yang fokus menghadap laptop.

Devon, pria itu selain pandai memimpin perusahaan, ia juga pandai mengatur strategi bahkan ia adalah seorang hacker yang sering kali di bayar tinggi oleh orang-orang penting.

Tetapi disaat ia melakukan aksinya, ia pasti memakai masker dan topi agar identitasnya tidak diketahui.

Lain halnya saat ini, karena di kelilingnya adalah para sahabatnya. Dengan lihai pria itu terus mengotak-atik laptop canggih itu dengan sesekali mengerutkan keningnya.

"Hm mereka ada disini!"

Ucapannya menarik perhatian orang-orang di sekelilingnya.

"Ternyata pria tua itu musuh Daddymu juga Xavier!"

"What?"

Rahang Xavier mengeras saat itu juga, kedua tangannya mengepal lalu melempar gelas yang ada di meja itu.

Prang!

"Tenanglah Xavier" Maxime mencoba untuk menenangkan adiknya itu.

"Lalu lewat jalur mana kita bisa menyerang?" Louis nampak mengarahkan jari telunjuknya ke arah jalanan yang tertera di laptop itu.

"Lihatlah, dari sini kita bisa menutup jalan. Bahkan polisi tidak dapat menghentikan kita" Devon mulai menyampaikan rencana yang ada di pikirannya.

Membuat Xavier ikut bergabung lagi untuk menatap layar laptop itu.

"Kapan dimulainya?" Marcel menimpali strategi rencana.

"Besok!" ucap Devon mantap.

...⏳...

Di sebuah kamar bernuansa soft pink itu terdapat Lyn dan Viera yang sudah tertidur pulas. Namun dering ponselnya membuat Viera terbangun untuk melihat siapa yang menelponnya malam-malam.

"Xavier?" gumamnya lalu mendudukan diri.

"Iya hallo?"

"Sayang aku tunggu di luar!"

Viera melirik ke arah jam dinding di atas meja rias.

"Iya tunggu sebentar" setelah itu panggilan di matikan.

Gadis itu turun perlahan dari ranjang menuju toilet, ia ingin mencuci muka terlebih dahulu.

Setelah itu ia mengambil tas nya, tangannya terulur untuk membangunkan Lyn.

"Lyn."

"Hm" Lyn menggeliat lalu ia menggercapkan matanya.

"Kenapa Viera?" gadis itu terduduk sambil mengucek sebelah matanya.

"Aku mau pulang dulu ya, Xavier udah jemput didepan. Terimakasih ya buat hari ini, besok bajunya aku kembalikan kalau sudah dicuci."

Lyn tampak mengangguk dengan mata yang masih mengantuk. "Iya santai aja Viera, yaudah yuk aku antar!"

Viera menahan pergerakan Lyn "Udah aku sendiri aja, kamu lanjut tidur ya. Bye bye Lyn!"

Setelah menutup pintu dengan hati-hati, ia melihat kearah mobil Xavier lalu gadis itu berlari kecil.

Xavier yang tengah bersandar di mobilnya itu langsung merengkuh gadisnya lalu menyembunyikan wajahnya di ceruk leher favoritnya itu.

"Kangen banget" suara Xavier teredam.

"Iya aku juga, yuk pulang dulu. Kamu pasti belum bersih-bersih kan?" Viera melonggarkan pelukan untuk melihat wajah Xavier.

Xavier menggeleng samar.

.

.

Viera nampak sedang betkutat dengan roti tawar dan sayuran yang ada, jam sudah menujukan pukul 02.15 dini hari. Jadi ia membuatkan sandwich untuk Xavier. Ia juga menyeduh susu hangat untuk mereka.

Hembusan napas di telingannya serta sepasang tangan kekar yang memeluknya dari belakang itu membuat gadis itu menoleh.

"Ini makan dulu, abis itu tidur ya" Viera mengarahkan untuk Xavier yang sedari tadi banyak diam itu untuk mengisi energinya terlebih dahulu.

Gadis itu menopang dagu dengan tangan kirinya dan sesekali menyesap susu hangat itu hingga habis.

Terlihat Xavier menyeka mulutnya dengan tisu setelah menyelesaikan makannya dan juga menandaskan susu hangat nya.

Tangan kecil itu mengelus rahang kokoh Xavier, membuat pria itu kini menatapnya lekat.

"Sayang gapapa kan?" Viera bertanya dengan sangat halus, membuat Xavier merasa bersalah karena dari tadi banyak diam.

Pria itu tidak menjawab lalu ia beranjak sambil menarik tangan gadisnya lembut menuju kamarnya.

Kembali ia memeluk Viera erat sambil menyembunyikan wajahnya di leher gadisnya.

"Jangan tidur dulu ya abis makan!"

Xavier mengangguk samar. "Sayang" suaranya terdengar seperti gumaman.

"Iya sayang kamu kenapa?" Viera mencoba mengelus punggung kokoh itu.

"Sayang banget, jangan tinggalin aku ya" kini Xavier menatap manik indah gadis yang sudah berhasil menghancurkan pertahanan nya sebagai pria dingin itu.

Mendengar kalimat itu membuat jantung Viera bergetak tidak beraturan.

"Bagaimana aku bisa meninggalkan pria tampan seperti anda Tuan Xavier?" Viera tersenyum untuk menenangkan pria di sampingnya ini.

"Tentu saja, tidak ada yang bisa menolak pesonaku!" kembali tubuh yang lebih kecil darinya itu ia rengkuh, sesekali ia mengecup leher gadisnya membuat bulu kuduknya meremang sendiri.

Xavier menghela napasnya kasar, ia teringat kata-kata Mommy nya waktu itu.

"Sayang cepatlah lulus sekolah."

...⏳...

.

.

Maaf ya part ini sedikit

♡♡♡♡