Safira di jebak oleh teman-teman yang merasa iri padanya, hingga ia hamil dan memiliki tiga anak sekaligus dari pria yang pernah menodainya.
Perjalanan sulit untuk membesarkan ke tiga anaknya seorang diri, membuatnya melupakan tentang rasa cinta. Sulit baginya untuk bisa mempercayai kaum lelaki, dan ia hanya menganggap laki-laki itu teman.
Sampai saat ayah dari ke tiga anaknya datang memohon ampun atas apa yang ia lakukan dulu, barulah Safira bisa menerima seseorang yang selalu mengatakan cinta untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sun_flower95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 27
Saat ini Arselo tengah berhadapan dengan kedua orang tuanya dan Arsela yang berada di sebelah mamanya. Entah kenapa suasana ini lebih mencekam dari pada saat ia di minta untuk menikahi Vivi beberapa bulan yang lalu, bahkan ia tak berani menatap wajah orang-orang yang ada di depannya.
"Bisa kamu jelaskan secara langsung pada kami?" tanya tuan Ardan setelah lima belas menit berlalu tanpa ada percakapan di antara mereka.
Arselo langsung turun dari kursinya dan bersimpuh di hadapan orang tuanya.
"Aku minta maaf, ma, pa" ucap Arselo sambil menundukkan kepalanya dalam.
"Arselo, papa dan mama merasa sudah gagal menjadi orang tua untuk mu, kami sudah pernah memperingatkan mu dulu saat kamu mulai beranjak dewasa, bahkan kami sudah sering menegur mu, sering memperingati mu tentang hal ini, sampai akhirnya kemarin Vivi datang meminta pertanggung jawaban mu, kami kira itu adalah kali terakhir kamu membuat kami kecewa-" ucap tuan Ardan "Tapi ternyata ada wanita lain yang tidak bersalah bahkan tidak pernah mengenal keluarga kita yang kamu hancurkan masa depannya, sehingga harus menanggung malu karena hamil tanpa suami" sambung tuan Ardan dengan rasa marah dan kecewa yang sudah bercampur aduk.
Sedangkan nyonya Sita hanya mampu membuang tatapannya ke arah lain, ia sudah tak mampu membendung semua perasaannya ia bahagia karena tahu jika Dayyan, Raiyan dan Qirani adalah cucunya. Ia merasa bersalah dan malu pada Safira kerena perbuatan anak sulungnya itu dia harus menanggung beban berat, hamil tanpa suami dengan tiga nyawa yang ada di dalamnya, melahirkan tanpa suami atau pun keluarga dan hanya di dampingi oleh orang yang merasa iba dan kasihan saja, belum lagi tentang pemikiran buruk orang-orang terhadapnya. Ia juga marah dan kecewa pada Arselo, ia tidak menyangka jika anaknya bisa menjadi pria kejam dan tak berperasaan seperti itu.
Dan karena memikirkan itu nyonya Sita tiba-tiba saja pingsan dan tak sadarkan diri, sehingga membuat tuan Ardan dan Arsela panik seketika.
"Mama, bangun ma" ucap Arsela sambil menepuk-nepuk pipi mamanya pelan.
"Sel, biar papa pindahin mama dulu ke kamar, habis itu kamu periksa mama di sana ya" ucap tuan Ardan yang akan mengangkat tubuh istrinya.
Arsela pun mengangguk patuh, ia meninggalkan Arselo ke kamarnya untuk membawa stetoskop dan tas kerjanya. Sedangkan tuan Ardan sudah pergi ke kamarnya terlebih dahulu sambil mengangkat tubuh istrinya.
Arselo tak berbuat apa-apa, ia pun marah pada dirinya sendiri. Ia juga menghawatirkan kesehatan mamanya akan menurun karena kejadian ini.
Setengah jam kemudian akhirnya nyonya Sita pun sadar dari pingsannya.
"Enghh" suara lenguhan nyonya Sita membuyarkan lamunan Arsela yang tengah menunggui mamanya.
"Mama, apa yang mama rasain?" tanya Arsela khawatir.
"Mama sedikit pusing, Sel" ucap nyonya Sita seraya berusaha untuk duduk di tempat tidurnya.
Arsela yang melihat itu segera membantunya menata bantal untuk di jadikan senderan nyonya Sita. Arsela juga memberikan nyonya Sita air minum beserta obat yang sudah ia sediakan.
"Mama minum dulu obatnya ya, supaya pusingnya cepat reda" ucap Arsela.
Nyonya Sita pun menerima obat itu dan meminumnya. Setelah menyimpan gelas kosong itu ketempat semula, Arsela meraih tangan nyonya Sita dan menggenggamnya.
"Mama, aku tahu mama pasti marah dan kecewa terhadap bang Elo, tapi mama juga jangan terlalu memikirkannya. Ingat, itu bisa mengganggu kesehatan mama" ucap Arsela.
"Mama gak nyangka, Sel. Anak yang selalu mama prioritaskan ternyata mengecewakan mama dengan cara seperti ini. Mama juga malu sama Safira dan juga anak-anak, mama takut mereka gak mau nerima mama dan papa sebagai nenek dan kakek mereka" ucap nyonya Sita sedih.
"Aku yakin, Safira akan memaafkan kita ma, dia pasti akan memberikan pengertian pada si kembar tiga, tapi aku juga yakin kalau Safira dan anak-anak gak akan mudah memaafkan Abang" ucap Arsela.
"Ya mama juga berharap seperti itu Sel, mama sangat ingin bertemu dengan Safira, Dayyan, Raiyan dan Qirani, mama merindukan mereka.
Saat nyonya Sita dan Arsela masih berbicara, pintu kamar itu di ketuk seseorang dan tak berapa lama muncul Arselo, dia segara menghampiri mamanya, Arsela yang mengerti situasi pun keluar dari kamar itu.
"Ma, aku minta maaf sudah membuat mama kecewa untuk kesekian kalinya" ucap Arselo seraya menggenggam tangan nyonya Sita.
Nyonya Sita diam tak bergeming, ia hanya menarik nafas dan mengeluarkannya pelan.
"Apa kamu sudah menemui dan meminta maaf pada Safira?" tanya nyonya Sita.
Arselo tidak menjawab ia hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Kau tahu Arselo, sebagai sesama wanita mama merasa sangat sakit hati dan marah terhadap kelakuan mu, tapi mama juga seorang ibu yang menginginkan hal terbaik untuk anaknya, maka dari itu kamu harus berusaha lah mendapatkan maaf dari Safira dan juga pengakuan dari anak-anak mu, meskipun itu sulit" ucap nyonya Sita.
"Ia ma, aku akan berusaha untuk itu" jawab Arselo yakin.
"Lalu bagaimana dengan Vivi?" tanya nyonya Sita.
"Beri aku waktu untuk membuktikan semua kebenarannya ma, aku yakin jika anak itu bukan anak ku" jawab Arselo lagi.
"Bagaimana pun caranya, apa pun hasilnya nanti, mama harap kamu bisa mempertanggung jawabkan semuanya" ucap nyonya Sita.
"Iya ma, aku mengerti" jawab Arselo.
***
Di tempat lain, seorang wanita hamil besar tengah menghancurkan kamarnya, ia mengunci kamarnya sendirian sehingga suster yang menjaganya pun tak bisa mengetahui apa yang terjadi dalam kamar tersebut. Wanita itu menangis dan marah.
"Arselo s***an, b******n kau" umpat wanita itu.
Vivi pulang ke apartemennya dengan wajah marah setelah tadi memeriksakan kandungannya di rumah sakit, saat ia melihat Arsela masuk ke sebuah kafe setelah menerima telpon dari seseorang dia pun mengikutinya dan betapa terkejutnya ia setelah mendengar obrolan mereka tentang tiga anak kembar dan seorang wanita yang bernama Safira.
"Susah aku masuk ke lingkungan keluarga itu, dan hanya ini yang aku dapat, aku juga sudah membayar mahal orang untuk memanipulasi anak ini menjadi anak Arselo, dan sekarang apa yang harus aku lakukan untuk tetap menempati posisi ini" ungkap Vivi histeris seperti orang yang kerasukan.
Rambut panjang yang biasanya tertata rapih itu, kini tak ada bedanya dengan rambut singa yang mengembang dan amburadul, kamarnya pun sudah berantakan dan tak beraturan kosmetik mahalnya pun berserakan menyatu dengan pecahan-pecahan kaca.
"Aku akan mencari tahu anak-anak dan wanita itu, akan ku lenyap kan mereka, jika aku tak bisa memiliki Arselo, maka dia juga tak akan bisa memilikinya!!!"