Bagaimana rasanya tinggal seatap dengan mantan istri, tapi dengan status yang berbeda?
Sisa trauma pengkhianatan sang Istri membawa Bara bertemu Rea, gadis yang menurutnya sangat manis dalam hal apapun. Namun, Bara harus kembali menelan kekesalan saat mamanya bersikeras kembali menjodohkannya?
SEASON 2
Pengkhianatan Galen di malam sebelum pernikahan membuat Alesya Damara Alnav trauma. Video 19 detik membuat geger dan menghantam habis cintanya, hingga seorang duda menawarkan diri menjadi pengantin pengganti Galen untuk Alesya.
Akankah pernikahan mereka bahagia? Bagaimana cara Abberico Reivander mengobati luka hati seorang Alesya? sedang sifat sama-sama dingin membuat keduanya tersekat jarak meski raga berdampingan.
Happy Reading💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 - Talak
"Mas Bara, mari kita bercerai."
Bara terdiam, ia menatap ke arah Rea dan Najira bergantian.
"Soal Mama, biar aku yang bicara. Kita sesama wanita, beliau pasti mengerti keputusanku."
Revan sendiri terkejut, entah ia harus bersikap bagaimana, bahagia atau sedih? Najira akan bercerai, tapi bagaimana dengan dirinya?
"Rea, bisa kita pergi? Biarkan Najira dan Bara bicara berdua." ajak Revan, Rea mengangguk dan hendak bangkit akan tetapi tangan Bara menahannya.
"Dia berhak disini." tekan Bara.
Revan mendekus, ia kesal dengan sikap Bara yang menahan adiknya bahkan tuk sekedar pergi sebentar.
Najira tertawa sinis, menatap Bara.
"Dia juga berhak pergi dengan kakaknya, Mas." tekan Najira seolah memaksa Bara mengingat bagaimana status mereka.
"It's oke, pergilah!"
Sebenarnya Bara cukup terkejut dan syok, bagaimana mungkin gadis sebaik Rea ternyata adalah adik dari selingkuhan istrinya?
Bara menatap Najira sengit, ia bukan membenci Najira hanya saja tidak menyukai cara wanita itu untuk lepas darinya.
"Jika ini tujuanmu, seharusnya kamu cukup bicara baik-baik padaku bukan? tidak harus bermain api dengan laki-laki lain."
Najira tersenyum, akan tetapi juga tidak bisa menahan air matanya yang turun.
"Kamu pikir aku mau seperti ini? bagi seorang wanita, menikah cukuplah sekali karena pernikahan adalah hal yang sangat sakral. Tapi, apa kamu pernah memikirkanku barang sedikitpun, Mas? Memikirkan perasaanku misalnya? selama dua tahun ini, memang kamu pernah bersikap lebih manis dari pada sikapmu kepada Rea tadi?"
Bara terdiam, karena pada kenyataannya ia tak bisa menyamakan sikapnya kepada Rea dan Najira, mereka dua orang yang berbeda.
Bara penasaran dengan Rea, entah kenapa sejak saat itu Bara selalu ingin melindungi Rea dan tak akan membiarkan laki-laki manapun dekat dengannya.
"Aku minta maaf." aku Bara akhirnya.
"Aku mencintai Mas Revan, dia memperlakukanku dengan penuh cinta, dia bukan hanya menjadikanku ratu dalam hidupnya, tapi dia juga selalu mengerti perasaanku bahkan selalu ada di saat aku sedih."
Bara tertegun, tiba-tiba memori kehidupan mereka yang terlewat berputar di kepala dan hal itu kembali memancing emosi sekaligus ketakutan hatinya.
"Kamu berhak hidup dengan laki-laki yang kamu cintai," ucap Bara dengan suara bergetar.
Najira menggenggam tangan Bara dan tersenyum getir.
"Aku minta maaf, Mas. Dalam hal ini, aku mengaku bersalah. Aku tidak sepantasnya mengotori pernikahan kita, akan tetapi kehadiran Mas Revan dengan segala kebaikannya membuat aku melambung tinggi hingga lupa akan siapa aku sebenarnya. Mari kita selesaikan sesegera mungkin."
"Aku akan bicara dengan Mama lebih dulu," ucap Bara.
"Baik, Mas. Kamu bisa menalakku lebih saat ini juga." pinta Najira, lalu dengan tubuh bergetar Bara mengucapkan kata talak kepada Najira sebanyak tiga kali.
"Terima kasih, Mas." Najira meraih tasnya lalu beranjak pergi meninggalkan Bara. Sementara Revan dan Rea yang menyaksikan hanya bisa menatap dengan pikiran entah kemana.
***
"Jadi Mas Revan selingkuhan istrinya, Mas Bara?" cerca Rea tak kuasa menahan tangisnya.
"Mas minta maaf, tapi itulah kenyataannya."
"Jadi laki-laki yang melakukan itu di rumah Mas Bara dengan istrinya itu Mas Revan?"
Revan mengusap wajahnya, akan tetapi ia mengangguk jujur.
"Rea kecewa sama Mas Revan." ucap Rea begitu lantang, dan berlari meninggalkan Revan begitu saja.
"Rea..." teriak Revan berusaha mengejar. Akan tetapi terhalang Bara yang lebih dulu meraih adiknya, dan hal itu membuat Revan sedih.
"Dia perlu waktu untuk menerima kalau kakaknya memang perebut istri orang."
"Na..." Revan tertegun.
"Mana panggilan sayangmu? Apa setelah ini kamu juga akan pergi?" cerca Najira.
"Honey..."
Najira langsung menghambur dan menangis di pelukan Revan.
"Aku lega, Mas. Aku sudah lega sekarang, keputusanku sudah benar kan?" Najira masih terisak. Revan menarik tipis sudut bibirnya tersenyum.
"Iya, kamu sudah melakukannya sayang. Kamu nggak salah, kalian berdua nggak ada yang salah. Di dunia ini tak ada orang yang sempurna."
"Aku hanya merasa tak bisa memenuhi permintaan terakhir orang tuaku dengan baik." isak Najira.
"Tak apa, tak ada yang perlu dipaksakan honey. Mereka di atas sana pasti sudah melihatnya dan paham akan posisimu. Baik kamu ataupun Bara, asal kalian menyelesaikannya dengan baik aku rasa tidak ada yang perlu di sesalkan."
"Makasih, Mas. Aku minta maaf, jika perkataanku kemarin menyakitimu. Aku memang naif, padahal sebenarnya aku sangat butuh kamu di sisi rapuhku." tutur Najira.
Revan mengeratkan pelukan, tangannya terus mengusap punggung Najira dan berharap perlakuannya sedikit memuat Najira berhenti menyalahkan diri sendiri.
"Bagaimana dengan Rea-ku." Revan kembali sedih mengingat raut wajah kecewa Rea padanya.
"Kamu percaya, Mas Bara kan? dia orang baik dan tidak akan meracuni pikiran Rea. Kita istirahat dulu, dan lihat hasilnya besok." ajak Najira, Revan mengangguk lesu.
***
"Hiks, Mas Revan jahat banget." Rea terisak sambil memukul-mukul dada Bara, dan laki-laki itu dengan sabar membiarkan Rea meluapkan emosinya.
"Mereka punya alasan, Rea."
"Tapi tetap saja yang mereka lakukan itu salah," sungut Rea, ia sangat kecewa dengan Revan yang ternyata malah menjalin hubungan dengan istri orang bahkan menyebabkan perceraian.
"Lalu apa bedanya dengan kita sayang."
Rea terdiam, seketika ia mengusap wajahnya kasar.
"Apa kita juga sejauh itu?" tanya Rea.
Pletak! "Sentilan sayang, biar kamu inget apa yang pernah kita lakukan," ucap Bara.
"Ih, sakit tau Mas."
"Kamu lupa?" tanya Bara.
Rea seketika tertunduk lesu, ia dan Bara juga pernah melakukan hal itu karena sebuah accident, dan tak sepantasnya ia menghakimi kakaknya.
"Najira berhak bahagia, dan kebahagiaannya itu bukan sama aku. Tapi sama Revan, kakakmu!" tegas Bara.
"Masalahnya, tetap saja apa yang mereka lakukan itu tidak benar."
"Tidak ada manusia yang selalu benar, Rea. Besok temui kakakmu, dan berbaikanlah." pinta Bara.
Malam ini, banyak hal yang mengejutkan bagi Rea. Akan tetapi, sikap dewasa Bara berhasil meluluh lantahkan emosinya kepada sang kakak.
Rasa kecewa sudah pasti. Namun, Bara bilang tidak ada manusia yang selalu benar, bukan?
"Mas, sini?" Rea menepuk ranjang sebelahnya saat Bara hampir memejamkan mata di sofa yang tak jauh dari ranjangnya.
"Ada apa, Rea?"
"Tidur sini," pinta Rea lalu meletakkan guling diantara mereka.
"Oh baiklah," ucap Bara lalu berjalan ke arahnya.
"Apa itu artinya aku boleh tidur sambil memelukmu?" tanya Bara.
Rea menggeleng, "tidak boleh lah."
"Hm, ya sudah! Kalau kamu minta aku kesini cuma buat ngajak tidur bareng, lebih baik kita tidur masing-masing." sungut Bara.
Rea merasa familiar dengan ucapan Bara barusan. Lalu tiba-tiba teringat sesuatu dan ia langsung menggelitiki tubuh Bara dengan kesal.
"Ih, kamu nguping ya Mas sampai foto copy kata-kataku buat Danis waktu itu?" gerutu Rea sebal.
Pke alesan krn di sayang ibunya bara, trs pa korelasinya? Dasar laki2 lemah yah gini..
Yah lampiasin lah ke binik kamu atau selingkuh an nya kok mlh ke orang lain..