Aku Juga Istrimu

Ummu Azizah menepuk lengan Fauzan dengan keras. Membuat laki laki itu terbangun dengan kaget. Fauzan menoleh dengan cepat, ingin tahu siapa yang telah berani mengganggu tidurnya dan telah lancang masuk ke dalam kamarnya.

"Ummu." Fauzan menatap ibunya dengan kesal.

"Bangun!" Ummu Azizah berkata dengan tajam.

"Bicaranya jangan kencang kencang ummu .. istriku baru saja tidur." Fauzan menoleh ke arah Btari yang sedikit menggeliat.

"Bangun .. Berikan penjelasan pada ummu." ummu Azizah tidak perduli, mau Btari terbangun bukan urusannya.

Fauzan mengalah. Ia tidak mau membuat Btari terbangun. Ia segera turun dari ranjang. Mencari kaos yang tadi dilepasnya. Ternyata kaos miliknya tersampir di kepala ranjang. Diambilnya kaos oblong miliknya lalu Fauzan pakai.

Fauzan menyusul langkah ummu Azizah yang sudah melangkah terlebih dahulu keluar dari kamar Fauzan. Langkah keduanya telah sampai di ruang keluarga. Ummu Azizah duduk di sofa. Fauzan ikut duduk di sofa panjang.

"Jelaskan bagaimana kamu bisa membawa wanita itu ke rumah ini!" ummu Azizah menahan emosinya.

"Nenek yang mengundang kami berdua." jawab Fauzan santai.

"Wanita tua itu bertindak cepat rupanya." ummu Azizah makin emosi.

"Seharusnya wanita itu kamu bawa ke kamar tamu bukan kamar pribadimu." ummu Azizah tidak terima

"Ummu dia istriku, tidak mungkin Btari tidur di kamar tamu." Fauzan membantah.

"Fauzan .. Jangan bilang kamu sudah berbaikan dengan istri akibat pernikahan paksamu." ummu Azizah cemas.

"Pernikahan kami memang terpaksa dan kami sempat melewati fase hidup terpisah! Tapi kami berdua sadar kalau sebuah pernikahan bukan untuk dipermainkan, karena itu kami sepakat untuk memperbaiki dan menjalani pernikahan ini dengan sebaik baiknya." Fauzan menjelaskan.

"Astagaa Fauzan .. Apa kamu tidak ingat dengan janjimu akan menikahi Fara? Kamu sudah setuju bukan? Lalu kenapa kamu malah sibuk menjalani pernikahan pertama kamu." ummu Azizah tidak bisa menahan emosi.

"ummu dan Fara yang memaksaku berjanji." Fauzan mengingatkan.

"Kenapa kamu menjadi kelaki tidak punya pendirian Fauzan .. Kamu menjanjikan Fara pernikahan tapi kamu mempertahankan pernikahanmu dengan wanita yang tidak akan pernah ummu restui." Ummu Azizah mengecam.

"Terserah ummu mau berkata apa saja tentangku, yang jelas aku akan tetap mempertahankan pernikahanku dengan Btari, meski ummu tidak merestui" Fauzan tak ambil pusing.

"Lalu bagaimana dengan Fara? Kita bahkan sudah melakukan persiapan untuk pernikahanmu dengan Fara?" ummu Azizah kalut.

"Terserah ummu dan Fara, bukan kah Fara mau menerima kalau menjadi istri kedua?" Fauzan menjawab dengan enteng.

"Fara mau menjadi istri kedua karena dia mengira kalau hubunganmu dengan wanita itu masih seperti dulu! Masih layaknya orang asing dan akan segera kau ceraikan setelah wajib lapor kalian selesai." ummu Azizah berang.

"Aku sudah menjelaskan pada Fara kalau pernikahanku dengan Btari akan tetap berjalan, dan Fara tetap mau menjadi yang kedua." Fauzan membantah.

"Baiklah .. Yang penting Fara tetap menjadi istrimu! Dan yang lebih penting lagi setelah Fara menjadi istrimu, dia yang akan tinggal di sini bukan wanita itu." ummu Azizah berkata dengan tegas.

"Maaf ummu .. Btari yang akan tinggal d sini bukan Fara! Lagipula nenek yang punya hak veto rumah ini sudah meminta kami untuk tinggal di sini." Fauzan menolak.

"Tidak .. Tidak bisa .. Fara yang akan tinggal di sini." Ummu Azizah bersikeras.

"Silahkan saja .. Asal nenek setuju! carikan saja Fara kamar, jangan kamar pribadiku! Btari yang pertama kali tidur di atas ranjangku, maka seterusnya dia yang akan menempati kamarku." Fauzan menjawab.

"Kenapa kamu terkesan pilih kasih, wanita itu lebih kamu prioritaskan?" ummu Azizah tidak terima.

"Pilih kasih bagaimana ummu? Perkara tempat tidur ummu menuduhku pilih kasih? Apa bedanya? Setiap kamar di rumah ini semuanya punya fasilitas mewah?" Fauzan membantah.

"Bagaimana kalau Fara sakit hati dam tidak terima?" Ummu Azizah keberatan.

"Bukan kah itu sudah menjadi resiko Fara karena mau menjadi istri kedua?" Fauzan balik bertanya.

Ummu Azizah tidak lagi membantah. Ia tidak menyangka akan seperti ini situasinya. Ibu mertuanya telah bertindak satu langkah ke depan. Ummu Azizah yakin, saat makan malam nanti wanita istri Fauzan akan diperkenalkan pada seluruh anggota keluarga besar Maulana. Jelas posisi Fara tidak menguntingkan. Fara akan dipandang sebagai pengganggu rumah tangga Fauzan, jika pernikahan siri Fauzan dan Fara terkuak ke permukaan.

"Jika Fara keberatan, pernikahan siri ini bisa dibatalkan! Sejujurnya aku enggan menikah siri dengan Fara, akan banyak menimbulkan masalah ke depannya." Fauzan membujuk.

"Tidak .. Kamu dan Fara tetap harus menikah! sebagai lelaki tepati janjimu pada Fara untuk menikahinya! Nanti ummu akan memberikan pengertian padanya tentang situasi ini." ummu Azizah berkeras.

"Terserah .. Aku hanya sebatas menepati janjiku! Aku ke kamar lagi." Fauzan bangkit dari duduknya.

"Fauzan .. Fara telah ummu undang untuk datang di makan malam nanti! Ummu harap kamu tetap memperhatikan Fara, jangan kamu abaikan dia hanya karena ada wanita itu! Kalau bisa jangan terlalu mesra dengan dia, ummu tidak mau Fara sampai sakit hati." Ummu Azizah berpesan.

"Aku tidak mau bermusuhan dengan nenek hanya karena aku memperhatikan Fara! Aku juga harus menjaga perasaan istriku! apa sih tujuan ummu dengan mengundang Fara? Semoga saja nanti tidak ada huru hara akibat ulah Fara, sudah tahu nenek tidak menyukai Fara .. Umi malah nekad mengundang dia." Fauzan menggerutu.

"ummu tidak tahu kalau kamu membawa wanita itu ke rumah ini, kalau ummu tahu dari awal tidak akan mengundang Fara." ummu Azizah jengkel.

"Itu urusan Ummu, Aku tidak mau ikut campur." Fauzan berjalan meninggalkan ruang keluarga.

Kepala Ummu Azizah tiba tiba merasa pening memikirkan keruwetan ini. Ia tidak mungkin membatalkan undangan pada Fara. Bisa runyam kalau begini akhirnya. Tapi ummu Azizah tidak mau mengalah dengan ibu mertuanya. Apa pun yang terjadi, ia harus menang.

Ummu Azizah mencoba menghubungi Fara tapi tidak diangkat. Ummu Azizah cemas. Padahal ia ingin memberitahukan tentang kedatangan Fauzan yang membawa serta istrinya. Ummu Azizah tidak ingin Fara salah paham. Dan tidak ingin nanti Fara membuat keributan karena melihat Fauzan ternyata bersama sang istri.

Sampai acara makan malam akan berlangsung, Fara belum bisa dihubungi dan belum datang juga. Anggota keluarga yang lain sudah berdatangan.

Acara makan malam hari ini bertema out door. Makan malam diadakan di dekat kolam renang. Tenda tenda pesta sudah dipasang dan berhiaskan bunga bunga dan lampu lampu cantik yang elegan. Panggung kecil untuk foto booth berhiaskan bunga bunga hidup terlihat di tepi taman. Meja kursi sudah ditata seperti dalam acara pesta.

Ummu Azizah dan anggota keluarga yang lain sampai heran dengan acara makan malam hari ini. Ini bukan makan malam tapi semacam pesta. Mereka saling mengajukan pertanyaan sesama anggota besar keluarga Maulana. Tapi tidak ada yang mengerti.

Karena tidak ada yang tahu tujuan makan malam ini bertema pesta, mereka menikmati makanan ringan yang disajikan di meja meja berhiaskan bunga bunga.

Ummu Fatimah Dan abi Zakaria muncul di lokasi makan malam. Keduanya sama sama terkejut melihat tema makan malam hari ini. Tidak menyangka kalau makan malam hari ini layaknya sebuah pesta.

"Ini makan malam apa pesta?" abi Zakaria bertanya pada istrinya.

"Tidak tahu abi .. ini pasti kerjaan umi." ummu Azizah kesal.

"Mengapa kamu kelihatan kesal?" abi Zakaria menoleh pada istrinya.

"Karena aku tidak pernah dilibatkan dalam hal apa pun oleh umi!" ummu Azizah makin kesal.

"Bersabarlah .. Aku yakin ini semua karena adikku yang selalu mendominasi umi! Lagipula janganlah kamu selalu menentang umi .. Umi itu bukan type orang yang suka perintahnya ditentang dan dibantah." Abi Zakaria menghibur.

Melihat kedatangan Ummu Azizah, anggota keluarga Maulana terutama yang perempuan merengsek mendekat pada Ummu Azizah dan bertanya mengapa malam ini makan malamnya bertema pesta. Ummu Azizah gelagapan tidak tahu harus menjawab apa.