Aku Juga Istrimu

Aku Juga Istrimu

1. Pasien yang tidak diharapkan

"ini hotel mas?" Btari menatap bangunan di depannya dengan ragu.

"Iya Tar." Sodiq memarkirkan sepedanya.

"Tidak jadi saja ya Mas .. Aku tidak pernah melayani pasien di kamar hotel!" Btari turun dari boncengan.

"Gimana sih Tar .. Aku gak enak sama Mas Fadil kalau kamu batalkan ... Lagipula ini keadaan darurat, masa kamu tega membiarkan pasien menderita sakit, sementara dia butuh pertolongan darimu?" Sodiq berusaha membujuk.

"Pasien bisa dibawa ke rumah sakit kan mas Sodiq, tidak harus aku yang menangani! Apalagi di rumah sakit peralatannya lengkap dan ada dokter ahli yang bisa menangani pasien ini." entah mengapa Btari merasa ragu menangani pasien ini, seolah olah ada yang berbisik padanya untuk membatalkan.

"Kalau situasinya tidak darurat mereka tidak akan minta ditangani oleh tukang pijat sangkal putung sepertimu Tar! Dua jam lagi si pasien harus menghadiri seminar penting, hanya kamu yang bisa membuat kaki pasien bisa berjalan lagi!" Sodiq agak frustasi.

"Jangan terlalu memujiku! bisa membuatku takabur .. Yang menyembuhkan itu Allah bukan aku." Btari tidak suka.

"Iya aku tahu .. Tapi kesembuhan yang Allah berikan itu perantaranya lewat kamu! Ayo kita ke dalam, mereka sudah menunggu nih! Jangan khawatir soal honor, berapa pun yang kamu minta .. Pasti akan dbayar!" Sodiq memastikan.

"Mestinya kamu tahu aku tidak pernah mematok tarif pada pasienku .. Mereka bisa membayarku semampu mereka." Btari melotot jengkel.

"Iya .. Iya aku salah ... Mohon dimaafkan kekhilafanku ini! Ayo kita ke dalam .. Mas Fadil sudah ngecat aku nih ... Menanyakan sudah sampai mana kita." Sodiq berjalan duluan.

Dengan rasa enggan, Btari mengikuti langkah Sodiq. Sodiq ... Lelaki ini tadi yang menjemputnya di kontrakan dengan terburu buru. Katanya ada pasien yang membutuhkan keahliannya untuk menangani pasien yang sedang mengalami insiden jatuh. Hingga membuat kakinya cidera dan membuat si pasien tidak bisa berjalan. Tanpa banyak tanya karena ingin segera menolong, Btari langsung naik ke boncengan Sodiq.

Btari percaya pada Sodiq, karena selain menjadi tetangga kontrakan, mereka berdua pernah tinggal di panti yang sama. Sodiq juga sering membawakan pasien untuk ditanganinya. Ya Btari punya keahlian pijat sangkal putung. Pijat khusus untuk orang orang yang mengalami patah tulang atau cidera yang berhubungan dengan tulang.

Hati Btari jadi ragu saat melihat ia harus menangani pasien di hotel. Apalagi hotelnya terlihat seperti hotel biasa. Hotel yang sering menjadi bahan berita karena sering terjadi penggrebekan pasangan tidak halal melakukan perbuatan tidak senonoh di sini.

Btari dan Sodiq tiba di lobi hotel yang tidak seberapa luas. Sodiq mengeluarkan hanphone dari saku celananya. Mencari nomor kontak orang bernama Fadil.

"Assalamualaikum Mas Fadil, saya sudah di lobi! tukang sangkal putungnya sudah bersama saya .. Kami harus ke mana ini?" Sodiq bertanya.

"aku akan ke lobi." Orang bernama Fadil menjawab, telepon dimatikan.

"Pasiennya laki laki Mas? Aku tidak menerima pasien laki laki loh .. Kamu lupa?" Btari menatap Sodiq tajam.

"Bukan .. Mas Fadil ini assisten orang yang kakinya cidera! Aku tidak tahu, laki laki atau perempuan! Tapi tadi aku sudah konformasi sama Mas Fadil kalau pasien harus perempuan." ucap Sodiq meyakinkan.

Btari tidak membantah. Semoga saja pasiennya wanita. Kalau laki laki ia akan balik kanan. Tidak perduli lelaki itu cidera serius dan butuh pertolongan, Btari akan pergi. Dari lorong muncul seorang lelaki memakai baju koko menghampiri Sodiq.

"Mas Sodiq ayo ikut saya!" laki laki yang bernama Fadil langsung berbalik.

"Ayo Tar!" Sodiq mengikuti langkah Fadil yang lebar.

Mereka berjalan melalui lorong yang kanan kirinya terlihat kamar kamar hotel dengan pintu tertutup rapat. Hati Btari makin takut. Ingin rasanya ia berbalik pergi meninggalkan tempat ini. Langkah mereka berhenti di sebuah kamar bernomor tigabelas, angka sial kata orang orang jaman dulu.

Fadil mengetuk pintu. Tanpa menunggu balasan dari orang yang berada di dalam kamar, Fadil masuk ke dalam diikuti Sodiq. Btari ragu untuk masuk.

"Tari ayo masuk! Jangan takut ada aku!" Sodiq berseru.

Dengan hati gamang Btari masuk ke dalam mengikuti langkah Sodiq. Di dalam kamar, di atas ranjang seorang laki laki duduk bersandar.

"Mas Fauzan .. Tukang pijatnya sudah datang." Fadil berbicara.

Btari kaget sekali. Ternyata pasiennya laki laki. Ia memutuskan untuk tidak menangani pasien ini.

"Mohon maaf saya tidak menangani pasien laki laki ... Permisi." Btari berbalik.

"Anda tidak bisa menolak! Sembuhkan Mas Fauzan sekarang!" Fadil berkata dengan bengis.

"Apa apaan ini .. anda tidak bisa memaksa seperti ini Mas Fadil! Tari hanya menerima pasien perempuan." Sodiq juga kaget dan jengkel.

"lakukan sekarang! Jangan membantah!" Fadil menodongkan pistol pada Sodiq dan Btari.

Sodiq dan Btari langsung pucat pasi. Mereka ini siapa sih? Anggota Gangster kah sampai punya pistol segala? Tapi melihat penampilan mereka yang memakai baju koko, menandakan kalau mereka orang orang baik. Atau jangan jangan mereka anggota gangster yang sedang menyamar?

"Cepaaat!" Fadil membentak sambil menarik pelatuk

"eeeh iya .. Iya Mas .. Tari cepetan .. Pijat orang itu." Sodiq ketakutan.

Btari berjalan mendekati ranjang. Seorang laki laki tampan sedang mengernyit kesakitan. Tangannya memijat kaki kanannya yang terlihat membengkak. Btari seperti familiar dengan wajah laki laki ini.

Btari duduk di tepi ranjang. Diamatinya kaki laki laki ini. Tampak mata kakinya bengkak dan sudah berwarna ungu gelap. Btari mengulurkan tangannya pada kaki yang bengkak untuk memeriksa.

"Apa yang terjadi, sampai kaki anda retak seperti ini?" Btari mengajukan pertanyaan.

"jatuh di kamar mandi, kakinya menghantam dinding bak mandi dengan keras." Fadil yang menjawab, laki laki di atas ranjang masih meringis kesakitan.

"Tolong celana panjangnya dilepas, ganti dengan celana pendek saja!" pinta Btari.

Fadil bergerak ke sisi ranjang, berjongkok ke arah laki laki yang kakinya cidera.

"Maaf mas .. Aku akan melepaskan celana panjenengan." Ucap Fadil.

Btari spontan berdiri dan berbalik badan. Tidak mau matanya dinodai oleh pemandangan yang tidak boleh dia lihat. Kalau saja tidak diancam todongan pistol, Btari akan memlih berlari meninggalkan kamar ini. Tapi melihat kondisi kaki laki laki ini juga membuatnya kasihan. Pasti jatuhnya sangat keras, sampai kakinya cidera seperti itu.

"Sudah .. Teruskan memijatnya." Fadil berucap dingin.

"Tolong sediakan policrepe untuk membebat kaki yang cidera." pinta Btari.

"Apa itu policrepe?" Fadil bertanya.

"Perban elastis berwarna coklat untuk membebat kaki atau tangan yang mengalami patah tulang." Btari menjelaskan.

"Pak Sodiq tolong belikan perban ini!" Fadil merogoh dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang berwarna merah.

"Belikan yang terbagus mutunya." ucap Fadil.

Sodiq mengangguk sambil menerima uang dari Fadil, lalu bergegas keluar.

"cari apotik terdekat, jangan lama lama!" Fadil memerintah dengan arogan.

"iya." Sodiq keluar kamar.

Btari sudah duduk di tepi ranjang. Sebelum mengurut ia mengucapkan Basmalah, membaca surat Al fatikha dan sholawat nabi sebanyak tiga kali. Tangannya mulai mengurut kaki laki laki ini. Btari mengurut betis agar rileks.

"siapa nama anda?" Btari menatap sekilas wajah lelaki yang dipijatnya.

Tidak ada jawaban. Sementara Fadil juga diam tidak menjawab.

"Saya harus tahu nama anda, kalau tidak saya tidak bisa meneruskan mengurut meski anda menembak saya!" Btari mulai jengkel.

"untuk apa harus mengetahui nama pasien?" Fadil yang bertanya.

"Karena aku harus menyebut nama pasien untuk kusertakan dalam doa pengobatan ini." Btari sudah jenkel.

"Dr Fauzan Maulana." akhirnya si pasien menjawab.

"Tinggal menjawab saja apa susahnya sih!" Btari mendumal.

Fauzan si pasien tidak menanggapi. Ia menatap wajah perempuan di depannya yang masih menunduk fokus pada kaki yang sedang dia urut. Wanita ini tidak menunjukkan expresi apapun saat dia menyebutkan namanya. Ternyata ada juga orang yang tidak mengenal nama besarnya

Fauzan mulai mendesis kesakitan. Tangan tukang pijat sangkal putung ini mulai mengurut kakinya yang cidera. Padahal pijatannya tidak keras, tapi rasa sakit mulai terasa. Semakin lama semakin sakit.

"Tahan .. Ini akan sedikit sakit!" Btari memberi peringatan.

Bulir bulir keringat mulai keluar dari seluruh penjuru tubuh Dr Fauzan. Ini sih bukan sakit sedikit, tapi sangat sakit. Dr Fauzan menggeram untuk menahan tasa sakit di kakinya. Semakin lama pijatan Tukang sangkal putung ini makin terasa.

"apa yang paling anda sukai?" tiba tiba Btari bertanya.

"Jawab saja!" sentak Btari melihat wajah Pasiennya yang keheranan bercampur kesakitan.

"duduk di tepi pantai." jawab Fauzan.

"sekarang bayangkan, anda sedang duduk di tepi pantai." Btari menyarankan.

Mulut Btari berkomat kamit membaca doa, ia akan sampai pada titik krusial pada pijatannya. Di sela sela rasa sakit yang menderanya Fauzan masih sempat mendengarkan doa Btari, beberapa kali wanita ini menyebutkan nama lengkapnya.

"AAAAAAKKHHHH...." Fauzan berteriak keras.

Terpopuler

Comments

greentea

greentea

😭😭😭 dokter g bisa dan tidak boleh pilih pasien udah disumpah. jadi g ada di Indonesia dokter yg hanya menerima pasien perempuan saja, atau laki-laki saja🙏 please Thor

2024-05-27

0

Meli Anja

Meli Anja

hai salam kenal ... saya baru mulai baca nih kak...

2024-05-17

0

Kam1la

Kam1la

mampir.... kak.

2024-05-08

0

lihat semua
Episodes
1 1. Pasien yang tidak diharapkan
2 2. Digerebeg
3 3. pernikahan grebekan
4 4. Hidup sendiri sendiri
5 5. Tentang Dr Fauzan
6 6. laporan bulan pertama
7 7. laporan bulan kedua
8 8. Menikah lagi
9 9. Ricuh
10 10. Pernikahan yang batal
11 11. Menemui Fara
12 12. Penilaian yang salah
13 13. Penolakan Btari
14 14. Sekelumit tentang Btari
15 15. Umi Khadijah bertemu Btari
16 16. Perjuangan Fauzan
17 17. tidak bisa melupakan
18 18. Rencana pembatalan nikah
19 19. Pertengkaran pertama
20 20. Memulai hidup baru
21 21. Statusmu kini anggota keluarga Maulana
22 22. Hidup satu atap bersama
23 23. Pesona Fauzan
24 24. Rumitnya hati Fauzan
25 25. Pilihan untuk Fauzan
26 26. Balasan untuk Fara
27 27. Akal licik Fara
28 28. Rencana nikah siri
29 29. Undangan makan bersama
30 30. Jangan ngelunjak
31 31. Dua sejoli
32 32. Pernyataan cinta
33 33. Makan malam atau pesta?
34 34. Tasyakuran pernikahan
35 35. Tangis Fara
36 36. Kekecewaan Fara
37 37. Mulai oleng
38 38. Surga dunia
39 39. Pagi yang melelahkan
40 40 Niat Farid
41 41. Nyonya Fauzan
42 42. WAR
43 43. Rencana busuk
44 44. Pertunjukan dimulai
45 45. sandiwara bodoh
46 46. Pelampiasan kemarahan
47 47. Terkena getahnya
48 48. Bakat istimewa
49 49. Dibatalkan
50 50. Kembalinya ummu Azizah
51 51. Penantian
52 52. Pengkhianat
53 53. Tidak berselera
54 54. Misi yang sukses
55 55. Resiko punya suami tampan dan kaya
56 56. Badai dalam rumah tangga
57 57. Aku juga istrinya Fauzan
58 58. Tidak sah
59 59. Hanya pasien
60 60. Fara hamil
61 61. Pesan atau curhat?
62 62. Sudah menjadi candu
63 63. Pribadi ganda Fauzan
64 64. Wanita pendusta
65 65. Pernikahan semu
66 66. Terusir
67 67. Kadang di atas kadang di bawah
68 68. Olahraga sore
69 69. Cerita kedua orangtua Btari
70 70. Dua manusia tidak bermoral
71 71. Sekelumit cerita tentang Endang Suningsih
Episodes

Updated 71 Episodes

1
1. Pasien yang tidak diharapkan
2
2. Digerebeg
3
3. pernikahan grebekan
4
4. Hidup sendiri sendiri
5
5. Tentang Dr Fauzan
6
6. laporan bulan pertama
7
7. laporan bulan kedua
8
8. Menikah lagi
9
9. Ricuh
10
10. Pernikahan yang batal
11
11. Menemui Fara
12
12. Penilaian yang salah
13
13. Penolakan Btari
14
14. Sekelumit tentang Btari
15
15. Umi Khadijah bertemu Btari
16
16. Perjuangan Fauzan
17
17. tidak bisa melupakan
18
18. Rencana pembatalan nikah
19
19. Pertengkaran pertama
20
20. Memulai hidup baru
21
21. Statusmu kini anggota keluarga Maulana
22
22. Hidup satu atap bersama
23
23. Pesona Fauzan
24
24. Rumitnya hati Fauzan
25
25. Pilihan untuk Fauzan
26
26. Balasan untuk Fara
27
27. Akal licik Fara
28
28. Rencana nikah siri
29
29. Undangan makan bersama
30
30. Jangan ngelunjak
31
31. Dua sejoli
32
32. Pernyataan cinta
33
33. Makan malam atau pesta?
34
34. Tasyakuran pernikahan
35
35. Tangis Fara
36
36. Kekecewaan Fara
37
37. Mulai oleng
38
38. Surga dunia
39
39. Pagi yang melelahkan
40
40 Niat Farid
41
41. Nyonya Fauzan
42
42. WAR
43
43. Rencana busuk
44
44. Pertunjukan dimulai
45
45. sandiwara bodoh
46
46. Pelampiasan kemarahan
47
47. Terkena getahnya
48
48. Bakat istimewa
49
49. Dibatalkan
50
50. Kembalinya ummu Azizah
51
51. Penantian
52
52. Pengkhianat
53
53. Tidak berselera
54
54. Misi yang sukses
55
55. Resiko punya suami tampan dan kaya
56
56. Badai dalam rumah tangga
57
57. Aku juga istrinya Fauzan
58
58. Tidak sah
59
59. Hanya pasien
60
60. Fara hamil
61
61. Pesan atau curhat?
62
62. Sudah menjadi candu
63
63. Pribadi ganda Fauzan
64
64. Wanita pendusta
65
65. Pernikahan semu
66
66. Terusir
67
67. Kadang di atas kadang di bawah
68
68. Olahraga sore
69
69. Cerita kedua orangtua Btari
70
70. Dua manusia tidak bermoral
71
71. Sekelumit cerita tentang Endang Suningsih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!