NovelToon NovelToon
I Just Want To Live An Ordinary Life

I Just Want To Live An Ordinary Life

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Cinta Murni / Masuk ke dalam novel
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: Eby Mey2

"Angeline" adalah nama yang bagus dan cantik. Namun, pemilik nama ini tidak hidup seperti namanya. Ia masih baru lulus SMA, hidup dengan keluarga harmonis dan cukup, mempunyai banyak teman (kurasa), tapi dia introvert. Cukup pendiam, suka baca novel dan komik, dan motto hidupnya adalah hidup dengan yang biasa-biasa saja, tidak berlebih dan mencolok.

Namun ada perubahan drastis dalam hidupnya yang santai-santai saja. Secara mendadak dia meninggal, gara-gara menyelamatkan anak kucing. Tapi cerita ini tidak sampai disitu, Angeline tiba-tiba membuka matanya dan melihat atap-atap yang asing menurutnya.

"Ha...?! "

"Dimana ini? "

"inikan bukan rumah sakit, dan baju ini kenapa kuno sekali, apa aku cosplay? "




PENASARAN CERITA SELANJUTNYA SEPERTI APA?
BURUAN BACA SELENGKAPNYA!!!
DAN JANGAN LUPA KLIK LIKE, SUBSCRIBE, BERI HADIAH, DAN JUGA VOTE YAAA...!!!
AGAR AUTHOR NYA MAKIN SEMANGAT DAN RAJIN UPLOAD CHAPTER BARU!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eby Mey2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 32

~Di tempat Sima Annchi dan Guru Qiang berada saat ini.

Di pinggiran sungai yang agak sepi warga setempat berlalu lalang, Guru Qiang dengan santainya menunggu Sima Annchi yang sedang mengurusi gejala yang sudah biasa ia alami selama perjalanan ini.

"Berapa lama lagi aku menunggu, ini sudah lebih dari setengah jam? Berapa lama gejala muntah mu itu selesai, seharusnya semua makanan yang di perutmu itu sudah keluar semua? " Kata Guru Qiang dengan sinisnya memandang Sima Annchi yang masih berjongkok menghadap aliran sungai.

Sima Annchi menjadi kesal, karena sudah tidak tahan lagi, ia mengambil sebongkah batu dan langsung melemparkannya kearah wajah Guru Qiang. Guru Qiang yang melihat itu dengan cepat menghindarinya dan batu yang melesat kearahnya melewati wajahnya dan menancap pohon yang ada di belakang Guru Qiang.

Lalu Guru Qiang melirik kearah batu yang menancap tersebut, seketika wajahnya memerah karena marah. "Kau, dasar murid tak tahu diri! " Bentaknya

Kemudian dengan amarahnya, Guru Qiang menghampiri Sima Annchi yang saat ini sedang mengambil ancang-ancang untuk kabur. Yah, meskipun tahu bahwa dirinya akan mudah tertangkap, Sima Annchi berusaha untuk tetap kabur dari gurunya. Saat ia ingin melangkah, kerah baju bagian belakangnya dipegang oleh sang guru sehingga Sima Annchi tak bisa kabur. Ia tak menyangka bahwa ia ditangkap semudah itu.

Sima Annchi mencoba melirik ke belakang. Lalu ia menelan ludahnya dan bergidik melihat raut wajah sang guru. "Mau ke mana kau, ha..?! " Kata Guru Qiang dengan senyuman iblisnya. Sima Annchi sudah bercucuran keringat.

Guru Qiang segera melakukan aksinya, yaitu mencubit kedua pipi Sima Annchi dengan keras. Sima Annchi tentu saja merasa kesakitan, ia pun segera meminta maaf atas kelakuannya itu. Setelah kejadian itu, Sima Annchi yang sedang mengelus pipinya yang memerah bertanya, " Jadi, apakah kita sudah sampai? "

Guru Qiang menaikkan alisnya. "Huh? Tentu saja belum, ini masih di sebuah kota yang terdekat dari sekte." Jawabnya, dia masih ingin lebih lama lagi untuk mencubit pipi lembut muridnya itu dan tentu saja Sima Annchi langsung menghindarinya.

Sima Annchi menghela napas yang panjang, tanda bahwa ia mengeluh bertanya-tanya kapan ini akan sampai? Guru Qiang menunjuk ke arah yang dituju. Apa yang ia tunjuk sebuah gunung besar yang menjulang tinggi, Sekte Heaven Peak Lotus berada di puncak gunung tersebut. Seketika Sima Annchi tambah syok, tak menyangka sebagai kaum mager, ia di ajak ketempat seperti itu.

Guru Qiang kemudian berjongkok mengajak Sima Annchi untuk naik ke punggungnya. Melihat hal itu Sima Annchi sedikit mengerutkan keningnya, "Untuk apa? " Singkatnya. Guru Qiang berencana untuk menggendong Sima Annchi di punggungnya.

Perasaan Sima Annchi menjadi tidak enak, ia pun menolak ajakan tersebut. Guru Qiang menjelaskan bahwa lebih cepat sampai ketempat tujuan menggunakan teknik meringankan tubuh. Apa gurunya kali ini merencanakan membuat dirinya pingsan, begitulah isi hatinya.

Sima Annchi menggelengkan kepalanya dan berkata dengan tegas, "Tidak, aku ingin naik kuda saja! "

Guru Qiang menaikkan salah satu alisnya. "Kau yakin? Sebaiknya kau menuruti perkataan ku dan cepat naik! Guru mu ini lagi berhemat, menyewa sebuah kuda saja mahalnya minta ampun. "

"Cih, dasar pelit! " Sima Annchi mencibir dan bersedekap dada.

Guru Qiang akhirnya mencubit pipinya lagi karena sudah kehilangan kesabarannya. Dengan wajah cemberut, Sima Annchi akhirnya menuruti sang guru. Setelah itu, Guru Qiang mengeluarkan sebuah pedang yang tampak biasa-biasa saja dari cincin penyimpanannya, kemudian pedang itu tiba-tiba melayang di udara.

Sima Annchi mengerutkan keningnya lagi. "Tidak mungkin kan, menaiki pedang itu? Tidak-tidak, ini tidak mungkin, jangan menggunakan itu.... kumohon!!! " Di dalam hatinya ia berteriak-teriak tidak mau. Pelukannya semakin erat saat gurunya sudah menaiki pedang tersebut.

Ya, pedang tersebut digunakan untuk kendaraan terbang yang biasa digunakan oleh kultivator yang sudah berada di tingkat kultivasi tertentu. Dan sekarang Guru Qiang sedang menggunakannya sambil menggendong Sima Annchi, kenapa tidak membiarkan muridnya untuk berdiri di belakangnya saja? Ya, kalian tahu sendirikan, Sima Annchi takut ketinggian.

Guru Qiang pun mulai menaikkan pedangnya lebih atas hingga terlihat rumah-rumah penduduk kota semakin mengecil karena semakin ia melesat ke atas langit. Sima Annchi saat ini tentu saja memejamkan matanya dengan erat, tak hanya itu ia juga memeluk leher sangat guru dengan sangat erat hingga Guru Qiang protes.

"Hey, hey, hey! Kau mencekik ku, aku tahu kau takut, bisa tidak kau rileks sedikit saja, pelukan mu semakin keras!" Kata Guru Qiang, ia terkadang sempat terbatuk karena pelukan muridnya ini.

Namun Sima Annchi tak mendengarkannya, ia masih tetap seperti itu dan malah semakin membuat gurunya menderita. Guru Qiang berusaha melepaskan pelukan tangan Sima Annchi namun tak berhasil. Karena Guru Qiang tengah sibuk dengan perlakuan muridnya, ia tak fokus mengendarai pedang terbangnya hingga beberapa kali kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh. Untungnya Guru Qiang masih bisa tetap menyestabilkan keseimbangannya, dan hebatnya lagi Sima Annchi cuma berteriak di dalam hatinya, sehingga Guru Qiang tidak tambah terganggu.

Tak lama dari itu, tiba-tiba pelukan lengan Sima Annchi yang masih melingkar di leher gurunya menjadi lemas. Guru Qiang akhirnya bisa bernafas lega, dia pikir bahwa Sima Annchi sudah membiasakan dirinya untuk berada di udara lepas dengan ketinggian yang sangat jauh ini. Guru Qiang pun menambah kecepatan terbangnya hingga maksimum supaya cepat sampai.

Sekitar lima menit kemudian, mereka berdua telah sampai di depan gerbang Sekte Heaven Peak Lotus. Setelah turun dari pedangnya, Guru Qiang menyimpan kembali pedangnya ke cincin penyimpanannya. "Hey, Sima Annchi cepat turun kita sudah sampai! " Suruh Guru Qiang, namun tidak ada jawaban dari muridnya itu.

"Salam Senior Qiang Ru! " Sapa kedua penjaga gerbang yang menghampiri mereka berdua sambil membungkuk dan gongshou. Guru Qiang pun membalas sapaannya.

Salah satu dari penjaga tersebut mengintip ke belakang Guru Qiang, ia mulai merasa heran. "Senior, ada apa dengan nona kecil itu? " Ia menunjuk kearah Sima Annchi yang masih digendong di punggung Guru Qiang.

Guru Qiang menaikkan salah satu alisnya bertanya-tanya juga. Akhirnya ia menurunkan Sima Annchi dengan hati-hati. Meskipun sudah hati-hati tubuh lemas Sima Annchi terjatuh ke tanah begitu saja. Guru Qiang membelalakkan matanya, ternyata saat ini Sima Annchi dalam kondisi yang tidak baik. Wajahnya pucat pasi dan mulutnya keluar busa cukup banyak, dalam arti kata lain dia pingsan.

Kedua tangan Guru Qiang memegang kepalanya sendiri, ia mulai panik dan terkejut. "MEDIS, AKU MEMBUTUHKAN RUANG MEDIS DAN JUGA TABIB, CEPAT PANGGIL PETUGAS MEDIS!!!" Teriaknya kepada kedua penjaga tersebut, dia menjadi heboh sendiri.

Kedua penjaga tersebut malah kebingungan harus berbuat apa. "AKHH... KALIAN LAMBAN!!! " Bentak Guru Qiang lagi, ia pun segera menggendong Sima Annchi memasuki gerbang Sekte dan segera menuju ke tempat medis yang disebut olehnya.

"Bukannya dia juga tabib? " Tanya salah satu penjaga tersebut kepada temannya dengan heran akan tingkah lakunya Guru Qiang.

...~Bersambung~...

1
Alfatih Cell
lanjut Thor crazy Up....semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!