Indigo : Mereka Yang Tak Terlihat

Kira baru saja sampai ke rumah hampir larut malam karena ada tugas yang harus dia kerjakan hingga menghabiskan waktu sampai semalam ini.

Karena setiap anggota keluarga memiliki kunci cadangan, maka mereka bisa masuk kerumah dengan leluasa walaupun pulang tengah malam dan tidak mengganggu siapapun dirumah.

Kira menjatuhkan tubuhnya di atas sofa karena terasa sangat lelah dan menguras energi sekaligus otaknya untuk mengerjakan tugas. Kira merasa haus dan akan mengambil minum di dapur, saat akan ke dapur tak sengaja matanya melihat sebuah pergerakan yang masuk ke dalam kamar Saga.

Karena dia pikir itu mungkin Saga, Kira pun melanjutkan mengambil minumnya dan Kira begitu terkejut karena saat berbalik, seorang gadis sedang duduk di sofa.

Kira beberapa kali mengedipkan mata untuk meyakinkan dirinya apa yang di lihatnya sekarang adalah benar. Setelah beberapa kali mengedipkan mata, ternyata sosok itu masih ada disana.

"Siapa itu? " gumam Kira.

Perlahan Kira melangkahkan kakinya menuju ruang TV dimana Hanna duduk disana. Kira seperti mengendalikan endap mendekati Hanna, Kira belum yakin apakah itu manusia atau bukan. Jika itu manusia, siapa dia??

Hanna menyadari seseorang mendekatinya dan langsung menatap ke arah Kira dengan wajah menyeramkan nya dan hampir saja Kira terlonjak kaget.

"Sial! Siapa kau?! " Kira bukan takut, hanya saja Hanna yang tiba tiba melihatnya membuatnya terkejut.

"Kau.. Bisa melihatku juga? " tanya Hanna. Berangsur angsur wajahnya kembali seperti semula.

"Kau... " Kira seperti tak asing dengan wajah itu.

"Aku Hanna, kau siapa? " tanya Hanna.

"Harusnya aku yang bertanya, sedang apa kau dirumahku? " Kira balik bertanya.

"Kenapa arwah penasaran ada dirumah kami? Siapa yang kau ganggu? " Kira menyangka jika Hanna adalah arwah penasaran yang mengikuti Saga atau Luna.

"Aku bukan arwah penasaran. " Hanna tak suka mendengar kata kata itu.

"Lalu apa? Pergilah! Ini bukan tempatmu ! " nada bicara Kira mulai tegas.

Dia tak ingin jika arwah ini mengganggu adiknya, Luna. Karena jika Luna berurusan dengan arwah penasaran, maka dia akan selalu dalam bahaya.

"Tapi Saga sudah berjanji akan membantuku. " Hanna tertunduk.

"Kak Saga? " Kira tak mengerti maksud Hanna.

Tanpa mendengarkan penjelasan Hanna, Kira langsung pergi ke kamar Saga yang dimana ternyata Saga masih terbangun dan sedang bekerja dengan laptopnya.

Tok

Tok

Tok

"Kak, bisa aku masuk? " tanya Kira.

"Masuklah." terdengar Saga menyahut dari dalam kamar

"Kak, maaf aku mengganggu malam malam. Kau sudah tidur? " Kira masuk ke kamar Saga.

"Belum, aku harus menyelesaikan beberapa naskah. " jawab Saga. "Ada apa? " Saga menutup Laptopnya.

"Kak itu yang di depan.. " Kira duduk di samping kakaknya.

"Dia arwah yang meminta bantuan. " jawab Saga.

"Dia meminta bantuanmu? " tanya Kira.

Saga mengangguk.

Kira mengangkat alisnya. "Kenapa? Bukannya kau tidak mau berurusan dengan arwah lagi, Kak? "

"Aku hanya akan mencobanya saja. " jawab Saga sekena nya.

"Bukan karena dia mirip dengan Kak Clarissa? " pertanyaan Kira membuat Saga menatap tajam ke arah Kira.

"Maaf, Kak. Bukannya aku mau mengungkit masa lalu, hanya saja dia mirip sekali dengan... "

"Tak ada hubungannya dengan itu! " Saga memotong perkataan Kira. "Sudah kau masuk dan istirahatlah. "

"Ya, baiklah. Selamat malam, Kak. " Kira pun beranjak dari tempat tidur lalu keluar kamar Saga.

"Aku harap Kak Saga tak akan membuka luka lama lagi. " gumam Kira.

Hanna yang berdiri di balik dinding tak sengaja mendengar percakapan mereka dan gunakan Kira. Dia terdiam, berpikir apa keberadaannya untuk minta tolong malah akan membuat seseorang terluka??

****

Luna tak menemukan Saga dimanapun saat dia terbangun dari tidurnya. Dengan mata yang masih lengket dan mengantuk, Luna mencari ke setiap ruangan namun pagi buta seperti ini Saga sudah tak ada.

"Aneh, ini kan hari libur. Masa kak Saga pergi ke kantor editor, sih. " Luna garuk garuk kepala yang tak gatal hingga membuat rambutnya semakin berantakan.

Tok

Tok

Tok

Luna pergi ke kamar Kira dan mengetuk pintu kamar nya.

"Kak! Kak Kira! "

Panggilan Luna sepertinya tak terdengar oleh Kira yang sedang terlelap.

Bug..

Bug

Bug

Ketukan berubah menjadi gedoran pintu yang keras hingga membuat Kira membuka matanya dengan terpaksa.

"KAK! KAKAK! " Luna mulai berteriak.

"Ya, iya. Ada apa, sih pagi pagi teriak teriak?! " Kira terpaksa membuka pintu.

"Kak Saga dimana? " tanya Luna.

"Mana ku tau, aku saja sedang tidur, kan?! " setengah terpejam Kira menjawab Luna.

"Ish, Kakak gimana, sih. " Luna cemberut .

"Mungkin dia pergi ke kantor editor, sudah nanti juga pulang. " Kira berniat menutup kembali pintu kamar dan kembali tidur namun Luna menahan pintu dengan kakinya.

"Apa lagi? " Kira sepertinya sangat mengantuk hingga tak kuat meladeni Adiknya itu.

"Hari ini libur, mana mungkin pergi ke kantor Editor. " kata Luna.

Ucapan Luna membuat Kira membuka matanya.

"Lalu, dia pergi kemana? " Kira malah balik bertanya.

Plak..

Luna memukul pipi kakaknya agar dia sadar sepenuhnya.

"Aduh, sakit tau. " Kira mengusap usap pipinya.

"Coba telpon kakak. " suruh Luna.

"Baik, baik. Tunggulah di depan. Aku ambil ponsel dulu. "

Luna menurut, dia kembali ke meja makan yang dimana sarapan untuk mereka berdua sudah tersedia.

"Gimana? " tanya Luna saat Kira datang sambil memegang ponsel.

"Ponselnya mati, tak bisa di hubungi. " jawab Kira.

"Aneh, tidak biasanya Kak Saga pergi tanpa memberitahu kita. " Luna mulai cemas

Kira terdiam, dia teringat dengan sosok gadis tdi malam yang katanya meminta bantuan Saga, tapi bantuan apa?

Sementara itu, Saga sudah berada di depan gedung ZM Entertainment dimana Nathan adalah salah satu artis disana!

Saga berdiri bersama Hanna di sampingnya, dia berniat bertemu dengan Nathan dan mengatakan apa yang terjadi. Namun semua itu tidak akan semudah apa yang di pikirkan Saga!