Niel Vilet adalah seorang pangeran dari kerajaan Loginia yang memiliki reputasi buruk sepanjang kerajaan berdiri, hanya dalam masa menjabatnya 3 tahun sebagai raja, dia telah memicu pemberontakan terhadapnya yang dipimpin oleh empat pahlawan reformasi yang terdiri dari pahlawan pedang, tombak, perisai dan gadis suci.
Keempatnya berhasil membunuhnya setelah menggabungkan seluruh kekuatan dalam peperangan panjang, dalam penyesalan itu Niel berharap bisa mengulang kembali semuanya dari awal hingga akhirnya dia menyadari telah kembali ke sosoknya di masa lalu 10 tahun yang lalu. Di kesempatan keduanya ia ingin menghindari eksekusinya dengan berbagai cara yang dapat ia lakukan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isekai Fantasy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30 : Orc King
Tanpa membuatku berbicara lagi Orc King menerjang ke depan, dia kemungkinan akan melemparkan kapaknya seperti sebelumnya namun dia lebih memilih mengayunkannya ke depan dengan gerakan tanda X di udara.
Serangannya kuat dan terarah, dibandingkan melemparkankannya aku bisa setuju bahwa apa yang dilakukannya memanglah tepat. Dia bergerak seperti seorang veteran perang yang mampu mengakumulasi gerakan musuhnya juga, aku membungkuk untuk mengambil celah pada serangan menyamping selagi mengirimkan serangan balasan.
Dia memutar kapaknya untuk mendorong pedangku ke tanah sedangkan kapak yang lain dijatuhkan untuk membelah kepalaku.
Aku menghindarinya setipis rambut dengan bersalto ke samping setelah meninggalkan pedangku begitu saja.
Dengan satu tendangan lokomotif aku menendang wajah Orc King sampai ia terlempar menghasilkan ledakan besar.
Dia bangkit dengan memegang kapaknya.
"Kekuatan yang luar biasa, aku dengar di kerajaan ini ada pahlawan, apa itu maksudnya dirimu juga."
Aku jelas segera menyangkalnya.
"Mana mungkin aku pantas menyandang gelar pahlawan, aku hanya orang yang bertanggung jawab atas kota ini."
"Jadi begitu, siapapun itu aku harus mengalahkannya."
Dia kembali berlari untuk mengayunkan senjatanya, tidak seperti sebelumnya aku melapisi pedangku dengan cahaya hitam sebelum menabrakannya tanpa jeda.
Bunyi logam bertubrukan menjadi satu-satunya yang terdengar, aku harus memuji kekuatan Orc ini, bagaimana dia terus mempercepat gerakannya hanya untuk mengimbangi seranganku adalah sesuatu yang luar biasa.
Itu berlangsung untuk beberapa saat sebelum Orc King menyadari bahwa kapak miliknya mulai keropos.
"Mustahil? Ini senjata sihir."
Satu tebasan dariku menghancurkannya dengan mudah termasuk memotong tubuh Orc King dengan rapih hingga dia jatuh ke tanah setelah kehilangan kesadaran untuk selamanya.
"Jika kau menunggu sekitar 10 tahun lagi kau akan lebih kuat dari sekarang, sayang sekali."
Aku mengalihkan pandangan jauh ke samping dan berkata.
"Sampai kapan kau akan melihat."
Menanggapi perkataanku adalah seorang gadis bertelinga rubah dengan pakaian ninja hitam tipis yang muncul dari pepohonan. Dia tersenyum selagi meletakan kedua tangannya di belakang.
"Aku ketahuan kah.. apa Anda akan membunuhku juga?"
Aku mendesah pelan.
"Jadi Hime yang menyuruhmu kemari."
"Ugh, bagaimana bisa Anda?"
Aku memilih mengabaikan keterkejutannya untuk beralih ke arah yang lebih penting. Ngomong-ngomong gadis ini memiliki rambut pirang sebahu dengan mata kuning emas.
"Katakan padanya apapun yang coba dia lakukan tidak akan berhasil, kekaisaran tidak mudah untuk untuk dihadapi."
"..aku akan melakukannya, aku sedikit bingung siapa Anda sebenarnya?"
Hime sialan itu, di masa lalu terus saja membujukku untuk bergabung dengannya sebagai tentaranya, aku tidak menyangka aku malah akan terlibat dengannya saat ini.
Mengetahui aku tidak akan menjawab pertanyaannya, gadis itu menghela nafas panjang lalu menghilang dengan hembusan angin di sekelilingnya.
Untuk sementara waktu aku bisa mencegah mereka untuk bergerak. Pagi berikutnya data orang yang terluka telah dilaporkan ke ruanganku.
Beruntung bahwa tidak ada yang sampai mati meski begitu jelas mempertahankan kota akan sulit jika hanya bergantung pada mereka, tidak ada jalan lagi kecuali aku memanggil 4 roh agung itu sebagai bantuan.
Aku dan Keysa diam-diam menggunakan ruangan bawah tanah untuk melakukan semacam pemanggilan.
Aku menggambar lingkaran sihir yang rumit dengan kapur putih sebelum mengalirinya dengan energi sihir, semuanya ada empat buah.
"Jika Anda memanggil iblis aku akan langsung menghabisinya."
"Bukannya perkataanmu cukup menakutkan."
"Hanya untuk berjaga-jaga."
Aku tersenyum masam menanggapinya lalu mengarahkan tangan ke depan sebagai bentuk untuk pengaktifannya.
"Sekarang dengarkan panggilanku kalian semua."