Raka Sahasya, laki laki yang hidupnya tidak pernah bahagia bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang yang tulus itu meninggal dunia usai menyelamatkan seorang siswa yang terjatuh di jalan raya.
Namun bukannya di berangkatkan ke surga, ia malah di tahan dengan ucapan bahwa hidup nya belum selesai di dunia ini.
Raka belum pernah merasakan kebahagiaan, maka dari itu makhluk yang seperti malaikat itu memberikannya kehidupan yang kedua kalinya demi bahagia dan diliputi kasih sayang.
"Gua Raka! Siapa Razka?! Gak kenal!"
Di kasih kesempatan buat idup sih dikasih. Ya cuma ...
"Kenapa gua malah idup di badan orang lain anj*ng!"
Raka bertransmigrasi ke tubuh Razka pangeran Ganendra- laki laki yang ia selamatkan sebelum meninggal waktu itu.
"Sialan! Tau gini mending gak usah gua selamatin!"
Akankah kehidupan kedua nya berjalan dengan mulus? Bisakah Raka merasa bahagia dan di kelilingi oleh cinta dan kasih sayang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aria adelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sma Uranus
"RAZKA PANGERAN GANENDRAAAAAAAAAA!!!"
Pekikan keras yang berasal dari arah yang berlawanan membuat yang di panggil merasa jengkel. Dua laki laki berperawakan tinggi itu berlari terbirit birit kepadanya.
Setelah sampai di depan Razka, ia langsung menyentuh wajahnya, memeriksa apakah teman nya itu cedera atau memliki bekas luka kemarin.
"Aiissh! Papa khawatir banget sama kamu nak,"
Jengkel. Itu yang pertama kali ia rasakan ketika melihat teman nya yang over acting itu. Detik selanjutnya, ia memeluk Razka dengan tulus hingga membuatnya terdiam.
Kaivan terkekeh melihat wajah adiknya. Ia pun merangkul salah satu teman Razka dan memperkenalkan nya padanya.
"Mereka temen temen kamu. Ini Kavi, itu Davka, yang meluk kamu itu namanya Varent. "
Razka mengangguk paham. Sedangkan Varent, Davka dan Kavi menoleh kompak padanya seolah bertanya dengan apa yang ia katakan barusan.
"Iya... Adek abang sempet ilang ingatan. Jadi bantu Razka lagi ya?" Ucap Kaivan memohon kepada teman temannya.
"Pasti bang. Serahin aja sama Varent!" Seru Varent yang selalu terlihat menonjol.
"Yaudah, abang duluan ya." Setelah memeluk Razka, ia pun berjalan duluan.
"Kelas?" Tanya Kavi pula.
"Yooi!" Seru Davka juga.
Masih bingung dengan mereka. Karena selama ini teman yang mau ia ajak mengobrol hanya Razel. Tidak ada satu pun yang berani mendekati nya karena ia yang memiliki sifat buruk.
Sekarang ia akan memperbaiki semuanya di tubuh baru nya. Ia ingin berteman dengan semua orang. Ia akan menunjukan sifat yang terbaik agar orang orang nyaman jika dekat dengan nya.
Razel. Aaahh... Razka jadi merindukan nya. Bagaimana kabar anak itu sekarang ya? Ia benar benar penasaran.
Apakah Razel akan frustasi atas kematian nya?
"Weh! Bengong mulu!" Varent berusaha menyadarkan nya dari lamunan.
"I,iya... M,maaf..." Cicit Razka. Kavi hanya menghela nafasnya dan menyuruhnya untuk duduk.
"Loe... Sebangku ama gue!!!" Ujar Davka padanya.
"Oh iya? Oke oke. Sekarang... Kasih tau gua, ada PR apa yang belom gua kerjain." Ucap Razka memulai percakapan ringan agar bisa lebih dekat dengan teman temannya.
"Gak ada PR apa apa kok Ka. Apa yang loe lakuin sampe bisa ke jedot gitu?"
Razka terdiam. Ia pernah di beritahu Yohan tentang apa yang terjadi padanya sehari sebelum ia mengalami kecelakaan.
Ia mulai menceritakan masalahnya kepada teman teman nya. Waktu itu Razka berdebat dengan kedua orang tuanya karena ia sudah lelah dengan semua urusan yang menyangkut bisnis.
Namun di sana Mahesa marah karena Razka menjadi anak yang selalu melawan ucapan orang tuanya. Alhasil dengan ketidaksengajaan nya, Mahesa menampar Razka hingga ia kecewa dengan sifat ayahnya.
Akhirnya ia kabur dari rumah, namun di pertengahan jalan ia terjatuh hingga tak mampu berdiri karena rasa sakit yang tiba tiba menghujam paru paru nya.
Dan... Yah... Akhirnya nama Raka disebut. Ia didorong oleh Raka namun ia juga sama sama terbentur trotoar hingga tak sadarkan diri.
"Makannya kenapa dapet luka ini," Razka mengakhiri ceritanya.
"Miris cok..." Davka merasa prihatin.
"Terus hubungan loe sekarang sama orang tua loe gimana?" Tanya Kavi pula. Laki laki yang selalu diam memperhatikan itu akhirnya angkat suara.
"Gak papa. Lagian ini bukan gua yang asli," Gumaman pelan itu terdengar samar di telinga Kavi.
"Apa Ka?" Kavi memintanya untuk mengulang perkataannya barusan.
"B,bukan apa apa." Razka kembali tertunduk.
Kavi tersenyum tipis. Ia pun menepuk bahu sahabatnya pelan.
"Gua seneng. Sekarang loe berubah Ka," Ucapan itu sedikit membuat Razka tertegun. Ia menatap Kavi penuh keheranan.
"Secara... Loe gak pernah ceritain tentang keluhan loe sama kita. Gua ikut seneng karena loe jadi bisa terbuka sekarang," Sahut Davka juga.
"Anak papa udah berubah... Papa bangga sama adek. Adek uda dewasa," Varent ikut mencubit pipi nya.
Razka menepis tangan Varent dari pipi nya. "Gua tetep Razka yang sama. Gak beda sama yang dulu, jadi jangan anggap lebih."
Razka mengatakan hal yang salah lagi. Sifatnya yang tidak suka di kasihani masih bersarang sampai ia keceplosan di depan teman temannya.
Varent lah yang paling terkejut disini. Beberapa menit yang lalu padahal ia berceloteh panjang lebar, sekarang ia kembali ketus. Sebenarnya apa yang ada di dalam diri Razka?
Razka memandangi teman teman nya yang menjadi diam karena ucapan nya. Razka sadar diri, ia memang keterlaluan.
"Pht, gak usah di anggap serius kali. Gua tetep baik baik aja walaupun pernah di tampar bokap gua," Ucap Razka yang membuat teman temannya tersenyum lega.
"Tetep sama kita ya Ka? Jangan kemana mana," Ucap Varent yang memeluk Razka duluan.
Seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Hatinya kembali menghangat dengan perasaan aneh yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
Apakah teman teman nya peduli kepadanya hingga khawatir sekali akan keadaannya?
"Gak akan," Katanya pelan.
...•••...
Bel istirahat akhirnya berbunyi. Razka cukup pusing dengan pelajaran yang di pelajari nya tadi.
Sekarang Razka mau pergi ke kantin untuk mengisi perut, mengingat tadi perutnya belum kenyang.
"Loe mau pesen apa Ka? Biar sekalian," Ucap Kavi padanya. Razka sedang menimbang nimbang makanan apa yang akan ia beli disini.
Luas kantin ini seluas lapangan indoor di sekolahnya yang dulu. Mungkin disini makanan nya lebih banyak dan elite.
"Gue masuk seblak, 3 sendok. Minuman nya es jeruk," Ucap Razka setelah memikirkan nya matang matang.
Kavi bertatapan dengan Davka lalu menatap Razka ragu. Razka yang tengah bercanda dengan Varent lantas menoleh.
"Kenapa?"
"Loe yakin mau seblak level tiga? Lu kan gak suka yang terlalu pedes," Ujar Davka padanya. Razka menelan saliva nya.
"Sekarang udah suka kok. Kemaren latihan di rumah, simulasi makan pedes. Ternyata enak," Ucap Razka meyakinkan teman teman nya.
Karena sudah tidak ragu lagi, akhirnya Kavi mengangguk. Kemudian ia pun menanyakan makanan apa yang mau di beli Varent.
"Bakso merrrrchon nya mang Pepen kek biasa!!!" Varent sampai berdiri saking semangat nya.
Mata Razka berbinar. "B,beneran ada bakso mercon disini?! Kok gak bilang...?" Razka sedikit protes karena Varent terlambat memberitahunya. Sedangkan Kavi dan Davka sudah pergi jauh dari mereka berdua.
"Ehehehe... Kalau biasanya gue tawarin elu beli mercon kagak mau. Sekarang gue gak nawarin bilang nya mau... Jadi disini elu yang salah," Imbuh Varent yang menggaruk tengkuknya.
"Lain kali gua mau beli mercon ah! Level sepuluh!" Razka bertekad kuat untuk membeli makanan itu.
"Eh Ka. Kira kira makanan yang bagus buat si Uwii apa ya?" Tanya Varent padanya. Ia kini sedang sibuk meng scroll ponselnya.
Razka yang agak malas dengan Varent itu menyahut nya dengan ogah ogahan. "Mercon. Kasih aja mercon,"
Varent terbeliak. "Seriusan kalau mercon bakal di makan?!" Tanya nya bersemangat.
"Iya lah. Siapa pun bakal seneng kalau di kasih makanan pedes," Jawab nya lagi.
"Ah, kemaren udah gue kasih seblak tapi malah gak dimakan. Kata ibu gue si Uwii itu gak suka makan pedes, suka nya makan whiskes."
Ucapan Varent membuat keningnya mengerut. "Bentar, kalau di kasih whiskes gak akan mati tu anak? Whiskes kan makanan kucing, romlah!" Razka menempeleng kepala kawan nya yang kuras waras ini.
"Lah emang si Uwii kucing Onta!" Giliran Varent yang menoyor kepala nya.
Astaga... Ia benar benar di buat pusing oleh si Varent ini. Mimpi apa dia di kasih temen yang bikin dia ngabrut kayak gini woy?!
"Kenapa kagak bilang kalau si Uwii itu Kucing?! Gila!"
Bugh!
"Awas. Loe ngotorin tempat gue,"
The end.
Maaf ye telat update. Soalnya sekarang lagi persiapan masa PMB, jadi agak sibukkan dikit.
...
...
5 like mendarat buatmu ya. semangat.