Tarik Ulur Cinta

Seminggu berlalu, dan saatnya Jemima kembali ke Bali dan bersiap menghadapi Arion. Sesuai dengan janjinya Rusli menemani Jemima kembali ke Bali. Dalam kepala Rusli sudah tersimpan banyak ide untuk membalas dendam ke Arion, karena sudah bersikap semena-mena kepada sahabatnya.

“Le go,gal! Revenge time is ready!” seru Rusli, yang membuat Jemima menggelengkan kepala saat mendengar suara Rusli yang terdengar berapi-api. Ia tidak bisa memikirkan ide gila apa yang akan Rusli lancarkan untuk membalas perlakuan Arion. Ia mengenal watak Rusli dengan baik, terkadang Rusli bisa melakukan hal yang di luar nalar manusia.

Setiap kali Jemima bertanya tentang rencana Rusli, ia hanya berkata bahwa hal itu adalah rahasia. Jemima hanya berharap Rusli tidak melakukan tindakan yang akan memperparah hubungan antara dirinya dan Arion karena bagaimana pun kedua ibu mereka, bersahabat baik.

“Udah jangan kebanyakan ngomong, Rus! Saya lapar!” gumam seseorang yang sejak tadi berada bersama mereka.

“Ihh, siap bos…. Ku, cuz!” Rusli langsung membalas perkataan Michael dan menarik tangan Jemima, sebelum atasannya mengamuk. Rusli sudah berusaha membujuk Michael untuk ikut dalam rencana mereka, dan ia tidak ingin Michael membatalkan niatnya.

***

“Akhirnya kamu masuk juga! Gimana menyenangkan liburan dadakannya?” tanya Arion dengan nada sarkastik saat keesokan harinya Jemima menghadap ke kantor lelaki itu.

“Ehm, maaf sebelumnya karena saya hanya meminta izin lewat chat pak…, ehm, papa sama mama kirim salam. Ini oleh-oleh buat bapak! Oh iya, kebetulan Michael dan Rusli ada di Bali, nanti malam mereka ngajak ketemuan!” balas Jemima.

Gadis itu berusaha terlihat tenang, walau pun sebenarnya ia merasa sedikit gentar dengan tatapan tajam Arion, yang seolah ingin menguliti dirinya.

“Michael?” Arion mengangkat sebelah alisnya, saat menyebutkan nama rekan kerja mereka itu.

Jemima hanya mengangguk kepalanya tanpa menjelaskan lebih lanjut alasan tentang keberadaan Rusli dan Michael di Bali. Karena merasa tak ada lagi yang ingin ia sampaikan kepada Arion, Jemima berniat untuk pamit tetapi perkataan yang keluar dari bibir Arion membuat ia mengurungkan langkahnya.

“Apa kamu sekanak-kanakan itu, sampai kamu harus keluar dari rumah karena ucapan aku?! Bukannya aku ngomong yang benar, ada yang salah dengan ucapan aku? Untuk apa kita bertunangan tanpa cinta? Aku cuma engga pengen keluarga kita ngekang kebebasan kita!”

Penjelasan dari Arion membuat Jemima menghela nafas berat, sebelum akhirnya ia memandang langsung ke netra lelaki itu.

“Apa kamu engga bisa milih kata-kata yang lebih enak di dengar? Arion, aku masih punya hati kalo kamu lupa! Ah, udah lupain aja, karena dari awal aku juga engga pernah punya niatan untuk berhubungan apalagi sampai nikah sama kamu! Mungkin sesaat aku hanya terjebak dalam euforia manis tentang persahabatan kita dulu! Tapi aku sadar semua udah berlalu, mari kita jalani kehidupan pribadi kita masing-masing, Pak Bos! Saya permisi!”

Jemima segera melangkah dan meninggalkan Arion yang terdiam saat mendengar jawaban dari Jemima. Jemima mengepalkan tangan dengan keras, ia tidak ingin lagi terlihat lemah di depan Arion. Lelaki bukan hanya Arion saja, walau Jemima dengan sadar mengetahui bahwa lelaki itu bisa menjadi salah satu kandidat terbaik untuk menjadi suami idaman banyak wanita.

‘Selamat tinggal persahabatan, selamat tinggal Arion. Bagiku, sekarang kita hanya rekan kerja, engga lebih!’

***

Arion dan Jemima menemui Michael dan Rusli di restoran tempat mereka janjian. Jemima awalnya menolak untuk pergi bersama dengan Arion, ia memilih untuk memesan ojek online dari pada harus semobil dengan lelaki yang ingin ia jauhi itu. Namun, Arion memaksa agar mereka pergi bersama karena ia tidak ingin Michael dan Rusli bertanya-tanya tentang hubungan mereka. Jemima hanya bisa mengalah karena ia tidak ingin Arion mengetahui bahwa Rusli dan Michael sudah mengetahui tentang hal itu.

“Malam bro, gimana kabarnya?” tanya Michael sembari menyalami Arion dengan santai.

“Baik, dalam rangka apa ke Bali, bro?” balas Arion sembari membalas jabatan tangan Michael.

“Ahh, ini nemanin Rusli nyari hadiah pernikahan buat sang istri tercinta. Sekalian mau nemenin Mima balik ke sini!”

Perkataan Michael membuat raut wajah terkejut tercetak dengan jelas di wajah Arion. Walau hanya sesaat tetapi Rusli masih bisa melihat raut keterkejutan itu dengan jelas. Rusli menyeringai senang dan memainkan matanya saat melihat ke arah Jemima, yang terlihat menghela nafas panjang.

Ia akhirnya memahami rencana dari Rusli, setelah mendengar perkataan dari Michael.

“Wah, ternyata hubungan kalian bertiga dekat banget ya,” ujar Arion yang terlihat sudah bisa menguasai dirinya dengan baik.

“Iya dong, dekat banget lah, Pak! Dulu Pak Michael dan Jemima ‘kan digadang-gadang sebagai pasangan terfavorit di hotel!” Rusli menimpali perkataan Arion, yang membuat Jemima tercengang.

‘Sejak kapan aku dan Pak Michael dapat julukan kayak gitu? Rusliiiiii!’

Jemima memelototi Rusli yang terlihat tidak perduli dengan tatapan yang penuh ancaman dari sahabatnya itu. Sementara itu, Michael memilih tersenyum simpul sembari memandang ke arah Jemima. Arion tidak mengeluarkan sepatah kata pun, ia hanya tersenyum sembari mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Ekhem, kita pesan makanan dulu?” ujar Michael untuk memecah keheningan yang tiba-tiba terjadi di antara mereka. Jemima dengan cepat menyetujui perkataan dari Michael itu, karena ia tidak mengetahui cara menimpali perkataan Rusli yang sangat provokatif itu.

Mereka makan malam dengan tenang, sembari mengobrol banyak hal. Sesekali Rusli terus melancarkan jurusnya untuk menyerang ketenangan dari Arion, yang tidak membuahkan banyak hasil karena sepertinya Arion tidak terpancing dengan permainan dari Rusli.

Michael memandang geli ke arah Rusli karena merasa lelaki itu menjadi kesal terhadap sikap dingin Arion.

“Ehm, sayang , kamu kebiasaan deh, kalo makan suka belepotan!” ujar Michael tiba-tiba sambil mengelap sudut bibir Jemima dengan jempol tangannya yang membuat Jemima terkejut, sedangkan Rusli bersorak senang dalam hatinya. Ia ingin memeluk erat Michael karena ternyata atasannya itu mendukung rencana mereka, bahkan berperan aktif.

Rusli langsung melihat ke arah Arion yang tetap terlihat tenang.

‘Cih, mari kita seberapa lama ketenangan kamu itu akan berakhir, anak muda! Jangan panggil namaku Rusli, kalo engga berhasil buat kau ngibarkan bendera putih, di depan si cantik kami!’ 

Wajah Jemima bersemu merah, jantungnya berdetak kencang karena tindakan Michael. Selama ini, ia dan Michael memang dekat, tetapi kedekatan mereka hanya sebatas hubungan kerja. Ia tidak pernah pergi berduaan dengan Michael, bahkan tidak pernah ada gosip tentang mereka di kantor. Tindakan Michael kali ini, pasti adalah bagian dari rencana yang sudah diatur oleh Rusli. Ia ingin memaki Rusli karena membuat Michael harus bertindak sejauh ini.

Usapan Michael di sudut bibir Jemima tadi, adalah tindakan yang ternyata mampu membuat jantung Jemima berdetak kencang. Ia tak sanggup memandang ke arah Michael yang duduk di hadapannya, apalagi Arion yang duduk di sebelahnya.

“Ehmm, makasih, Michael!” cicit Jemima walau matanya hanya tertuju pada makanan yang terletak di meja.

Rusli terkikik melihat sikap malu-malu Jemima, yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Ia sangat menyukai reaksi yang tampak pada wajah Jemima, karena sahabatnya bertingkah layaknya gadis manis yang sedang jatuh cinta dengan sikap malu yang tidak dibuat-buat.

‘Rusliiiii!’

****