NovelToon NovelToon
The Prisoner

The Prisoner

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Miss Loxodonta

Kembali ke Kota kelahirannya di Hamburg—Jerman menjadi awal penderitaan Lenka Lainovacka. Dia disekap di ruangan bawah tanah oleh Steven Gershon—pria yang sangat membencinya karena mengira ia adalah orang suruhan Piero—musuh bebuyutannya Stevan dan turut terlibat dalam kecelakaan yang menewaskan kekasih pria itu.


"Kau ingin mati, bukan?" menautkan kedua tangan di bawah dada, Steven bersandar pada dinding ruangan itu. "Tapi aku belum rela, Len—ka," dia menekan nama perempuan itu sampai suara gemeratuk giginya terdengar. "Aku harus menyiksamu setengah mati dulu."

***

Ig : @missloxodonta

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Loxodonta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Makanan Khas Indonesia

Sesampainya di Hamburg, Steven tidak langsung ke villa, ada rapat yang harus ia hadiri di Gershon group. Sebenarnya hari ini dia ingin menginap di mansion utama, sebab besok dia akan bertemu dengan Piero dan dalam seminggu penuh ke depan dia juga harus selalu hadir di perusahaan mengingat sudah banyak pekerjaan yang belum ia selesaikan disana. Tapi permintaannya pada Lenka semalam mengharuskan Steven kembali ke villa siang nanti.

Setelah rapat selesai, buru-buru dia langsung tancap gas menuju kantor perkebunan keluarga Gershon. Valir tadi menghubunginya, meminta mereka bertemu sebentar.

“Kak!” Steven setengah berlari, menghampiri sang kakak yang sedang sibuk di depan layar komputer.

“Cepat sekali kau sampai,” Valir menghentikan pekerjaannya. “Bagaimana perjalanan bisnismu di Munich? Lancar?” Tanya pria itu sambil merangkul sang adik yang hampir sebulan belakangan ini sangat jarang bertemu dengannya.

“Semuanya berjalan baik.” Jawab Steven turut membalas rangkulan penuh kasih sang kakak, mereka seperti sedang melepas rindu jadinya.

“Suka sekali kau menyembunyikan masalah dariku, ya. Jadi aksi demo di pabrik tekstil itu bagaimana, hah?!” Berkacak pinggang, Valir mendorong pelan tubuh sang adik menggunakan siku tangannya.

“Shiit!! Pasti Kendry yang melapor pada kakak, kan.”

Umpatan Steven barusan membuat dia mendapat jeweran keras di telinga sebelah kanannya.

“Auhh kak, sakit sekali.” Pria itu meringis kala sang kakak berjalan sambil menarik telinganya kuat, membuat tubuh Steven ikut bergerak mengikuti langkah kaki Valir.

“Memang Kendry yang melapor, trus kau mau apa, hmm?” Valir membawa sang adik ke sofa, mereka duduk bersisian disana, bersamaan dengan tangannya yang melepaskan jeweran dari telinga Steven yang kini tampak memerah.

“Tidak mau apa-apa kak,” jeweran sang kakak menyisakan sedikit rasa sakit, membuat Steven berkali-kali mengusap daun telinganya. “Bukan masalah besar juga kak, sudah di handle Nicole jauh-jauh hari.” Lanjut pria itu.

“Kalau bukan masalah besar, kenapa kau sampai mengancam sepasang suami istri itu di gudang minyak kita?” Valir menelisik manik sang adik dengan tajam agar tidak ada kesempatan bagi Steven untuk berkilah.

“Astaga, Kendry si mulut ember sialan sudah memberitahu semuanya, ya.” Tampak raut kekesalan di wajah Steven sebab sang asisten lebih penurut pada kakaknya dibanding dia—bos dari Kendry sendiri.

Valir dapat membaca ekspresi Steven yang kentara sekali tidak suka dengan perbuatan Kendry.

“Kau dengarkan kakak dulu,” Valir menangkup kedua lengan sang adik hingga manik mereka saling beradu. “Kami sangat menyayangimu, Stev. Aku juga tidak punya siapa-siapa lagi selain dirimu. Jadi kakak mohon sekali agar apapun masalah yang sedang kau alami, jangan pernah sungkan bercerita pada kakak.”

Mendengar ucapan sang kakak, Steven dibuat terharu. “Maafkan aku kak, aku hanya tidak mau membebankan kakak.” Ujar pria itu lirih.

“Tidak, Stev. Aku tidak pernah merasa terbebani, justru aku akan merasa senang kalau kau mau berbagi cerita. Mungkin kita bisa menyelesaikannya bersama-sama, bukankah semuanya akan lebih sulit jika dilakukan seorang diri, hmm?”

Steven mengangguk, dia membenarkan perkataan Valir. Dia bersyukur berkali-kali di dalam hati, sebab saat satu persatu orang yang ia cintai pergi menghadap Sang Khalik, masih ada sang kakak yang bersedia menanggung masalah—kesedihan—penderitaan bersamanya.

“Terimakasih sudah terlahir menjadi kakakku.” Raut Steven yang sempat masam kini malah mengharu—biru, hampir saja dia menangis tapi ia tahan karena tidak mau terlihat menyedihkan di depan sang kakak.

“Jangan pernah mengabaikan keberadaanku, mengerti? Kau punya kakak disini.” Valir mengacak rambut sang adik yang mulai melebarkan senyum.

“Kak!! Aku bukan anak kecil lagi.“ Steven mencoba menepis tangan sang kakak tapi Valir selalu berhasil menghindarinya.

“Di mata kakak, kau tetaplah seorang anak kecil.” Ujar Valir terkekeh.

Di tengah guyonan sang kakak, Steven teringat dengan Lenka yang siang nanti akan ia temui.

“Aku tidak bisa lama-lama kak, ada janji pada klien sebentar lagi.” Ujar Steven berbohong, dia terpaksa menyudahi obrolan mereka.

“Jam berapa bertemunya? Kau belum menceritakan masalah di Munich, Stev.”

“Sebentar lagi kak,” jawab Steven asal. “Masalah di Munich ‘kan sudah diceritakan Kendry, kak. Lagi, semuanya sudah beres, kakak tidak perlu khawatir, ya. Aku pergi dulu.” Pamit pria itu yang terlihat buru-buru keluar dari ruangan sang kakak.

Valir hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah sang adik.

_

_

Tepat di pukul satu siang Steven tiba di villa, dia langsung berjalan menuju ruang makan yang berbatasan dengan dapur. Disana sudah ada Samantha dan juga Lenka yang sedang menyiapkan makanan.

Menatap satu persatu makanan yang terhidang di meja, kerutan dalam menghiasi kening Steven, hampir tidak ada yang ia kenali selain bebek bakar.

“Anda sudah sampai, Tuan. Maaf, kami sedikit lama. Makanan yang Non Lenka masak cukup banyak.” Ujar Samantha sambil tangannya sibuk meletakkan makanan yang ia bawa dari dapur menuju meja makan. Dia tidak memperhatikan raut Steven yang bingung—menerka-nerka nama dari setiap kudapan yang tersaji. Sedangkan Lenka masih bergulat di dapur, memindahkan masakan yang sudah matang ke dalam wadah—dia benar-benar mengabaikan kedatangan Steven meski ia sudah menyadari keberadaan pria itu.

“Selesai!!” Seru perempuan itu, membawa menu terakhir kehadapan Steven, dia tampak sumringah karena sudah berhasil menyelesaikan pekerjaannya.

“Kalian duduklah, makan bersamaku disini.” Ujar Steven yang membuat Lenka terlonjak girang, pun juga dengan Samantha yang tak menyangka sang majikan mau berbagi meja makan bersama mereka.

“Terimakasih.” Rasa senang mereka yang berlebihan membuat mereka serentak mengucapkan kata terimakasih pada Steven.

Dengan sigap Samantha segera menuangkan makanan ke atas piring Steven, dirinya melayani sang majikan terlebih dahulu agar dia bisa nyaman mengisi perutnya nanti.

“Cukup, Bi.” Ujar Steven dan wanita paruh baya itu pun beralih mengisi piringnya disusul dengan Lenka yang sudah tidak sabaran untuk makan.

Menyendokkan potongan daging berwarna coklat gelap yang berserat namun bertekstur lembut ketika dikunyah, Steven sampai terpaku kala rasa yang sangat asing melumer di mulutnya—sangat enak sampai membuat dia ketagihan. Lagi dan lagi dia menyantap daging tersebut.

“Stev—“ Lenka yang sudah sangat semangat untuk menyantap makanan yang ia masak tadi malah sibuk memperhatikan Steven yang tampak lahap, dia jadi lupa mengisi perutnya.

“Hmm,” Steven menelan makanannya terlebih dahulu, kemudian mengambil gelas yang berisi minuman dingin berwarna pink bercampur dengan beberapa buah-buahan. “Segar sekali, apa nama makanan dan minuman ini, Lenka?” Tanya pria itu sambil tetap fokus dengan kudapan yang ada di atas piringnya.

Senyum selebar wajah menghiasi wajah Lenka, dia sangat senang dengan respon Steven terhadap masakannya—yang paling penting pria itu suka dan menikmati makan siang buatan tangannya.

“Semua yang tersaji di meja adalah makanan dan minumkan khas Indonesia, Stev. Tadi, Tono keponakan Bibi Samantha yang mengajariku melalui sambungan video call.”

Uhukk...

1
Ivonovi
thor lanjutin dong 🙏🙏
narrehSha
love in strugell gmn kak kok ga ada kelanjutannya
F.T Zira
sudah mampir thor..
salam kenal yaa...
kalo berkenan mampir juga di karyaku Silver Bullet
muna aprilia
lnjut
marrydianaa26
mampir thor, semangat updatenya🔥
mampir juga di karya aku ya😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!