NovelToon NovelToon
Menikahi Pengawal Pribadi

Menikahi Pengawal Pribadi

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cinta setelah menikah / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Titin

Jelita Sasongko putri satu satunya keluarga Dery Sasongko dipaksa menikah dengan Evan Nugraha pengawal pribadi ayahnya. Jelita harus menikahi Evan selama dua tahun atau seluruh harta ayahnya beralih ke panti asuhan. Demi ketidak relaan meninggalkan kehidupan mewah yang selama ini dia jalani dia setuju menikahi pengawal pribadi ayahnya. Ayahnya berharap selama kurun waktu dua tahun, putrinya akan mencintai Evan.

Akankah keinginan Dery Sasongko terwujud, bagaimana dengan cinta mati Jelita pada sosok Boy?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 15

Gaun tak berlengan berwarna merah muda menjadi pilihan Jelita. Berbekal uang tiga puluh juta pemberian Evan akhirnya dia bisa hadir di ulang tahun Sesa teman kuliahnya.Sekaligus saingan cintanya, Sesa Sutoyo adalah putri tunggal dari keluarga Sutoyo yang juga jatuh cinta pada Boy kekasih Jelita.

Jelita pergi dengan dijemput oleh Boy, tentu saja sudah ijin Evan. Sementara Evan sendiri dari pagi tidak pulang. Bahkan ponselnya tak bisa dibuhungi. Beruntung pagi tadi Jelita sempat membahas masalah pesta ini.

"Kenapa melihatku seperti itu?" Tanya Jelita sembari menatap Boy yang duduk disampingnya. Boy tak menyahut, Tangan kokohnya membingkai wajah Jelita, lalu mengusap pipi mulus itu dengan lembut.

Jelita berusaha menghindar dari sentuhan Boy, ada rasa sungkan disudut hatinya saat Boy melakukan itu. Tiba-tiba rasa bersalah pada Evan menyusup kedalam lubuk hatinya.

"Boy malu dilihat supirmu tuh."

"Supirku lihat kejalan, bukan kekita. Bilang saja kamu tidak mau aku sentuh. Sudah berapa hari kita tidak bertemu, hanya menyentuh pipimu saja kau keberatan. Aku ini pacarmu bukan sih Je?" omel Boy bernada protes.

"Maaf, aku hanya merasa canggung."

"Kita pacaran Je. Aku sayang kamu, kamu sayang aku, ini hanya sentuhan kecil saat berpacaran. Pasangan lain bahkan melakukan lebih dari itu Je."

Jelita terdiam, dia tau mereka pasangan kekasih. Tapi Jelita tak mau disentuh Boy. Bukan sengaja tapi hatinya yang tak ingin, tapi sentuhan Evan, dia begitu menyukainya.

"Je, kamu dengar aku gak sih," Sentak Boy kesal. Sebagai lelaki yang menjadi kekasihnya Boy merasa sentuhan fisik sebagai pasangan adalah hal yang wajar. Kalau berulang kali mendapat penolakan hal yang wajar juga bila dia merasa marah.

"Apa harus ya, membahas masalah ini didepan orang lain," ucap Jelita berusaha mengelak dari pembahasan yang membuat kepalanya pusing.

Boy menarik napas dalam. Menatap Jelita lekat, benarkah sosok didepannya masih Jelita yang mencintainya dulu. "Kamu berubah Je, semakin lama aku merasa kamu semakin jauh. Kita memang harus membahas ini lain kali."

Jelita terpaku menatap Boy yang sudah memalingkan wajahnya menatap lurus kedepan. Boy benar, ada yang berubah pada hatinya. Kalau yang sedang marah saat ini Evan dia pasti sangat risau. Tapi ini dia hanya menatap Boy dengan perasaan bersalah. Tak ada risau untuk menenangkannya, membujuknya untuk meredakan amarahnya.Bagaimana bisa dia sendiri bingung.

Sepanjang perjalanan akhirnya mereka hanya diam. Boy ternyata benar-benar marah.

Mobil Boy berhenti di halaman hotel bintang lima. Pesta ulang tahun Sesa diadakan di ballroom di hotel ini. Begitu masuk ballroom nuansa putih dengan lampu gantung keemasan mendominasi seluruh ruangan.

Sesa tampil sangat mempesona malam ini, penampilannya mengundang decak kagum para tamu. Gaun panjang berwarna biru muda membalut tubuh indahnya. Ditambah aksesori dari perancang kenamaan membuat nilai tambah dari seorang Sesa.

Begitu melihat Boy bersama Jelita Sesa langsung menghampiri Boy. Seakan tak perduli Boy milik siapa Sesa mengalungkan tangannya kelengan Boy. "Boy kemana aja sih, kata tante kamu sudah pergi sedari tadi," ucap Sesa sembari membawa langkai Boy menuju kekeluarganya. Meninggalkan Jelita seorang diri. Ini juga salah Jelita, dia tak pernah mau berkunjung kerumah Boy berkenalan dengan calon mertua. Malah Sesa yang rajin mengunjungi ibunya Boy menjalin kedekatan layaknya calon mantu.

Sementara Boy sendiri seperti menuruti langkah Sesa dengan senang hati. Mungkin Boy sengaja melakukannya karena marah pada Jelita.

Sontak beberapa pasang mata menatap kearah Jelita. Tatapan penuh tanda tanya pada hubungan dia dengan Boy.

Jelita menatap Boy lekat, hatinya marah pada kelakuan Boy. Tapi kemudian dia melangkah ketempat lain mencari Sella yang juga diundang Sesa. Dari jauh Sella melambai kearahnya.

"Udah putus dengan Boy?" Tanya Sella begitu sudah dihadapan Jelita raut wajah tak suka terlihat jelas pada wajah Sella. Jelita menggeleng sembari tersenyum.

"Lalu tadi itu apa? Ninggalin kamu gitu aja. Lihat tatapan semua orang kepadamu. Dasar bereng sek!" Umpat Sella geram.

"Sudah jangan marah-marah nanti make up kamu luntur loh."

"Kamu bisa setenang ini Je?!"

"Enggak juga. Tapi kalau dia ingin Sesa biar aku kabulin," jawab Jelita sembari tersenyum. Boy tau Jelita tidak suka hal seperti itu. Tapi Boy melakukannya, bukankah itu pertanda Boy telah melawannya. Jelita menganggap Boy tengah menunjukan pemberontakan pada Jelita.

Sella dan Jelita memilih berdiri di sudut ruangan menikmati segelas minuman sembari mengikuti rangkaian acara pesta ulta Sesa. Boy terus berpartisipasi diacara ulang tahun Sesa. Dari suapan kue ulang tahun hingga turun keruang dansa. Walau sesekali Boy mencari-cari sosok Jelita ditengah ramainya tamu undangan.

"Kamu bisa tahan ya dengan apa yang Boy lakukan. Kalau aku udah tidak bisa tahan diri," ujar Sella sembari menatap Boy dan Sella. Jelita menarik napas dalam. Sebenarnya dia juga marah bahkan sangat marah. Tapi apa yang dia lakukan dengan Evan lebih dari itu, bukankah ini terbilang impas. Hanya saja Boy melakukannya di depan semua orang, menjatuhkan harga dirinya yang masih bergelar kekasih sahnya.

Kepala Jelita sudah mulai terasa pusing, tubuh Jelita yang memiliki toleransi sangat rendah terhadap alkohol itu mulai sedikit mabuk.

"Sel sepertinya aku harus pulang deh. Titip ini ya berikan ke Sesa." Jelita menyerahkan kotak kado pada Sella.

"Kamu gak ingin kasih sendiri?"

"Enggak deh, takutnya aku gak bisa tahan diri, lemparin kotak kado ke mukanya," ujar Jelita sembari terkekeh pelan.

"Bagus dong, biar dia tau diri. Tidak memperlakukan pacar orang sesuka hati!"

"Itu juga atas kemauan Boy, kamu gak lihat Boy melakukannya dengan senang hati tanpa paksaan. Udahlah aku balik dulu."

"Perlu aku antar gak?"

"Gak usah, orang suamiku udah jemput aku."

"Suami?" Tanya Sella membulatkan matanya. Jelita mengangguk tegas sembari menepuk pundak Sella halus kemudian berlalu pergi.

Jelita meninggalkan Ballroom menuju ke lobby hotel. Dia sudah mengirimi Evan pesan agar mengirim sopir untuk menjemputnya.

Tak lama mobil Evan sudah tiba di depan halaman hotel. Jelita bergegas masuk kemobil kepalanya sudah sangat pusing saat ini.

Dengan langkah terhuyung Jelita masuk ke Apartemen. Langkahnya berhenti di depan kamar Evan lalu masuk kedalam, melepas gaun dan korsetnya tanpa sungkan meninggalkan ********** saja. Kemudian membuka lemari baju Evan. Manik hitamnya mencari-cari baju yang ingin dia pakai.

Sementara Evan yang berada diruang kerja mendapat telpon dari supirnya bahwa Jelita sudah sampai di Apartemen. Evan bergegas memeriksa Jelita dikamarnya, tapi sosok Jelita tak berada di sana. Dengan langkah tergesa Evan masuk kekamarnya.

Langkahnya terhenti diambang pintu, lampu kamar yang masih terang benderang membuat Evan bisa melihat jelas benda yang berserak dilantai. Jantungnya berhenti berdetak saat netranya tertuju pada gaun dan korset milik Jelita yang tercecer di lantai kamarnya.

"Je!" Panggil Evan sembari melangkah mendekat ke ranjangnya. Melangkahi gaun dan korset yang tercecer. Merasa dipanggil Jelita yang bergelung dibalik selimut berajak bangkit dalam posisi duduk.

Dengan mata sayu Jelita menatap Evan yang berdiri mematung di tepi ranjang. "Ada apa."

Evan membisu. Jelita duduk bersila diatas ranjang, memperlihatkan lekuk tubuhnya begitu indah. Dengan hanya memakai kemeja milik Evan yang tak menautkan kancingnya sebuah pun.

"Kancingkan bajumu," ujar Evan sembari duduk ditepi ranjang, membantu menautkan kancing kemeja Jelita.

Evan baru berhasil menautkan satu kancing baju. Jelita malah melakukan hal yang sangat fatal. Dengan berani dia menarik tubuh Evan kearahnya mendaratkan kecu pan hangat di bibir Evan. Evan yang sedari tadi berusaha menahan hasratnya tak mampu menahan lagi. Kecu pan hangat Jelita pun bersambut.

"Kau yang memulai sayang jangan menyesal," bisik Evan saat melepas ciu man panas mereka. Jelita tak menyahut, mata sayunya memindai tubuh Evan penuh hasrat. Dia tak sepenuhnya hilang kesadaran oleh pengaruh alkohol. Dia masih memiliki separuh kesadarannya.

Dengan gerakan halus Evan mulai menjamahi tubuh mulus istrinya. De sah dan geliat lembut dari bibir dan tubuh Jelita membuat Evan lupa segalanya. Dia benar-benar mengikuti hasrat yang sudah berada di ubun-ubun.

Tubuhnya meremang saat jemari kokoh Evan bergerilya menyentuh seluruh tubuhnya. Nikmat dan hangat itu yang dirasa Jelita saat Evan menyentuh tubuhnya. Dia tak menolak saat Evan melangkah semakin jauh, saat ini dia juga menginginkannya.

"Sakit..." rengek Jelita.

"Hanya sebentar, tahan ya sayang," bujuk Evan ditengah cum bunya. Jelita hanya menganguk pasrah, apa lagi Evan sudah tak ingin mundur lagi.

Tubuh bermandi keringat dibawah kendali Evan itu hanya bisa menggengagam erat.Nikmat tapi sakit, membuat Jelita merintih dan menjerit. Gerakan halus Evan benar-benar menjebol benteng pertahan Jelita. Gerakan yang tadi halus berubah lebih cepat sekarang, mengikuti hasrat yang sudah memuncak menginginkan pelepasan.Hingga keduanya terkulai bermandi keringat.

Evan merengkuh tubuh yang bersembunyi dibalik tubuhnya dengan penuh kasih sayang. Dia masih tak percaya dia telah menjamahi istrinya.

"Sayang maaf, tapi aku sungguh menginginkannya. Aku tak bisa menahannya lagi." bisik Evan sembari membelai rambut hitam Jelita. Jelita tak menyahut, malah memeluk tubuh Evan erat. Evan tersenyum, cukuplah itu sebagai jawaban kalau Jelita memaafkan perbuatannya tadi.

Jelita sama sekali tak berani memperlihatkan wajahnya pada Evan, dia memilih menyembunyikannya dibalik dada bidang suaminya. Dia malu pada Evan, dialah yang telah memancing Evan hingga mereka tak mampu menahan lagi. Tapi aneh, bukannya kecewa Jelita justru bahagia.

Dan Boy, mungkin besok hari terakhir hubungan mereka. Kelakuan Boy malam ini membuat Jelita tak lagi punya alasan mempertahankan hubungan mereka.

To be continuous.

1
Jauriah Aspan
Mantap sangat puas dg alur cerita ini
Maria Longgak
suka sekali dengan ceritanya
Cesy Luthfi
Luar biasa
Arwet Bach
keren bgt
lia juliati
cerita bagusss konflik gak berat2 amat tp cerita alurnya mudah d ikuti
Sri Udaningsih Widjaya
Ceritanya keren thor
Rosmiati 52
ga pernah di azani
Hayanti Yanti
Luar biasa
jumirah slavina
kerennnn Evan...
Aku padamu pokoke..
😘😘😘😘
jumirah slavina
ko' Tuan trs manggil'y bkn Papa Keq Jelita.. kan mertua...
Ani Suwarni
karena ada Kiara
jumirah slavina
drtd ko' manggil'y Tuan bkn Papa..
jumirah slavina
apakah pekerjaan sampingan Evan mafia ??
jumirah slavina
wow
Ani Suwarni
akhirnya.....
Ani Suwarni
Evan yang cemburu kenapa hatiku yang deg deg serrrr ngiluuu 😆
Ani Suwarni
badan Evan terbuat dari apakah?
Ani Suwarni
siapa Evan sebenarnya?
Ani Suwarni
aku penasaran dgn sosok evan,semoga dia orang baik
Ani Suwarni
salut dengan Evan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!