Bercita-cita menjadi seorang menantu idaman adalah harapan semua perempuan yang sudah menikah.Menganggap orangtua pasangan seprti orangtua kandung adalah hal yang sulit yang pernah dirasakan.Selalu dianggap salah dan tak berguna menjadi penyebab hancurnya sebuah kepercayaan dari diri seorang istri.Hidup jauh dari suami dan harus bertahan dengan mertua yang bermulut pedas itu adalah ujian yang sangat sulit.Mampukan Ranti bertahan dengan pernikahannya ditengah keluarga suami yang toxic?
Ikuti kisahnya dalam cerita yang akan aku tulis ini ya gais.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 23
" Apa? Apa maksud ibu meminta Wiji cerai Bu.Ibu ini aneh-aneh aja si Bu,ibu Abis drama apa lagi sama ranti Bu!"
Suara Wiji terdengar begitu meninggi
" Ibu gak mau tau pokonya kamu harus menceraikan Ranti.Cerai cerai cerai!"
Mendapat desakan dari Mirah membuat Wiji semakin frustasi.Padahal moodnya baru saja bagus setelah beberapa saat melihat Dila.Seseorang yang sudah mampu membuat hatinya bergejolak dari pertama kali bertemu.
" Iya tapi ceritakan dulu apa yang udah terjadi Bu,jangan menjadikanrumahtangga Wiji jadi bahan lelucon bu.Masa iya tiba-tiba harus cerai,ibu ini ngaco banget si Bu!"
"Wiji! Kamu mau jadi anak durhaka,surga kamu ditelapak kaki ibu.Hati ibu sakit wiji,sakit! Asal kamu tau istri kamu udah kurangajar sama ibu dan dia sudah sangat keterlaluan.Dia mempermalukan ibu dengan memarahi ibu dan mencaci ibu didepan semua banyak orang,bahkan Ranti menampar kedua pipi ibu.Dia menuding wajah ibu,dia hiks hiks,Sakit sekali Wiji! Didepan tamu-tamu ibu Ranti merendahkan ibu,Ranti .."
" Stop Bu stop! " Belum selesai Mirah menambah cerita bohongnya Wiji sudah lebih dulu memotong ucapan mirah.
Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal.Cerita Mirah membuat hati Wiji bergemuruh.Hatinya bagai kertas yang terkena percikan api.Mudah sekali terbakar hanya dengan mendengar cerita yang belum tentu kebenarannya.
" Udah ya Bu jangan katakan apapun lagi! Wiji rasanya udah gak tahan lagi dengernya,Wiji gak terima ibu diperlakukan seperti itu oleh Ranti.Ibu yang tenang ya Bu,Wiji pastikan Ranti tidak akan lagi bersikap kurang ajar sama ibu."
" Wiji ibu..."
Tuut tuuut tuuut
Telfon dimatikan secara sepihak oleh Wiji.Sementara Mirah kini bersorak puas dalam hatinya karna dia sudah bisa membakar hati Wiji dengan karangan bebasnya.
" Rasain kamu Ranti,ibu gakan biarkan anak ibu bertahan dengan kamu.Lagipula Wiji sudah jauh dari kamu,aku tidak perlu repot membawa dia pergi dari kamu.Aku gak terima kamu mempermalukan aku didepan teman-temanku! Kamu bakal tanggung akibat dari perbuatan kamu Ranti!"
Mirah hanya bisa bergumam seorang diri.
Berbeda dengan Ranti,wanita malang itu kini baru saja sampai dirumahnya setelah diantar oleh salah satu tetangga yang kebetulan mendengar dan menyaksikan langsung keributan antara Ranti dan Mirah.
Sesampainya dirumah Ranti mempersilahkan Ervina masuk.Ervina merupakan tetangga sekaligus teman arisan Mirah,namun Ervina juga dekat dengan Ranti karna mereka sama-sama bukan orang asli kampung tersebut.
Namun Ervina datang lebih dulu dikampung itu,dia juga sudah mengenal mertua Ranti sejak lama.
" Ranti kamu yang sabar ya,menurut mba kamu untuk sementara jangan berkomunikasi dulu sama mertua kamu,jangan juga kamu datang kesana.Hindari dia dulu,mertua kamu itu toxic ran,dia juga playing victim.Kamu harus banget hindari interaksi sama dia demi menjaga kewarasan kamu.Kasian juga Arga kalau harus mendengar keributan dan kata-kata kasar setiap hari,harus liat ibunya nangis tiap hari.Setidaknya fikirkan mental Arga,gak usah merasa gak enak.Dia manusia yang tidak perlu dihormati atau dibelaskasihani." ujar Ervina dengan penuh penekanan dalam setiap ucapannya.Ia tau bagaimana watak seorang Mirah.
"Ran kamu udah pulang,katanya mau nginep ini baru setengah 6 loh udah dirumah?" Ucap Aminah kala melihat putrinya yang masih berdiri diambang pintu namun ia tidak melihat Ervina yang berdiri didepan ranti.
Mendengar suara ibunya Ranti menoleh,Aminah sudah tak asing lagi melihat wajah Ranti yang setiap kali pulang dari rumah mertuanya itu selalu sembab dan letih.
" Bu nitip Arga sebentar,ini Ranti lagi ngobrol dulu sama mba Ervina ."
" Loh ada tamu rupanya,ko diluar aja mba er? Ajak masuk ran,gak enak ngobrol diluar!"
" Iya Bu terimakasih,saya buru-buru sebentar lagi mau Maghrib.Ranti kalau gitu mba permisi,inget apa yang mba bilang tadi.Kasiani diri kamu ran,kamu berhak bahagia dan membela diri kamu saat kamu terus dizolimi."
Ervina mengusap lembut pundak Ranti,membuat Ranti merasa nyaman karena sikap lembut dan perhatian Ervina.
" Kenapa buru-buru,gak minum dulu mba er?"
" Ah tidak Bu terimakasih,lain kali saja saya mampir kesini.Kalau gitu permisi dulu ya, Assalamualaikum.Ranti inget ya ,semua demi kamu!"
Ucapnya sebelum benar-benar pergi dari depan rumah Ranti.Rumah sederhana namun tampak tenang dan nyaman membuat siapa saja yang datang betah berlama-lama.Apa lagi hawa pedesaan yang sangat kental dirasakan dikampung Ranti.
Meskipun sama-sama tinggal dikampung namun kampung Ervina yang juga kampunya mertua Ranti adalah kampung yang panas menurut Ervina.Terutama dikompleks Mirah yang mayoritas orang-orangnya hidup bersaing dalam segala hal.
Mereka selalu iri dengan segala pencapaian yang orang lain dapat,mereka akan selalu bersaing dalam hal apapun.Apa lagi jika menyangkut tentang prabot rumah,kendaraan,juga perhiasan.Bahkan beberapa orang sampai harus berhutang kebank plecit demi menutupi gengsi agar bisa sama seprti para tetangganya.
Deru suara mesin sepeda motor Ervina terdengar semakin menjauh meninggalkan pelataran rumah Ranti.
" Drama apa lagi yang mertuamu buat Ranti hingga menyebabkan matamu sembab setiap kali kamu pulang dari sana?"
Tanya Aminah to the point karna melihat mata Ranti berkaca-kaca.
" Ibu aku..."
Dret dret dret
Mendengar ponselnya bergetar Ranti lantas mengambilnya dari saku bajunya.
" Ibu maaf Ranti jelasin nanti seprtinya mas Wiji mau nelfon.Titio Arga dulu ya bu,Nanti Ranti kasih tau ibu apa yang terjadi."
Ucap Ranti membuat Aminah menghembuskan nafas pasrah.Ia hanya bisa diam dan masuk kebelakang membawa Arga.
" Assalamu..."
Belum juga Ranti menyelesaikan salamnya Wiji sudah lebih dulu memotong ucapan Ranti dengan nada bicara kasar.
" Ranti apa yang sudah kamu lakukan sama ibu,aku sama sekali tidak menyangka kalau kamu seburuk itu.Aku fikir selama ini ibu yang salah,ibu yang keterlaluan,ibu yang salah faham .Tapi faktanya kamu yang sudah membuat ibu seprti itu.Selama ini aku berusaha percaya sama kamu,kadang aku sampai marah sama ibu dan lelah menasehati ibu agar ibu tidak terus-menerus mendzalimi kamu.Nyatanya aku tau sekarang kalau kamu yang jahat! Jujur aku kecewa banget sama kamu Ranti!"
" Mas maksud kamu apa si,kamu telfon trus marah-marah ngatain aku yang gak jelas.Ini ibu pasti udah ngadu sama kamu ya mas,fitnah apa yang dia buat kali ini?" Sentak Ranti pada akhirnya.Ranti yang tak terbiasa menggunakan nada tinggi pada suaminya akhirnya melakukannya juga.
Dadanya terasa sesak bak terhimpit bebatuan besar.
" Diam kamu! Pembelaan kamu sudah tidak ada gunanya lagi karna ..."
4 iklan meluncur