NovelToon NovelToon
Pengantin Pengganti

Pengantin Pengganti

Status: tamat
Genre:Tamat / Pengantin Pengganti
Popularitas:3.4M
Nilai: 4.6
Nama Author: m anha

Dini, terpaksa menikah dengan Haidar. Pria yang tak ia kenal dan di temuinya di rumah sakit karena membutuhkan biaya oprasi ibunya.

Haidar, seorang tuan muda dari keluarga Sanjaya harus mencari pengantin pengganti saat mempelai wanita mengalami kecelakaan.

Akankah Haidar bisa menerima Dini sebagai istrinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebuah Tanda Tangan

Hari berlalu dengan begitu cepat hingga kini sudah sebulan Haidar kembali tak pulang, Dini tak pernah menanyakan lagi kapan ia pulang atau menunggunya. Saat ini Dini hanya menunggu surat gugatan cerai dari Haidar yang mungkin saja akan datang ke rumah itu.

Dini juga sudah menceritakan kepada ibunya tentang rencana perceraian mereka, sebelum satu tahun. Ibu Dini hanya bisa menyemangati putrinya, Dini sengaja menceritalannya agar ibunya tak kaget saat tiba-tiba mereka sudah bercerai. Saat ini Dini hanya memiliki ibunya dan ia ingin berbagi suka dan dukanya kepada sang ibu.

"Dini, kamu baik-baik saja, Nak?" tanya ibu yang menghampiri Dini yang duduk di balkon kamarnya sambil melihat ke arah bintang-bintang yang bersinar terang di langit malam.

Ibu duduk di samping Dini membuat Dini pun langsung berbaring di pangkuan ibunya, membiarkan ibunya itu mengusap-ngusap rambutnya.

"Dini baik-baik saja Bu, Dini hanya tak sabar ingin menerima putusan cerai dari Mas Haidar, dengan begitu kita takkan terkurung di rumah ini. Setelah kami resmi bercerai kita bisa keluar dan bebas seperti dulu lagi Bu, takkan ada yang mengincar keselamatan kita, kita bebas berjalan kemanapun kita mau," ucap Dini, walau ada rasa sakit atas perceraiannya. Namun, kebebasan yang akan didapatkannya kembali membuatnya bisa mengurangi rasa sedih itu, Dini sudah mengatur semua rencana jika setelah keluar dari rumah itu ia akan kembali mencari pekerjaan, memulai kehidupannya dengan bekerja dan mengurus ibunya dan satu hal yang disyukuri rumah yang saat ini mereka tempati diberikan oleh Haidar. Namun, Dini sadar, ia takkan mampu membayar biaya yang akan ia bayar jika memutuskan untuk tinggal di sana, walau Haidar sudah mengatakan jika dia akan membayar semuanya. Namun, hubungan mereka yang sebentar lagi akan berakhir membuat Dini tak invin mengganggu Haidar dan akan menjaga perasaan wanita yang akan menjadi istrinya kelak, ia tak mungkin akan selamanya menerima bantuan dari Haidar, mereka sudah bercerai dan tak akan memiliki hubungan keluarga lagi.

"Bu, mas Haidar memberikan rumah ini pada kita, apa kita jual saja ya? Dini ingin membuat toko bunga."

"Toko bunga ya? Ya, ibu setuju, apa Haidar memberikan rumah ini padamu?" tanyanya membuat Dini pun mengangguk, Dini kini duduk dan menatap ibunya.

Haidar juga memberikan apartemen yang pernah ibu tinggali, jadi rencananya Dini akan menjual rumah ini dan kita akan tinggal di apartemen yang tempat Ibu dulu tinggal, hasil penjualan rumah ini akan Dini pakai untuk membuat toko bunga dengan begitu kita bisa mendapat penghasilan dari toko bunga, aku juga bisa bersama dengan Ibu, aku tak usah bekerja di toko orang," ucap Dini antusias memaparkan semua rencananya, ia melakukan semua itu untuk mengusir rasa sedih yang selama ini menyerangnya.

"Iya, rencana yang bagus. Kita akan memulai hidup kita dari awal, ibu harap setelah kamu bercerai nanti kamu bisa melupakan semua yang terjadi di rumah ini, mulailah hidup baru ibu akan selalu menemanimu, ibu berdoa semoga saja ibu dipanggil sang pencipta setelah kamu mendapatkan kebahagiaan."

"Apa yang Ibu katakan? Dini akan selalu bersama dengan Ibu, sekarang Ibu sudah sembuh hanya tinggal pemulihan diri saja dan Dini yakin Ibu akan hidup lebih lama, apa Ibu tak ingin menggendong cucu Ibu?" ucap Dini menggenggam tangan ibunya dan satu tangan mengusap perutnya, suatu saat nanti Dini yakin akan menemukan jodoh yang memang ditakdirkan untuk Dini dan anak memberikan ibu cucu.

"Aamiin, Aamiin. Ibu sangat ingin hidup lebih lama agar bisa melihatmu bahagia bersama suami dan anakmu, memiliki rumah tangga yang bahagia, mungkin jika memang kalian harus berpisah, Haidar memang bukanlah jodoh yang baik untukmu dan ibu yakin Allah sudah menyiapkan jodoh terbaik untukmu, Nak. Kita hanya tinggal berdoa semoga jodohmu segera datang sebelum ajal menjemput ibu."

"Ibu, Dini mohon jangan bicara seperti itu, jika Ibu mengatakan hal itu, itu akan membuat Dini bersedih, Dini tak punya siapa-siapa lagi selain Ibu."

"Maaf, ibu bukan bermaksud membuatmu bersedih, Nak. Ibu hanya ingin kamu siap jika memang waktu itu tiba, kamu tak terlalu terpuruk, ingat Nak cepat atau lambat semua pasti akan kembali pada sang pencipta, kita tak tahu kapan kita mendapat giliran untuk menghadapinya."

Dini kembali berbaring diperlukan sang ibu, entah mengapa bersandar di dada sang ibu membuat ia sangat tenang, ia memeluk erat ibunya. Ibu Dini mengusap rambut putrinya yang bermanja-manja padanya, mengecupkan putrinya dengan begitu lembut.

"Dini sayang Ibu, walau apapun yang terjadi kedepannya Dini akan kuat selagi Ibu ada bersama Dini," ucap Dini, setetes air mata kembali jatuh di pelupuk permatanya baik Dini maupun ibunya, walau mereka sama-sama saling menguatkan, sama-sama mengatakan jika akan menerima apapun yang terjadi. Namun, tetap saja fakta jika Dini akan bercerai dengan Haidar membuat hati keduanya merasa sangat sakit, baik Dini atau ibunya.

***

Pagi hari di saat Dini dan ibunya sedang duduk di ruang tengah sambil mengobrol santai, tiba-tiba seorang pengacara datang. Jantung Dini langsung berdetak kencang, mereka saling menatap. Dini dan ibunya pikiran mereka sama menduga-duga apakah pengacara tersebut datang untuk mengurus surat perceraian mereka.

"Iya, Pak. Ada apa? Silakan duduk," ucap Dini mempersilahkan pengacara tersebut duduk, pengacara tersebut memberikan sebuah berkas kepada Dini.

"Apa ini, Pak?" tanya Dini mencoba mengambil kertas tersebut dan membaca apa isinya, Dini menggigit bibir bawahnya saat di sana tertera jelas jika itu adalah surat persetujuan perceraian.

"Ini gugatan perceraian yang dilayangkan oleh pak Haidar, jika Anda setuju tolong tanda tangan ini dan kami akan mengurus secepatnya."

Mendengar itu Dini melihat ke arah ibunya, ibunya hanya mengangguk mereka selama ini sudah menyiapkan akan hal itu, cepat atau lambat mereka pun akan bercerai. Mungkin memang lebih baik Dini segera bercerai dan memulai kehidupan baru mereka, ibu bisa melihat bagaimana Dini selama ini menunggu hal itu dengan penderitaannya. Sepandai apapun Dini menyembunyikan rasa sedihnya, seorang ibu tetap bisa melihat kesedihan itu di mata putrinya.

"Bu, apakah Dini harus menandatanganinya?" tanya Dini lagi memastikan karena jika ditanya apa keinginannya, ia tak ingin menandatangani surat perceraian tersebut, ia masih menginginkan suaminya, menginginkan pernikahan mereka bisa diperbaiki, ia berharap perceraian tak ada dalam pernikahan mereka.

"Jika memang suamimu sudah tak ingin melanjutkan pernikahan ini kamu jangan memaksanya, Nak. Karena jika kamu memaksakan kehendakmu sendiri itu hanya akan menimbulkan rasa sakit pada dirimu, jika memang suamimu ingin melepaskanmu terimalah, kita cari kebahagiaan di tempat lain mungkin memang tempat ini bukanlah tempat yang bisa mendatangkan kebahagiaan untukmu."

"Bu," lirih Dini dengan air mata yang menetes.

"Tanda tangani, Nak. Bukankah kamu mengawali semua ini dengan sebuah tanda tangan? Maka akhiri juga dengan sebuah tanda tangan, jika memang Haidar adalah jodohmu dan dia memang ditakdirkan untukmu. Biarkan ia kembali padamu, tapi dengan sebuah cinta yang dibawa olehnya bukan sebuah tanda tangan yang menyatukan kalian."

Mendengar ucapan ibunya Dini pun menandatangani surat tersebut, walau dengan tangan bergetar dan air mata yang terus menetes ibunya benar, mereka tak bisa berharap dan terus mengikat diri sendiri dengan hubungan yang tak pasti.

Dini memberikan berkas yang sudah ditandatanganinya dan melihat pengacara tersebut sambil mengusap air matanya.

"Kapan semua ini selesai, Pak?" tanyanya.

"Akan banyak yang harus dilalui, Bu. Walau kalian semua menyetujuinya, tetap saja ada proses yang harus dilalui, tak begitu saja bisa diselesaikan. Namun, jika tak ada masalah ke depannya semua akan selesai secepatnya, aku akan melakukan yang terbaik untuk proses perceraian kalian."

"Sekitar berapa lama, Pak?" tanya Dini yang ingin memastikan agar ia sudah bisa mengatur apa yang harus dilakukannya ke depannya, ia sudah menandatangani surat perceraian mereka, Dini menganggap jika mereka sudah bercerai dan kinibhanya tinggal menunggu persidangan saja untuk mengesahkannya secara hukum, secara agama Dini menganggap jika saat ini dia bukanlah istri Haidar lagi.

"Saya akan usahakan 2 bulan semua sudah selesai, Anda bisa mendapatkan surat akta cerai Anda," ucap pengacara tersebut memasukkan berkas-berkas yang sudah Dini tanda tangani, Dini pun mengangguk.

Pengacara tersebut kembali memberikan surat-surat atas rumah itu atas nama Dini, beberapa tanda tangan juga Dini bubuhkan di sana dan kini rumah itu resmi menjadi rumah Dini, mau ia tempati atau dijual semua bisa Dini putuskan.

"Pak, aku tak banyak tahu tentang masalah penjualan rumah ini," ucap Dini menyodorkan kembali berkas-berkas rumah yang tadi sudah ditandatanganinya dan sudah menjadi miliknya.

"Aku yakin Bapak lebih tahu dariku, bisa tolong bantu jualkan rumah ini untukku?"

"Ibu ingin menjualnya?" tanya pengacara tersebut membuat Dini pun mengangguk.

"Aku ingin menjual rumah ini dan menjadikan modal usaha, katakan kepada Haidar permintaan maafku karena telah menjual rumah ini, mungkin aku takkan bertemu dengannya sampai persidangan nanti dan katakan kepada Haidar jika aku dan ibu akan tinggali apartemen."

Mendengar itu pengacara tersebut pun mengangguk, mereka saling berjabat tangan kemudian pengacara tersebut meninggalkan ruang tamu tersebut. Dini hanya terus menunduk dan menyembunyikan wajahnya di kedua telapak tangannya, ibu hanya menghampiri Dini dan menepuk-nepuk pundak sang anak, dia tahu jika anaknya saat ini sangatlah menderita. Namun, mungkin itu lebih baik, menderita hari ini dan melangkah ke kebahagiaan di hari-hari berikutnya.

1
Mattea Bee
Terimakasih Thor... cerita yang luar biasa!!! Terus semangat berkarya/Determined//Determined//Determined/
Selvy Anton
Luar biasa
Mattea Bee
Dini yang dicerai, aku yang nangis.. nyesek bgt sih Thor jalan ceritanya😭😭😭
Mattea Bee
ngeselin nih Haidar !! kasian Dini gak dihargai banget.. sabar ya Din.. /Cry/
N@r@
terlalu sedih Love yo Dini
Hadijah Nadia
👍👍👍
Hadijah Nadia
👍👍👍👍👍
Meyma Chamie
/Joyful/ bangun thor
Al Fazlii Whilano Pangarep
kayanya ngtiknya sambil ngtuk ya thor,aq sampai bca 3x kata yg di mobil 🤔
M Anha🌹 Ig: anha5569🌹: udah aku revisi kak😭😅✌️
total 1 replies
Maryam Renhoran
Alhamdulillah happy ending,,
Mksih yaa thor uda suguhkan bacaan terbaik...🙏🫰
Enna
suka
Maryam Renhoran
🤭🤭🤭😄😄😄
Kampili Sariayu
syukur ya thorrr anaknya dini cewek...lengkap ya sdh anak2 mereka
Kampili Sariayu
semoga anaknya cewe ya thorrr...🤗
Kampili Sariayu
lanjut thorr...semoga kedepannya haidar dan dini dpt anak cewe lgiii...untuk anak yang ketiga nya kelak
Nanik Lestyawati
ceritanya ringan, tdk banyak konflik dan yang penting tdk terlalu panjang. terimakasih kak untuk ceritanya yang keren
Dewi Kadimen
Luar biasa
Rini Setiati
mbak rina g nyimak ya demi apa dia rela melakukan segalanya, itu demi nyawa orang yg telah melahirkannya/ibu.
Yoko o29
Luar biasa
Yoko o29
Lumayan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!