NovelToon NovelToon
Gelora Cinta Usia Senja

Gelora Cinta Usia Senja

Status: tamat
Genre:Tamat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Keluarga / Romansa
Popularitas:97.2k
Nilai: 5
Nama Author: skavivi selfish

Mereka terpaksa menikah meski sudah berjanji tidak akan menikah lagi setelah menjanda dan menduda untuk menghormati pasangan terdahulu yang sudah tiada.

Tetapi video amatir yang tersebar di grup RT mengharuskan mereka berada dalam selimut yang sama meski sudah puluhan tahun hidup di kuali yang sama.

Ialah, Rinjani dan Nanang, pernah menjadi cinta pertama dan hidup saling membutuhkan sebagai saudara ipar. Lantas, bahagia kah mereka setelah menyatu kembali di usia kepala lima?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skavivi selfish, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rasa Syukur

Rinjani meletakkan ayam kremes, sambal merah dan lalapan di piring yang sudah diberi nasi gurih dan bawang goreng sebelum membawanya ke Nanang yang memangku kedua anak kecilnya di kursi taman.

“Sudah makan bakso semangkok, masih ngaku lapar. Nanang ini mulai kebangetan kelakuannya. Tobat... tobat... Jaka tua puber lagi.” Rinjani perlu menarik kain jariknya yang ditarik-tarik anak kucing ke atas.

“Ini ayamnya Bapakmu, jangan minta walaupun secuil.”

Meong... meong...

Empat kaki mungil yang sedang menikmati anugerah berjalan, meloncat, mencakar dan membuat masalah itu masih memperlakukan puan kesayangan sang tuan dengan nakal.

Rinjani mengangkat piringnya ke atas seraya mengabaikan anak kucing yang lagi aktif-aktifnya bercanda.

“Anakmu kaki empat ini lho, hidung sudah pesek kelakuan mirip kamu, kurang asem.” seru Rinjani.

Nanang tergelak. “Itu namanya Miki, eh Ri... nanti aku minta tiga nasi bancakan untuk bancakan nama-nama kucingku yo. Sudah sebulan lebih ini, harus aku syukuri.”

Rasa perih yang menguat di kaki Rinjani berhasil membuatnya mendelik. Nanang meringis. “Ampun, Miki minta maaf.” ujarnya setelah menaruh anaknya di kursi dan meraih kucingnya.

“Bunda.. Miki minta maaf, cakarnya belum di potong Bapak.” ucap Nanang seperti anak kecil.

Rinjani menengok kakinya. “Di makan dulu ini baru ngasuh anak-anakmu.”

Nanang enggan, katanya sedang sibuk momong anak, minta disuapin.

Rinjani memasang wajah sebal, ayam kremes di piringnya masih menjadi incaran Miki. Oh iya, bahkan nama kucing-kucingnya perlu di syukuri? Untuk apa lho...

Rinjani tak habis pikir, tapi itu Nanang yang keanehannya sudah nampak sejak dia duduk di bangku SMA.

“Sebelum aku kena infeksi cakar kucing, aku basuh lukanya dulu. Ini kamu bawa terus anakmu itu dikasih makan, cerewet banget. Meang meong meang meong. Awas ya kamu kalau nggak tanggung jawab.”

Nanang meraih piring yang diulurkan Rinjani, tetapi dasarnya anak kucing itu mungkin sedang tertarik dengan jarik istrinya, sekonyong-konyong anak bulu Nanang tetap mengikutinya ke arah kran air.

“Kamu itu lama-lama minta di ruwat, nakalmu kebangetan.”

Rinjani menampung air di telapak tangannya sebelum mencipratkan ke arah anak kucing itu.

“Pokoknya satu sama, awas kamu marah sama aku gara-gara urusan kucing ini!”

Nanang menggelengkan kepalanya sambil menatap Rinjani dengan jenaka.

“Kamu itu hanya kurang akrab dengan mereka. Coba kamu sayang, mereka tambah...”

“Tambah ngelunjak.” sergah Rinjani. Nanang mengulum senyum. “Tidak perlu akrab-akrab, nanti aku tambah males kalau lagi bosen kerja!”

Nanang memintanya bersabar sambil mengulurkan piringnya. “Boleh dilanjut urusan ayam kremes ini?”

“Untung aku sudah sering belajar bersabar dan menganggap bahwa hubungan ini adalah yang terbaik dari yang terburuk. Mangap yang lebar.” ujar Rinjani sambil menangkup sekumpulan makan siang Nanang.

“Cie... Sudah berani suap-suapan Bunda sekarang sama Omku.”

Rinjani memberi lirikan maut pada Pandu yang membawa serta istrinya ke hadapan orang tuanya.

“Kamu iri sudah tidak Bunda suapi lagi?”

“Jelas toh, Bun. Boleh sekalian makan bareng sepiring.”

“Kamu pangku adik-adikmu, anggap sebagai uji coba sebelum punya anak. Satu-satu sama Dewi.”

Nanang senang pembagian tugas momong anaknya semakin jelas terlihat.

“Awet muda lho aku kalau begini ceritanya.” seloroh Nanang.

Dewi Laya Bajramaya pun bilang, “Kenapa awet muda, Pak?”

“Karena nggak repot urus anak.”

“Oh, memangnya repot ngurus anak? Dewi tahunya repot ngurus Pandu saja, Pak. Repot banget sampai capek aku.”

Nanang dan Rinjani saling tatap lalu keduanya menoleh ke Pandu.

“Apa lho...” Pandu berdiri sambil menggendong Anjani dengan wajah cuek. “Ayo kita bawa ke rumah saja, Wi. Nggak usah ganggu Bunda dan Bapak.”

“Tapi aku suka ganggu Bunda dan Bapak, mereka lucu suka kejar-kejaran di taman.”

Rinjani memejamkan mata setelah menyuapi Nanang lagi.

“Di pondok Dewi tidak pernah diajarin mengintip, kamu pasti yang mengajarinya?” tukas Rinjani sembari menatap Pandu.

Pandu mengulum senyum, lalu senyumnya mengembang cepat. “Jalu Aji juga yang ngajak Dewi ngintip-intip. Katanya bagus, Bapak sama Bunda mirip kucing yang mau kawin. Suka kejar-kejaran terus teriak-teriak.”

Nanang segera membatin nama anaknya, pun nama Rinjani yang kini betul-betul ingin merujak Jalu Aji.

“Mendingan kalian segera pergi sebelum kesayangan Miki ngamuk-ngamuk. Bunda kalian...”

Rinjani menggeram. Buru-buru Pandu mengajak Dewi Laya Bajramaya pergi.

“Nggak perlu dekat-dekat Bunda. Sensi lagi itu, sudah hampir ngamuk-ngamuk lagi.” ucap Pandu kepada Dalilah dan Jati yang baru sampai di rumah.

Dalilah dan Jati memasang wajah heran lalu mengendikkan bahu. “Kita coba dulu mendekat, kalau gawat kita langsung kabur.” ucap Dalilah.

Pandu bilang terserah lalu mengajak Dewi Laya Bajramaya untuk cepat-cepat pulang. Hebatnya lagi, alumni pondok pesantren itu mengangguk dan bilang ke Dalilah. “Kalau Bunda ngamuk nanti gawat bisa dikejar-kejar.”

Dalilah melirik suaminya, “Kalau dikejar Ibu kita lari, Mas.”

Jati pun mengiyakan dengan sungguh-sungguh seolah Rinjani memang betulan akan ngamuk seperti kucing galak.

“Bunda...”

“Apa?”

Nanang berusaha tidak tersenyum ketika Rinjani mengumpulkan nasi ayam kremes dan lalapan dengan wajah muram sebelum menyuapinya.

“Mau apa kalian?” tanya Rinjani, tidak mau ada kontak mata dengan Dalilah.

Dalilah mendengus. “Katanya harus datang buat ikut syukuran? Apa bunda ketularan eyang Kakung, mulai pikun?”

Rinjani otomatis menoleh. “Kalau ayahanda dengar kamu pasti diceramahi. Bilang yang baik-baik.”

“Iya...” Dalilah tersenyum. “Bunda apa kabar? Rasanya lama banget nggak ketemu.”

Rinjani kembali menyuapi Nanang. “Bunda baik kok, sehat, cuma lagi sibuk ini ngurus usaha baru.”

Dalilah memilih kehendaknya sendiri karena tak tahan mengeluarkan tawa dan pendapatnya.

“Usaha biar sama-sama punya dongeng yang sama, Bun? Biar sama-sama menua dalam kebajikan dan kebahagiaan yang utuh?”

Rinjani berdecak. “Omonganmu itu masih sulit dipertanggung jawabkan, bisa membuat salah kaprah juga.”

“Tapi kan ada tujuan ke sana, buktinya bukan Paklik yang heboh buat nasi bancakan.”

“Terus Ibu harus bikin pengakuan? Sudah sana pergi, bantu-bantu orang dapur.”

Nanang mengibaskan tangannya. Soal Dalilah dan Rinjani yang adu mulut dia tidak akan ikut campur. Dua-duanya sudah amat dia kenali bagaimana wataknya.

“Sudah-sudah, ayo kita sama-sama bersiap untuk ndongani nasi bancakan sebelum di bagikan. Kalian berdua nanti sama Pandu dan Dewi ikut bagi-bagi ke warga sekitar.” ucap Nanang.

Dalilah meraih tangan Omnya dan menyeretnya untuk bertanya-tanya setelah pergi dari hadapan Rinjani.

-

( Buibu... Selamat Hari Raya Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan batin. )

1
nisa
ini beneran udah tamat kak? kok berasa kurang aq.. 🤭🤭
Pricy
rinjanii 😫😫
desifa
lho... tamat ini ya kakak author?
Ria Ayu
beneran udah sampe sini aja mbak? gk ada kelanjutannya lagi ini?
Windy Veriyanti
on the way Nanang Rinjani bobok bareng...
Teh yan"
dikit banget mbak selvi..lanjut atuh biar tambah gereget...usia senja bukan penghalang utk saling memiliki.cinta yg semula hilang akan datang lagi seiring waktu berjalan ..hati hanya utk mas kay pun buat sakila ..hidup hrs berlanjut..bahagiakan diri kalian ...babak selanjutnya apakah nanang bisa kuat brp ronde 🫣🫣
Dapur Ramadhani
closer
bundanya Fa
awal mula. gegara kucing juga bisa jd 1 bab di tangan penulis handal. dan aq juga menikmatinya. pdhl intinya kan hanya ingun berdua saja. 🙂
Raisa Kalyna
jangan ditamatin dulu ya Vi... please lanjutin lagi
bunda dad
uluhh uluhhh... so sweet dijamanya 😘
shafira 🥰
ojok suwe² yoo up thorrrrrr...... 🥺🥺🥺🥺🥺🙏🙏🙏🙏🙏
Umine LulubagirAwi
ada2 om nanang,mau tdr sekmr dg mb jai mlah bwa kucing. yoo mb.jani ga mau lah. 😂😂🤭
Liez Zie
Penasaran sama kelanjutannya.... Smoga bisa lebih sering update yaah othor yg baik hati
suminar
😚😚😚😚😚
yunov
gak usah malu loh Ri...
choowie
ngalah dong Nang...Jani cuma mau berdua sama kamu tanpa kucing😁
Khoirun Ni'mah
aq berharap mereka unboxing saat itu juga biar mereka bisa menyatu
ᗩGEᑎᑕY🍀CebReT 🐊⃝⃟ 🍒 𝐙⃝🦜
bodyguard akeh wis angel Iki🤣🤣
bunda dad
Nanang kemasan sachet 🤣
D'ziety Salsabila
Bahasane Ojo menunggu ajal menjemput toh, sedih aq lho
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!