Kehidupan Baru Si Pecundang

"Baiklah, aku akui penghasilan Klan Norton tidak sebanding dengan penghasilan Kyoto, tapi apakah Pemilik Norton itu sendiri bisa menandingi kekuatan yang di miliki Klan Kyoto?" tanya Barry untuk menutupi rasa malu, yang telah ia buat tanpa sengaja.

"Bukankah pewaris Kyoto, putra satu-satunya yang arogan itu, sudah mati di tanganku? apakah aku harus menunjukkan padamu, kalau aku layak menjadi Pemimpin Norton?" sahut Marcus, dengan nada yang sedikit malas untuk meladeni keponakan Kyoto tersebut.

"Bukankah, seharusnya seperti begitu? agar semua orang merasa yakin, kalau kamu itu layak, atau bukan!" ujar Barry, sembari terkekeh mengejek Marcus.

"Memangnya kamu siapa, yang harus ku dengarkan perkataan mu?" sahut Marcus dengan cueknya, menganggap Barry tidak penting sama sekali.

Wajah Barry kembali memerah karena malu, ia tidak menyangka kalah lagi dari Marcus.

Ia pun memutar otaknya, agar Marcus yang jadi malu di buat olehnya.

"Seingatku, kamu pernah babak belur di tanganku, sampai kekasihmu itu..siapa ya namanya, aku lupa, ia sampai menyuruh kamu untuk berlutut memohon padaku, agar tidak di pukul lagi olehku, ha..ha..haa, lucu sekali! wajahmu saat itu seperti badut!" sahut Barry tertawa sampai terpingkal-pingkal, karena merasa lucu, membayangkan wajah babak belur Marcus.

Dan kemudian ia memandang ke arah Felicia, yang sedari tadi diam saja di rangkul Marcus.

"Nona, lebih baik anda jangan dekat dengannya, tidak ada yang bisa di banggakan pada dirinya, selain kekayaannya, dia hanya seorang pecundang, yang tidak bisa melindungi anda dari musuh-musuhnya nantinya, jadi lebih baik anda tinggalkan dia, seperti mantan tunangannya yang lalu, tidak tahan dengannya karena lemah!" sahut Barry dengan nada penuh ejekan pada Marcus.

Felicia sedari tadi mendengar kata-kata hinaan Barry terhadap Marcus, sudah tidak tahan lagi.

Tangannya dengan lembut tanpa ada yang menyadari, mengeluarkan kekuatannya.

Seberkas sinar putih keluar dari jemarinya, dan menghantam rusuk Barry.

Sehingga pria itu terlempar tiga langkah ke belakang, dan menabrak beberapa tamu.

Semua orang terkejut, melihat Barry yang terlempar, dan memandang ke arah Marcus dan Felicia.

Mereka melihat ada cahaya putih menghantam Barry, tapi mereka tidak tahu, siapa di antara Marcus dan Felicia yang mengeluarkan kekuatan tersebut.

"Sayang?" bisik Marcus menatap Felicia, ia jelas sekali melihat tangan Felicia menghantam Barry.

"Aku tidak tahan mendengar dia menghinamu, darahku mendidih, dia membandingkan diriku dengan Nella si penghianat itu, sungguh lancang dia!" bisik Felicia dengan wajah yang terlihat merah, karena amarah.

Senyuman Marcus merekah, mendengar kata-kata dari calon istrinya itu.

Hatinya begitu bahagia, seperti inilah pasangan yang benar-benar tulus saling mencintai.

Saling mendukung satu sama lain, dan merasa tersakiti, kalau pasangannya di hina dan di tindas oleh siapapun.

Tangan Marcus semakin erat merangkul pinggang ramping Felicia, cintanya semakin dalam pada gadis itu.

Sementara itu, wanita yang dulunya dekat dengan Marcus, memasang mata tajam memandang kemesraan Marcus dengan gadis, yang sedari tadi, tidak pernah di lepaskan Marcus dari rangkulannya.

Suasana pesta jadi ribut karena Felicia, menghantam Barry secara diam-diam.

Dan, semua menduga kalau Marcus yang melakukannya pada Barry.

Barry kembali di permalukan, pria itu merasakan yang begitu amat sakit di bagian rusuknya.

"Ternyata putra Norton itu bukan lagi seorang pecundang, seperti yang di rumorkan sebelumnya!"

Kembali terdengar bisikan-bisikan tamu membicarakan tentang Marcus, seorang pria yang di kenal tidak memiliki kekuatan apa pun, ternyata bisa melakukan serangan balik.

"Apa yang akan anda katakan lagi, bicaralah!" sahut Marcus memandang Barry, yang terlihat kesakitan.

Semua mata memandang ke arah Barry.

"A..aku tidak percaya, bagaimana kamu bisa melakukannya, aku melihat kamu tidak melakukan pergerakan apa pun!" sahut Barry masih tidak percaya, kalau Marcus bisa melakukan sesuatu padanya.

"Cukup mudah, aku tinggal mengangkat tanganku, lalu memukulkannya padamu!" kata Marcus dengan santainya.

Tangannya ia angkat, dan dari kepalan tangannya, tiba-tiba mengeluarkan cahaya seperti api berwarna biru muda.

Membuat semua orang yang melihatnya terkejut bukan main, dan reflek mundur kebelakang.

Barry yang melihat tinju Marcus mengeluarkan cahaya biru muda itu pun, sontak mundur juga, dengan wajah yang tiba-tiba pucat.

Bersambung.....