Memiliki Kakak tiri dengan segudang pesonanya membuat Neira berperang dengan perasaannya.!
Bagaimana bisa Neira harus menahan dirinya untuk tidak menyukai Kakak tirinya dengan semua perhatian yang dia dapatkan juga semua perlakuan manis darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Posesif
Tok..
Tok..
Tok..
"Masuk aja Bik" Ucap Neira dengan masih berbaring tengkurap menatap Laptopnya.
"Makan dulu."
Neira mengerjab, apa dia tidak salah dengar kenapa suara Kakak nya perlahan dia pun menoleh dan terlihat Gevan meletakkan nampan berisi makanan di atas meja.
"Kak Gevan."
"Sini, makan dulu."
Neira mengangguk dan duduk di samping Gevan.
Sejak siang tadi Neira memang tidak keluar kamar, apalagi setelah Gevan mengobati tangannya membuat Neira bingung jika ketemu.
"Buka mulutnya."
"Nei makan sendiri aja."
"Buka."
Neira membuka mulutnya dan mulai mengunyah, dia tidak mengerti dengan sikap Gevan namun dia pun senang mendapatkan perhatian dari Kakaknya itu.
"Masih sakit tangannya?"
"Engga"
Gevan mengangguk dan kembali menyendok-nya.
"Kakak udah makan?"
"Belum"
"Kenapa belum, tapi paksa Nei makan."
"Setelah Lo makan gue baru makan."
"No.!" Bantah Neira yang langsung mengambil piring di tangan Gevan. Dia mulai menyendok dan mengarahkannya ke depan Mulut Gevan.
"Buka mulutnya." Titah Neira membuat Gevan menautkan alisnya.
"Aaa" Ulang Neira membuat Gevan menurut.
"Nei gak begitu laper jadi makan bareng aja."
Gevan terdiam dan kembali membuka mulutnya saat Neira menyodok sendok berisi makanan hingga habis tanpa sisa.
Neira mengambil gelas dan meneguknya, sementara Gevan terus saja menatap Neira entahlah dia bingung merasakan sesuatu dalam hatinya apalagi mereka yang makan saling suap dengan hanya memakai satu sendok yang artinya secara tidak langsung mereka berciuman.
"Kakak cuma bawa minum satu?"
"Hm"
Neira menatap air dalam gelasnya yang hanya tinggal setengah, dia lantas beranjak bangun.
"Mau kemana?" Cegah Gevan
"Ambil minum, emang Kakak gak seret habis makan tadi."
"Eh- Kaget Neira saat Gevan malah menarik gelas dari tangannya dan meneguknya hingga habis.
"Bekas Neira itu."
"Gapapa."
Neira mengerjab heran namun dia hanya mengangguk dan kembali duduk di samping Gevan.
"Kenapa gak belajar dan malah nonton."
Neira beralih menatap Laptopnya yang masih menampilkan Film Drakor kesukaannya.
"Em bentar lagi Nei belajar."
"Gue bawa piring turun, Belajar jangan nonton terus."
Tubuh Neira kaku saat Gevan mengusap wajahnya lembut. bahkan aliran darahnya seakan berhenti.
Gila, jantung gue.. Gumam Neira menyembunyikan wajahnya dengan bantal sofa.
------
Sedangkan Gevan dia sudah kembali ke dalam kamarnya. Sebenarnya emosinya masih mengingat Apa yang sudah Alex lakukan terhadap Neira bahkan setelah dia memenangkan balapan itu seharusnya Alex tidak lagi mengganggunya tapi Alex mengingkarinya.
Brengsek,,! Umpat Gevan mengusap wajahnya kasar. Dia tidak mungkin keluar meninggalkan Neira malam ini namun emosinya masih melekat membuatnya mengambil sesuatu dari balik meja balkon kamarnya.
Gevan mengambil sebungkus rokok yang dia simpan di sana. Gevan bulan perokok aktif, namun dia hanya akan merokok jika sedang dalam keadaan seperti ini. Menghilangkan rasa emosinya dengan menyesap batang nikotin yang sudah terselip di kedua jarinya.
"Kak Gevan"
Neira membuka pelan pintu kamar Gevan yang tidak di kunci, dia pun mengedarkan pandangannya menjadi sosok Kakaknya namun tidak menemukannya tapi terlihat pintu balkon yang terbuka.
"Pasti di Balkon."Gumamnya berjalan masuk namun baru saja sampai di depan pintu Neira langsung batuk-batuk.
Uhuk,,Uhuk,,
Sontak membuat Gevan menoleh.
"Neira?"
"Kakak merokok?"
Gevan menatap jarinya dan langsung membuangnya asal.
"Lo ngapain?"
Neira masih sedikit batuk membuat Gevan menghampirinya dan membawanya masuk, dia pun menutup pintu balkon agar asap rokoknya tidak masuk.
"Kakak bau rokok."
"Tunggu bentar."
Gevan berjalan masuk kamar mandi dan mencuci tangannya dia juga tidak lupa menggosok gigi. Gevan benar-benar tidak mau asap rokok masih tertinggal di Tubuhnya.
Neira Mendongak melihat Gevan yang sudah keluar, bahkan Neira tidak tau sejak kapan Gevan sudah berganti pakaian.
"Kakak ganti baju juga?"
"Hm, kaos gue masih bau rokok."
"Kakak rokok?"
"Sesekali aja."
"Jangan merokok, gak sehat dan bisa ngerusak tubuh Kakak."
Gevan tersenyum dan mengacak pucuk rambut Neira.
"Lo kenapa ke sini."
"Oya, Nei ada tugas tapi Nei gak paham."
Gevan mengangguk dan membawa Neira ke sofa.
"Mana yang Lo gak paham."
"Ini."
Gevan menarik buku dan mulai menjelaskannya, Neira mengangguk tanpa mengerti.
Entahlah, jika Gevan yang menjelaskannya Neira bisa gampang mengerti padahal baru siang tadi di jelaskan di kelasnya.
"Em, Nei paham."
Gevan menatap Neira yang mulai mengerjakannya, dia menatap wajah serius adiknya itu.
Bulu mata lentik, hidung mancung pipi chubby membuatnya terlihat imut apalagi wajah bundar Neira juga poni yang semakin membuatnya imut.
Pantas saja banyak yang menyukainya.
"Coba kakak lihat dulu."
Gevan mengambil buku dan mulai meneliti
Neira tersenyum saat Gevan tidak merespon berarti yang dia kerjakan benar.
Dep..
Lampu tiba-tiba padam membuat Neira terdiam.
"Ka- kak Gevan, kenapa gelap."
"Sebentar Nei, ini kayaknya mati lampu."
Neira menggeleng.
Dia meremas tangannya, napasnya mulai sesak membuatnya panik.
"Ka- Kak Gevan." Panggil Neira namun tidak ada jawaban membuat Neira ketakutan.
"Mama hiks hiks, Kak Gevan kemana Nei takut."
Neira semakin panik saat Gevan tidak menjawabnya, dadanya semakin sesak membuat Neira seakan sulit bernafas. Keringat mulai bercucuran di wajahnya.
"Neira." Ucap Gevan membawa senter di tangannya.
"Astaghfirullah Nei, Lo kenapa."
Gevan panik melihat Neira yang lemas, bahkan wajahnya terlihat pucat walau dengan cahaya senter.
"Da-da Nei sa-kit kak."
Gevan memeluk Neira khawatir, dia ingat Jika Neira ada trauma soal kegelapan karena Widia pernah menceritakannya.
"Nei- ta-kut."
"Ssts,, gapapa jangan takut ada Gue di sini."
Gevan memeluk Neira erat, dia merutuki kenapa bisa listrik mati selama ini dan kenapa juga genset di rumahnya rusak.
Setelah hampir setengah Jam, Listrik kembali menyala.
Neira bahkan sudah lebih tenang dalam pelukan Gevan bahkan kini sudah terlelap.
Gevan bernafas lega, dia menatap wajah Neira yang terlihat tenang. Untung saja hanya sebentar dan Neira bisa tenang juga tidur. Bagaimana jika lama Gevan bingung harus berbuat apa.
Gevan membopong tubuh Neira dengan sangat hati-hati dan membawanya ke tempat tidur. Dia membaringkannya perlahan. Di saat Gevan akan beranjak Neira membuka matanya.
"Kakak mau kemana."
"Kenapa bangun Hm."
Neira menggeleng dengan masih menggenggam tangan Gevan tanpa berniat melepaskannya.
"Gak mau Nei takut, Kakak jangan pergi."
Gevan mengangguk dan mengusap wajah Neira.
"Kakak gak pergi, Kakak temani kamu di sini."
Neira mengangguk,,
"Sekarang tidur lagi ya." Ucap Lembut Gevan dengan tangan ya yang masih mengusap wajah Neira.
Neira memejamkan matanya dengan tangan yang masih menggenggam erat tangan Gevan.
dia takut jika setelah tidur Gevan akan meninggalkannya. Neira takut, dadanya sangat sesak saat dalam kegelapan.
semangat untuk karya novel lainya dan ehem jangan Lupa thor EXTRA PARTNYA YAA