NovelToon NovelToon
LITTLE NANNY

LITTLE NANNY

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Duda / Ibu Pengganti / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Keluarga
Popularitas:627.9k
Nilai: 4.8
Nama Author: Ely LM

LITTLE NANY

Menjadi babby sitter diusia 19 tahun adalah adalah tawaran terbaik bagi Tisha karena dia harus melunasi hutang keluarga yang jumlahnya besar.

Nizar Mukti Wibowo, duda beranak satu yang berusia 35 tahun ini harus merelakan anaknya dalam pengasuhan Tisha sebagai babby sitter.

Namun, takdir membawa Tisha tidak hanya sebatas menjadi pengasuh, melainkan juga mengambil peran sebagai ibu bagi anak yang haus akan kasih sayang seorang ibu tersebut.

Bagaimana Tisha akan menjalani kehidupannya? Dan bagaimana juga Tisha akan menghadapi Nizar yang otomatis memiliki gelar suami baginya?

Inilah kisah hidup Tisha...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ely LM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Istirahat Bersama

"Kak Titi, semalam Cean mimpi ada yang teriak-teriak di rumah!" ujar Cean dengan serius.

"Iya nggak papa, namanya juga mimpi," jawab Tisha sembari mengambilkan sarapan untuk Cean.

Cean cemberut. "Suaranya seperti orang bertengkar!"

"Padahal bertengkar kan nggak boleh ya, Kak?" tanya Cean dengan polos.

Tisha terkesiap mendengarnya. Tisha langsung mendekat kepada Cean, lalu mencium kepalanya.

'Maafin Kak Titi ya, semalam udah mengganggu tidurmu!' batin Tisha.

Tisha membuang napasnya dengan berat. Dia bingung dan tidak tahu harus bersikap bagaimana saat bertemu Nizar setelah ini.

"Cean mau kiss pipi Kak Titi!" pinta Cean dengan gemas dan centil.

Tisha tersenyum sembari mengangguk. Tisha mendekatkan pipinya kepada Cean dan langsung dikecup oleh Cean.

Tisha juga langsung berganti mengecup pipi kanan kiri Cean dengan gemas.

"Kecupan semangat pagi untuk Cean yang tampan!" ujar Tisha setelah mencium Cean.

Cean tertawa bahagia mendapatkan ciuman dari ibu perinya.

"Kak Titi lanjut ambilin makan untuk Cean, ya?" tawar Tisha. Dan Cean mengangguk.

Hari ini Tisha memasak tumis udang hasil request Cean kemarin.

Nizar keluar dari kamarnya dengan berpakaian santai. Dia hanya menggunakan kaos oblong dan celana pendek. Dia bergabung ke meja makan.

Tisha tidak berani menyapa Nizar. Bahkan sekedar memandangnya saja tidak berani. Tisha hanya fokus kepada Cean.

"Makan yang banyak ya!" ucap Tisha sambil menyerahkan piring yang berisi nasi dengan lauk tumis udang kepada Cean.

Setelah itu Tisha berjalan menuju dapur untuk mengambil bekal sekolah milik Cean yang masih tertinggal di dapur.

"Papi tidak kerja?" tanya Cean karena melihat papinya yang hanya menggunakan pakaian rumahan. Padahal, hari ini bukan hari libur.

"Papi tidak enak badan. Jadi izin sehari." Nizar menjawab pertanyaan putranya sembari mengambil nasi.

"Papi harus ke dokter!" ujar Cean dengan khawatir. Sepaham Cean, jika sakit harus ke dokter. Karena itu yang selalu papinya lakukan kepadanya.

Nizar tersenyum. "Setelah ini Papi minum obat, terus istirahat!"

Titi kembali ke meja makan. Tetapi dia bersikap seolah-olah tidak ada Nizar di situ. Tisha juga tidak berkata apapun. Tidak seperti biasanya yang selalu mengoceh setiap pagi.

Sedangkan Nizar terus memandangi Tisha sambil mengunyah sarapannya.

Sebulan lebih Tisha bekerja di sini, dan selama itu juga Nizar selalu makan apa yang Tisha masak.

Mereka bertiga selalu berbagi makanan. Jika Nizar membeli makanan, Tisha pun juga ikut merasakan.

"Kamu sariawan, Ti?" tanya Nizar seolah-olah semalam tidak terjadi apa-apa.

Tisha kaget dan langsung melihat Nizar. Tisha hanya mengangguk saja. Mengiyakan perkataan Nizar yang mengatakan jika dirinya sariawan.

Lalu, Tisha kembali sibuk dengan bekal Cean.

"Papi tidak enak badan, Kak Titi sariawan. Kenapa sakit semua sih?" komplain Cean. Dia tidak suka jika orang-orang terdekatnya sakit.

"Nanti Kak Titi minum obat sariawan!" sahut Tisha sembari tersenyum.

"Ya sudah, Kak Titi dan Papi harus istirahat di rumah." Cean berbicara seolah-olah dia orang dewasa.

Nizar mengangguk. "Setelah ini Papi dan Kak Titi akan istirahat bersama!"

Tisha langsung melihat Nizar.

"Tenang saja Cean. Papi dan Kak Titi akan istirahat bersama!" Nizar mengulang perkataannya lagi sambil memandang Tisha.

"Akan istirahat bersama!" ulangnya lagi sambil menekan setiap kata yang ia ucapnya.

'Gila,' umpat Tisha dalam hati.

Nizar tersenyum saat melihat wajah Tisha yang kesal kepadanya.

"Pi, lihat tangannya Kak Titi. Kena pisau banyak banget!" Cean mengadu kepada papinya tentang luka yang ada di tangan Tisha.

Tisha memang berbohong menggunakan alasan terkena pisau kepada Cean terhadap lukanya akibat vas bunga yang pecah semalam.

Tisha langsung menggenggam tangannya menyembunyikan luka itu.

"Nggak papa. Kan sudah diobati. Nanti juga sembuh," jawab Tisha sembari tersenyum.

Nizar langsung berjalan mendekat kepada Tisha. Nizar meraih kedua tangan itu.

"Kamu tidak mengobatinya dengan baik!" lirih Nizar sembari mengamati luka yang ada di telapak tangan dan juga di jari.

Tisha merasa gugup berdekatan dengan Nizar. Tisha memalingkan wajahnya karena takut cintanya semakin besar kepada Nizar.

"Kan habis dibuat masak, Pak. Habis kena air juga. Nggak papa kok!" ujar Tisha sembari menarik tangannya.

"Setelah mengantar Cean, saya akan mengobati lukamu itu!" ucap Nizar dengan serius.

"Saya obati sendiri, Pak. Ini juga udah saya obati kok!" tolak Tisha.

"Kamu tidak mengobatinya dengan baik, Ti!" bantah Nizar.

"Sekarang kamu pilih salah satu. Lukamu itu diobati oleh saya atau oleh dokter?" tanya Nizar dengan memaksa.

Tisha mendengus sebal. "Berlebihan sekali!" lirihnya.

"Tidak memilih keduanya," jawab Tisha.

Nizar mengerutkan dahinya dengan serius. "Keras kepala sekali!"

Tisha langsung melotot kepada Nizar. "Orang keras kepala yang sedang menuduh orang lain!"

Perdebatan mereka hanya berhenti sampai di situ karena Nizar harus mengantar Cean pergi ke sekolah.

*****

Tisha sedang mencuci piring saat Nizar kembali ke apartemen.

"Aw," pekik Tisha saat merasakan tangannya yang perih terkena sabun cuci piring.

Tisha mengibas-ibas kan kedua tangannya dan meringis menahan perih.

Tiba-tiba Nizar datang dan dengan cepat mencuci tangan Tisha yang banyak busanya itu menggunakan air kran.

"Sudah disediakan mesin cuci piring, tapi masih mencuci menggunakan cara manual!" seru Nizar sambil menarik tangan Tisha, lalu mengambil tisu untuk mengeringkan tangan Tisha.

"Lukamu ini tidak sedikit, Ti!" oceh Nizar sambil terus mengeringkan tangan Tisha menggunakan tisu.

Tisha hanya terdiam terpaku menatap Nizar.

"Masih perih?" tanya Nizar dengan khawatir.

Tisha tersadar dari lamunannya dan menarik tangannya. "Lebih baik Bapak jangan terlalu perhatian kepada saya!"

Nizar langsung menatap Tisha.

Tisha mundur selangkah agar jaraknya tidak terlalu dekat dengan Nizar.

"Tidak baik Bapak terlalu dekat dengan pengasuh anak Bapak!" ujar Tisha.

"Takutnya menimbulkan fitnah!" lanjutnya.

Nizar langsung menarik tangan Tisha dan mengajaknya ke sofa ruang TV. Ternyata di sofa itu sudah ada kotak obat. Entah kapan Nizar mengambilnya.

"Saya tidak pernah peduli dengan penilaian orang lain, Ti." Nizar berkata demikian sambil mengobati luka di tangan Tisha.

"Saya suka melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan saya sendiri," lanjutnya.

"Orang lain tidak pernah tahu bagaimana hidup saya yang sesungguhnya. Jadi, untuk apa saya mempertimbangkan penilaian dari mereka?"

"Tapi saya tidak mau dinilai sebagai pengganggu, Pak!" jawab Tisha dengan tegas.

Nizar langsung memandang Tisha. Pandangannya sangat dalam dan sulit diartikan.

"Wanita itu bukan calon istri saya. Keluarganya adalah kerikil kecil yang mencoba menjadi penghambat kelangsungan bisnis saya!" jelas Nizar dengan suara yang pelan, tapi dalam.

Pandangan Nizar dan Tisha saling terkunci.

"Lalu, semalam?" tanya Tisha dengan ragu.

Nizar menghela napasnya. "Duniaku tidak setenang yang kamu pikirkan, Ti. Banyak bahaya di luaran sana yang setiap saat siap mengancam jiwaku dan orang-orang terdekatku!"

Nizar bingung ingin menjelaskan tentang obat perangsang yang telah diberikan oleh Melodi kepadanya. Hidup Tisha yang tidak serumit itu sangat kasihan jika dipaksa paham dengan kerumitan yang selalu Nizar hadapi.

Nizar selalu takut jika Tisha akan ikut merasakan dampak karena telah menjadi bagian dari keluarganya. Apalagi Tisha juga memiliki peran penting yaitu menjaga pewaris bisnis keluarga Nizar.

Walaupun, dengan atau tanpa disadari, kini Tisha juga sudah merasakan dampaknya.

1
Gabutz
dilanjutin dong thor ceritanya padahal seruuuuuu
Murti Mbak
lanjut thor, jangan ketemuin ma Titi
uswatun hasanah
Luar biasa
System Custom
mana kelanjutannya ?
anonim
Ngadi²
Nurul Qomariyah
lho kok trus macat tidak lanjut....
Rosa Nayna
novel paling kereenn nih 👍
Once Maredni
kapan upnya Thor ?
Wifqy Ridho
cuma bikin penasaran pembaca, ditunggu lama gak ada kelanjutannya
Nur Hidayati
👍
selir jansen༻
sangat bagus,
Enik Ulandari
kelanjutannya gimana ini thorr lama bgt up nya
euprasia kewa
kak lanjut dong ceritanya... penasaran nh sama apa yg terjadi , Nizar egoiss biarkan dia merasa penyesalan dulu
♡ Sachi_ Kapuet ♡
cuman berdoa semoga sekali up langs up banyak sampai tamat wkwkwkwk
Santi Oktavia
sangat menguras emosi/Sob//Sob//Sob//Sob/
Lilik Juhariah
wiiih udah sebulan gk up lagi thor
Aunty Zeva
thor ayo up ihhh
LISA
Koq belum update yaa
Ambu Neng Ismi
mana lanjutan nya...
♡ Sachi_ Kapuet ♡
ishhhhh....ishhhhh sithor mana ni udah nunggu 3minggu 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!