Menjalin asmara bertahun-tahun tak menjanjikan sebuah hubungan akan berakhir di pelaminan.
Begitulah yang di alami oleh gadis bernama Ajeng. Dia menjalin kasih bertahun-tahun lamanya namun akhirnya di tinggal menikah oleh kekasihnya.
Namun takdir pun terus bergulir hingga akhirnya seorang Ajeng menikahi seorang duda atas pilihannya sendiri. Hingga akhirnya banyak rahasia yang tidak ia ketahui tentang suaminya?
Bagaimanakah Ajeng melanjutkan kisahnya??
Mari kita ikuti kisah Ajeng ya teman2 🙏🙏🙏
Selamat datang di tulisan receh Mak othor 🙏. Mohon jangan di bully, soale Mak othor juga masih terus belajar 😩
Kalo ngga suka ,skip aja jangan kasih rate buruk ya please 🙏🙏🙏🙏
Haturnuhun 🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Diskusi
Setelah makan, Khalis meminta untuk membeli balon karena ia melihat ada anak yang membawa balon.
"Coba nanti kita cari ya yang jualan balon di mana!" Bhumi mengusap punggung Khalisa yang ada dalam gendongannya.
Tapi bocah itu masih merengek lalu mengadu pada Ajeng.
'' Cup sayang! Iya, nanti ayah suruh cari tukang balonnya. Nanti Khalis mau beli yang bentuk apa? Little pony apa doraemon...?!"
"Emon!" sahut Khalis cepat. Ajeng pun mengangguk cepat sambil tersenyum manis.
Bhumi menatap wajah gadis cantik itu. Dalam hatinya ia tak berhenti mensyukuri jika gadis yang ada di hadapannya sangat menyayangi Khalisa.
"Oke, nanti kita minta ayah cari tukang balon di taman. Kayaknya banyak, iya kan Yah?" tanya Ajeng mewakili ucapan Khalis. Tapi setelah menyadari ucapannya, Ajeng mengatupkan bibirnya.
Bhumi sangat menikmati wajah malu-malu Ajeng seperti itu.
"Iya, BuBu! Nanti kita cari sama-sama di taman sebelum pulang. Oke?!"
Khalis girang mendengar yang ayahnya janjikan. Pipi Ajeng bersemu merah karena Bhumi turut membalasnya dengan sebutan BuBu seperti Khalisa.
Mereka akan naik motor kembali untuk menuju ke taman sebelum perjalanan pulang.
"Yayah, Ais depan!" kata Khalis.
"Jangan Khalis sayang, di belakang aja sama BuBu!'' kata Ajeng. Tapi gadis kecil itu menggeleng dan memaksa untuk berdiri di depan Bhumi.
"Ya udah ngga apa-apa Jeng."
"Tapi takut Khalis ngantuk mas, kalo jatuh gimana?" Ajeng over thinking. Padahal bapaknya saja santai.
"Kan ada kamu yang bisa pegangin dari belakang!"
Ajeng menautkan alisnya.
"Maksudnya?"
"Ya kamu bisa pegangin Khalis dari belakang kan? Tangan kamu pasti juga nyampe. Ya kan?"
Ajeng berpikir beberapa saat hingga ia paham yang Bhumi maksud. Tapi itu artinya...dia akan memeluk Bhumi dengan dalih memegang Khalis agar tak jatuh???
Khalis kembali merengek karena merasa diskusi dua orang tua itu terlalu lama.
Mau tak mau, Ajeng pun melakukan apa yang Bhumi katakan tadi.
Ajeng benar-benar memeluk Bhumi dengan tangannya yang justru ada di depan perut Khalis.
Jantung Ajeng yang berdegup kencang mampu di rasakan oleh Bhumi karena mereka sangat dekat posisinya.
Kalau keduanya tak memakai helm, percayalah pipi mereka akan bertemu.
💐💐💐💐💐💐
"Nenek, mau makan!" teriak Dafi. Bu Tini menghampiri cucu pertamanya tersebut.
"Nenek ngga masak, kalo mau tuh ada sisa gado-gado. Tadi kakek mu ngga mau makan, mau pergi mancing!" sahut Bu Tini.
"Gado-gado mah ngga enak nek! Ngga ada yang lain apa?" tanya Dafi yang lebih berat ke menggerutu sebenarnya.
"Duh ini anak, di bilang adanya itu. Kalo mau makan enak, mama kamu suruh masakin buat makan kamu. Sekalian bekel, biar sampai rumah ngga teriak-teriak lapar!" omel Bu Tini.
"Nenek kebanyakan ceramah! Ya udah sini bagi duit nek, mau beli sate aja di pak haji!" Dafi menadahkan tangannya di depan sang nenek.
"Emangnya uang saku kamu habis Dafi?"
"Gimana ngga habis, Nek! Orang cuma ceban, buat istirahat pertama aja udah abis! Istirahat siang, udah laper lagi. Udah sini ah...mana! Dafi laper banget tahu!"
Meski mengoceh, Bu Tini tetap memberikan uang pada cucu kesayangannya.
"Nah gitu kek dari tadi. Nenek ngga usah ceramah kelamaan, udah mau pingsan ini!" Dafi mengambil uang dari tangan Bu Tini lalu melempar tasnya ke sofa.
Bu Tini menggeleng pelan. Tapi namanya cucu kesayangan, ya gimana? Mau marah ujung-ujungnya juga ngga tega. Beda lagi kalo yang ngga di sayang.
Jangankan di sayang, di anggap aja ngga!?!
💐💐💐💐💐💐
"Rencana kamu apa setelah ini, Jeng? Cari kerjaan lain?" tanya Bhumi. Ajeng menggeleng pelan.
"Rencananya sih, insya Allah pengen jualan ayam goreng krispi mas. Cuma belum Nemu tempatnya eh...belum nyari juga tepatnya."
Bhumi manggut-manggut paham.
"Maunya lokasinya di mana? Yang deket dari kostan atau yang kiranya ramai di lewati?"
"Pengennya ya yang jelas tempat strategis gitu."
"Kalau di perempatan depan sana tuh deket gang, kira-kira menjajikan ngga ya?" tanya
Bhumi.
"Eum, bisa jadi sih mas. Tapi ya, namanya rejeki ya mas. Walau pun jualan dirumah tetap aja rejeki ngga ketuker sama yang keliling. Ya kan?"
Bhumi mengangguk pelan.
"Aku pengennya yang masih aman di jangkau menengah ke bawah sih mas. Cuma karena mau beda lain dari yang lain, aku udah punya konsepnya juga sih."
"Bismillah, semoga di lancarkan ya Jeng!"
Ajeng mengangguk pelan . Posisi masih sama, Ajeng memeluk Bhumi untuk memegang Khalisa.
Sepanjang perjalanan mereka pun terus bercerita berbagai hal untuk mendekatkan diri mereka masing-masing.
💐💐💐💐💐💐
segini dulu y, makasih 🙏
tak apa... tak ada keluargamu yg mensuportmu bumi....
yakinlah... dgn mnjadikn ajeng istri... km bisa mndaptkn dan merasakn arti dan kasih sayang keluarga.... yg slm ini tak prnah km dptkn dri keluargamu...
dan brjanjilah untuk mnjadi garda trdepan untuk knyamanan istri dan ankmu.... jgn smpe keluargamu yg toxic dan benalu itu sll merusuh...
toh km n keluargamu yg mmbuang ajeng....
klo ajeng mudah move on dri km... ya itu bonusss luar biasa dri Allah... krna dia bukan perempuan yg jahat hatinya....
cerita ranu n novita... serta keluarga mereka... keluarga toxic si bhumi jga di skip dlu aja...
biarlah cerita ajeng n bhumi berkembang... smpe mereka bner2 sukses brdua... punya nama besar...
atau lamu istikhoroh dulu..