Siapa sangka, niatnya ingin menenangkan diri di sebuah taman, karena stress terus di paksa sang ibu untuk segera menikah karena umurnya sudah tidak muda lagi. Di taman itu Kanaya malah bertemu gadis kecil yang sedang menangis.
Pertemuan itu malah awal menjadikan dirinya seorang ibu dari gadis kecil yang membutuhkan kasih sayang seorang ibu itu
Bagaimana selengkapnya yu langsung mampir saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iin Suryani iin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32
Melihat Naya dan putrinya sudah masuk ke dalam kamar, dengan cepat Dirga menuju ke ruang kerjanya.
" Hallo Alan, cepat cari tahu asal usul pengasuh baru putriku yang bernama Kanaya ini, dan aku mau secepatnya kamu kirim laporannya padaku, kerjakan sekarang juga " kata Dirga melalui ponsel Nya.
" Baik tuan, segera saya laksanakan. " sahut asisten pribadinya itu dari sebrang sana.
" Mm... Aku mau secepatnya kamu kirim semua data tentangnya, dan kalau bisa malam ini juga kamu harus mendapatkannya. " kata Dirga lagi yang sudah sangat penasaran.
Setelah mengatakan itu Dirga langsung mematikan ponselnya lalu duduk di kursi kerjanya sambil memikirkan dan entah apa yang ada dalam pikirannya sekarang.
Di kamar gadis kecil itu, saat ini Naya sedang menidurkan gadis kecil itu dengan memeluk dan mengelus kepala dan punggung gadis kecil itu agar lekas tertidur
" Aduh... Apa yang harus aku katakan ya pada pak Dirga, haruskah aku mengatakan siapa aku sebenarnya, lalu bagaimana dengan reaksi beliau nanti ya, huuuh mungkinkah beliau marah karena merasa di bohongi, aduuh bagaimana ini ya, haaah... Mau bagaimana lagi, katakan saja sejujurnya apa yang pak Dirga tanyakan nanti huuh..." kata Naya dalam hati yang sangat bingung memikirkan semuanya.
Setelah gadis kecil itu tertidur pulas, terpaksa dan mau tidak mau Naya beranjak dari tempat tidur dan langsung keluar kamar menuju ke ruang kerja majikannya itu.
Sesampainya di depan ruang kerja Dirga, terlebih dahulu Naya menarik nafasnya dalam-dalam, untuk mengurangi rasa gugupnya menghadapi majikannya itu.
" Huuh... Tenang Naya, tenang... " gumam Naya pelan.
Setelah di rasa tenang Naya pun memberanikan diri untuk mengetuk pintu ruangan itu.
Tok tok tok...
" Masuk... " sahutan dari dalam.
Mendengar itu dengan perlahan Naya membuka pintu dan juga masuk secara perlahan.
" Permisi Pak, ada apa ya Pak ? " kata Naya setelah masuk dalam ruangan itu.
" Oh sini duduk dulu Nay, saya hanya ingin bertanya dan ingin tahu beberapa hal saja dari kamu. " kata Dirga dengan santainya.
Naya pun mengangguk dan perlahan duduk di hadapan Dirga seperti halnya atasan dan bawahan.
" Ehmm... Begini Nay, saya tidak akan memaksa kamu untuk mengatakan siapa jati diri kamu yang sebenarnya, yang saya ingin tahu, apa tujuan mu mau bekerja dengan saya dan menjadi pengasuh anak saya, padahal seperti yang di katakan putri saya tadi, kehidupan mu juga sama seperti kami otomatis bukan masalah pekerjaan kan ?" kata Dirga langsung pada intinya.
" Huuh... " Naya menarik nafas dalam sebelum mengatakan semuanya.
" Begini Pak, yang bapak katakan memang benar, sebenarnya bukan niat saya untuk bekerja di sini, sebenarnya dari awal sebelum saya bertemu dengan Flo, saya hanya ingin menenangkan diri sehingga berada di taman itu, saya stress karena selalu di tuntut ibu saya untuk segera menikah, bagaimana mau menikah coba pacar saja saya belum punya " kata Naya terpaksa mengungkapkan semua dan entah kenapa mendengar itu membuat Dirga menarik bibirnya sedikit tersenyum tanpa sepengetahuan Naya.
" Nah pas kebetulan saya bertemu putri bapak, dan kasus yang sudah menimpa putri bapak, menjadikan jalan keluar untuk masalah saya, apalagi saat itu bapak meminta saya untuk menjadi pengasuh putri bapak menggantikan Mak Lampir itu, dengan senang hati saya menerimanya, karena bagi saya itu adalah kesempatan untuk menghindar dari tuntutan ibu saya. Jadi saya bilang saja kalau saya saat itu liburan ke luar negeri agar beliau tidak mencari keberadaan saya yang tidak pulang seharian kemarin. " kata Naya lagi.
Mendengar itu Dirga hanya mengangguk memahami.
" Nah tadi pagi ibu saya menghubungi menyuruh saya untuk segera pulang, kalau tidak beliau akan menyusul jadi dari pada menjadi masalah, saya pulang saja. Dan Karena putri bapak tidak mau pisah dari saya, terpaksa deh saya ajak pulang ke rumah juga, lalu terpaksa juga saya katakan semuanya sebelum bertambah runyam urusannya nanti dengan beliau. " kata Naya lagi, dan Dirga pun hanya mengangguk mendengar penjelasan itu.
Dan entah kenapa mendengar penjelasan itu membuat hati Dirga bertambah yakin dengan apa yang ada di pikirannya saat ini.