Ilana Larasati, seorang agen biro jodoh yang periang dan penuh semangat terpaksa menikahi Virsanta Mochtar, klien VVVVIP-nya sendiri yang menjadi buta karena sebuah kecelakaan yang disebabkan ayah Lana.
Virsa yang awalnya menikahi Lana karena ingin balas dendam, justru menjadi semakin bergantung dan mencintai Lana. Namun kondisinya yang buta membuat Virsa kesulitan membahagiakan Lana seperti kebanyakan pria pada umumnya.
Lalu, akankah Virsa dengan keterbatasannya mampu mempertahankan Lana disisinya? Dan bagaimana keduanya menjalani romansa pernikahan di tengah perbedaan yang begitu besar juga ujian dan godaan yang datang silih berganti?
Disclaimer :
Novel ini murni fiksi belaka, tidak bermaksud menyinggung pihak manapun.
Jangan lupa tinggalin like, komen, subscribe, gift dan vote kalian ya dears! coz support kalian sangat bermanfaat bagi kesehatan jiwa otor 😘
Happy reading all..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jovinka_ceva, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Molet : Persembahan Berharga
“Vir, ngga bisa apa kalau masalah ini diomongin baik-baik aja?” bujuk Lana ketika Cindi dan ayahnya sudah pulang.
“Lo lihat sendiri kan kelauan temen lo itu? Bukannya minta maaf tulus dan mengakui kesalahannya, dia malah ngomongin soal ganti rugi.”
“Itu karena dia takut dan terpojok, Vir. Sama kaya waktu gue takut lo menjarain gue gara-gara bokap gue nabrak lo.”
“Kalau itu namanya bodoh.”
“Hah?”
“Dalam hukum tidak ada aturan bahwa seseorang bisa dihukum karena kesalahan orang lain. Bahkan orang tua sekalipun tidak bisa dihukum karena kesalahan balitanya yang membunuh balita lain, misalnya.”
“Beneran?”
Virsa mengangguk.
“Jadi gue ketipu dong?”
“Bukan ketipu karena gue ngga nipu lo. Lebih tepatnya bodoh karena lo ngeyakinin hal yang belum tentu kebenarannya.”
“Sial!”
“Kenapa? Lo nyesel nikah sama gue?”
“Dikit sih.”
“Mau ngajuin gugatan cerai? Gue kenal pengacara bagus yang bisa ngeberesin itu dengan cepat. Gue bisa kenalin lo ke dia kalau mau.”
“Kok lo ngomongnya gitu sih? Kenapa bawa-bawa cerai segala?”
“Lah, lo bilang nyesel nikah sama gue.”
“Gue kan cuman bilang dikit. Nyesel dikit karena gue sempet mikir kalau hidup gue bakal hancur setelah nikah sama elo. Tapi ternyata gue salah. Lo adalah kebahagiaan buat gue.”
“Udah selesai ngegombalnya?” tanya Virsa.
“Kok ngegombal sih? Ini serius, Vir. Vir! Kita mau kemana sih?”
Virsa menarik tangan Lana dan membawanya masuk ke kantor barunya melewati pintu penghubung. Ketika masuk, Lana mendengar suara anjing mendekat ke arahnya. Ia sempat kaget tapi begitu lampu menyala, Lana justru terpesona oleh anjing kecil yang ada di kakinya itu.
“Lucu banget sih?” lana berjongkok untuk membelai anjing putih itu.
Tapi ia segera menyadari bahwa ada yang aneh dengan anjing itu. diam meskipun didekati dan diraba, tidak berkedip dan tidak mengibaskan ekornya layaknya anjing lain.
“Kenapa?” tanya Virsa ketika suasana tiba-tiba menjadi sunyi.
“Kok anjingnya diem aja?”
“Emang lo mau yang gimana?”
“Menggonggong, menggerakkan ekor, berlari kesana kemari.”
Virsa mendekati Lana, “Siniin anjingnya!”
Ketika mengangkat anjing itu Lana semakin merasa aneh. Bulunya berbeda dan tekstur kulinya lebih kenyal dan ringan.
Virsa kemudian meraba anjing itu, membuka kontrol panel yang ada di bagian perut anjing lalu mulai menyesuaikan pengaturannya sesuai yang Lana minta. Mulai dari menyalakan sensor gerak dan suara, intensitas menggonggong dan mengibaskan ekor, juga mengedipkan mata.
“Jadi ini robot?” tanya Lana.
Virsa mengangguk. “Dengan robot ini, lo bakalan punya temen setia, tapi ngga perlu pusing mandiin, ngebersiin kotoran dan liur. Lo bisa ajak jalan-jalan dan main dengan mengatur pengaturannya. Anjing ini juga sangat peka terhadap sensor suara. Kalau lo udah seting satu nama, dia akan langsung datang kelau denger namanya disebut.”
“Wah!....” Lana jadi makin terpesona.
“Dia juga sensistif terhadap sensor gerak. Jadi dia bakalan ngikutin lo kemanapun layaknya anak anjing sungguhan. Tubuhnya terbuat dari bahan karet silikon yang kenyal tapi aman untuk anak-anak. Bulunya juga dibuat dari bahan pilihan yang ngga mudah menimbulkan isitasi juga asma. Dan lo ngga perlu repot-repot mencukur bulu dan memotong kuku karena ukurannya akan tetap sampai kapanpun. Kalau kotor bisa lo mandiin dengan sampo khusus yang nantinya akan dijaul terpisah.”
“Keren banget, sumpah.”
“Suka?”
“Suka banget Virsa! Lo keren banget. Ini lo yang bikin?”
Virsa mengangguk. “Anak anjing ini adalah model pertama yang berhasil gue buat mendekati sempurna.”
“Kalau ini cewek atau cowok? Pasti lucu banget kalau lagi bunting.”
“Ini unisex Lan. Mereka ngga punya birahi dan ngga bisa bunting. Kalau mereka bisa beranak, produk gue lama-lama ngga laku dong..”
“Iya juga yah?! Terus kalau ada orang yang nyontoh inovasi lo gimana?”
“Untungnya gue ngga sebodoh elo. Jadi sejak awal gue udah patenin tehnologinya. Untuk merk dan produknya juga sedang proses penerbitan hak paten.”
“Wah, keren banget, Vir. Ngga nyangka gue kalau lo ternyata hebat banget.”
“Tapi itu sebelum gue buta. Sekarang gue udah ngga bisa langi ngebedain mana tombol on mana off.”
“Gue bakal pinjemin mata gue buat elo. Lo simpen aja otak brilian lo baik-baik, supaya ngga dicuri maling. Oke?”
Lana kembali bermain dengan anjing robortnya yang mulai menggonggong dua kali tiap menit.
“Sekarang lo harus pilih nama buat anjing lo. Pilih yang ngga pasaran supaya ngga bingung kalau lo panggil.”
“Nama yah? Gimana kalau caca?”
“Caca? Iya kalau Virsa kan cowok banget tuh, tapi kalau caca kan imut.”
“Boleh juga tapi awas dia datengin tetangga sebelah pas dia lagi manggil anaknya yang namanya Caca juga.”
“Bener juga yah? Gimana kalau Aragon? Asu? Kirik? Bimbim? Doggy? Whity? ..........”
“Terserah Lana! Berisik!”
“Oke, Molet. Namanya Molet. Gimana?”
Virsa mengaktifkan sensor suara dan meminta Lana mengatakan molet supaya bisa disimpan di memori anjing buatannya.
“Sekarang lo bisa coba panggil dia.”
Lana berdiri agak menjauh dari Virsa dan ajingnya lalu mulai memanggilnya, “Molet!”
Anjing itu langsung mendatangi sumber suara dan mengikuti kemanapun Lana berjalan sambil menggonggong dan mengibaskan ekornya dua kali tiap menit.
“Udah mirip banget sama anjing beneran. Apanya lagi yang kurang?” tanya Lana.
“Dia hanya bisa menyalak kalau diseting. Dia ngga bisa mengenali pencuri atau orang mencurigakan seperti anjing sungguhan.”
“Oh iya bener...... Tapi ngga papa. Ini aja udah pasti jadi mainan yang laris manis disini karena mayoritas muslim dan mengharamkan anjing sungguhan.”
“Bener. Karena itu gue pindahin perusahaan gue di Amrik ke sini. Kita akan mulai produksi besar-besaran dan pasarin produk ini ke seluruh pelosok dunia.”
Lana memeluk Virsa saking senang dan bersemangatnya. “Maafin gue yah yang ngatain lo pengangguran. Gue ngga tahu kalau lo kerja dengan cara lo sendiri.”
“Bukan ngga mau, Lan. Tapi gue ngga bisa baca tulis kaya orang lain, ngelihat, ngobrol atau berjalan seperti elo dan lainnya. Gue ngga bisa.”
“Lana kembali memeluk Virsa. Iya gue tahu kok. Kalaupun elo ngga bisa ngelakuin pekerjaan seperti orang lain, gue bakalan kerja keras buat ngehidupin elo.”
“Apaan sih lo?” Virsa tergelitik mendengar penuturan ngelantur Lana.
“Jadi berapa banyak ganti rugi yang lo minta dari Cindi?”
“Kok tiba-tiba ngomongin Cindi lagi sih?”
“Jawab aja apa susahnya sih?”
“Lima ratus juta.”
“What?!”
“Anggep aja permohonan maaf masing-masing seratus juta untuk Samanta, Reina, Tasya, Jenifer dan elo.” Jawab Virsa enteng
“Tunggu! Darimana lo tahu kalau gue dan temen-temen gue ngomongin soal mereka? Gue kan ngga pernah cerita sama elo?” tanya Lana tiba-tiba
“Itu.... Eh, itu.... Itu...... anu............”
*********************************************
𝚜𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚕𝚊𝚗𝚊