Dibuang Setelah Melahirkan

Malam pun tiba, Gea ikut makan malam bersama dengan keluarga Gaza. Di meja makan sudah ada Mama Hani dan Gaza. Papa Gaza tidak pulang karena harus mengurus klien nya di luar kota.

Makan malam di malam itu terasa begitu hangat karena kehadiran Gea. Selesai makan malam, Gea tak langsung kembali ke kamarnya. Ia malah membantu bibi di dapur. Ia merasa tidak enak jika menumpang tanpa melakukan apa-apa.

Sudah dilarang pun, Gea tetep kekeh, jadi Gaza membiarkannya saja. Gea memang seperti itu dari dulu. Hal sekecil apapun pasti akan dianggap hutang olehnya.

Selesai Gea mencuci piring. Gaza membawa Gea ke garasi, disana ada motor Gea dan beberapa peralatan milik Gea. Gea justru malah fokus ke banyaknya mobil yang ada di garasi.

"Mobil itu punya papa semua," ucap Gaza mencoba menghilangkan rasa penasaran Gea.

Gea menatap ke arah Gaza. Walau ia sudah sedikit tahu dari Mama Hani. Ia tetap ingin mendengar isi hati Gaza. Tapi, laki-laki itu malah mengajak Gea untuk pergi dari garasi ke kursi yang ada di dekat kolam renang.

"Setelah menemukan kontrakan nantinya, apa rencana mu Ge? Apa kamu mau langsung menuju ke rumah David?" tanya Gaza.

Gea menggeleng karena belum terpikirkan apapun di kepalanya.

"Tidak mungkin kan aku langsung datang kesana? Pastinya aku akan langsung diusir dan disangka pembohong. Karena semua orang yang ada di rumah David pasti tahunya Alwin adalah anak Selena dan David."

"Mau aku bantu pikirkan caranya?" tawar Gaza.

Gea menggeleng. Ia masih ingin berpikir sendiri. Meminta bantuan Gaza adalah jalan terakhirnya ketika ia sudah buntu. Gea hanya ingin meminta semua informasi tentang David yang diselidiki Gaza selama ini.

Gaza menghela napasnya. Kalau Gea sudah bertekad, tak ada seorang pun yang bisa menghentikannya. Laki-laki hanya akan mengawasi Gea diam-diam agar tetap aman.

Hari semakin malam, baik Gea maupun Gaza kembali ke kamarnya masing-masing.

*

*

Keesokan harinya, Gea mau mencari kontrakan sendiri menggunakan motornya dengan mengandalkan maps. Tapi, Gaza melarangnya, karena Gea masih baru di Jakarta. Akan lebih aman untuk ditemani oleh dirinya. Bahkan Gaza sampai mau panas-panasan naik motor bersama Gea. Gea jadi tidak enak sendiri. Hanya demi dirinya, Gaza selalu meluangkan waktunya padahal hari ini bukanlah weekend.

"Ga, apa kamu tidak kerja?" tanya Gea ketika di dibonceng Gaza.

"Masalah kerjaan itu gampang. Aku punya asisten untuk menggantikan aku bekerja di kantor," jawab Gaza.

"Apa bos mu tidak marah?" tanya Gea lagi yang membuat Gaza tersenyum. Gea tidak tahu saja kalau dirinya lah bos nya. Ia adalah CEO dari perusahaan ayahnya.

"Tidak, dia tidak akan marah," jawab Gaza.

"Kok bisa?" tanya Gea yang keheranan.

Gaza menanggapinya dengan mengangkat bahunya. Seolah-olah ia tidak tahu.

Mereka pun sampai di komplek perumahan sewaan. Banyak kontrakan kosong disana dengan harga sewa yang berbeda-beda. Tapi, masih belum ada yang cocok dengan apa yang Gea mau. Harganya masih sangat mahal. Uangnya mungkin tidak akan cukup.

Sebenarnya Gaza ingin sekali menyewakan tempat terbaik untuk Gea. Tapi mengingat wanita ini sangat keras kepala ada tekadnya, Gaza mengurungkan niatnya itu.

Berjam-jam mereka mencari rumah kontrakan yang sesuai dengan budget uang yang Gea punya. Mereka harus berhenti di sebuah warung karena Gea merasa haus.

"Kalau hari ini masih belum nemu kontrakannya. Besok kita cari lagi," ucap Gaza.

Gea menggeleng.

"Nggak, hari ini aku harus nemu kontrakan. Aku tidak ingin terlalu lama merepotkan mu," balas Gea.

"Tidak repot Ge. Mama malah suka kamu ada di rumah, katanya dia jadi nggak kesepian karena ada teman ngobrol."

"Tetap saja Ga, aku tidak enak."

Gaza diam tak menanggapi lagi. Setelah menghabiskan minumnya, mereka melanjutkan kembali mencari kontrakannya.

Dari pagi hingga sore, tak satu pun Gea menemukan yang cocok. Hingga mata Gea terhenti ketika melihat iklan yang tertempel di tiang jalanan. Gea pergi menuju ke alamat yang ada di iklan itu.

Sesampainya disana, Gea melihat hunian sederhana yang terlihat nyaman dan suasana sekitarnya yang tidak terlalu berisik. Gea mencari-cari pemilik dari kontrakan itu.

Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya muncul.

"Cari kontrakan Mba?"

Gea mengangguk.

"Mari saya ajak lihat-lihat ke dalam," tawar ibu itu.

Gea pun mengekor di belakang ibu itu. Ia masuk ke dalam kontrakan dan mengamati sekelilingnya. Gea langsung suka dan berniat menyewanya. Untung saja harganya lebih miring daripada kontrakan yang sebelumnya ia kunjungi. Gea langsung mengambil kontrakan itu dan membayar DP nya terlebih dahulu.

"Nanti malam saya akan langsung menempatinya dan besok akan bayar kekurangannya untuk satu bulan dulu ya, Bu."

"Iya Mba. Yang penting jangan telat bayar tiap bukannya. Boleh telat sih, tapi cuma 3 hari saja."

"Baik ibu, terima kasih."

Gea dan Gaza pun pergi dari sana. Sebenarnya Gaza agak tidak setuju kalau Gea nekat pindah malam-malam. Padahal masih ada hari esok.

"Padahal pindahnya besok saja Ge. Nanti kamu malah kecapean kalau harus langsung beresin rumahnya."

"Nggak apa-apa Ge. Itu jauh lebih baik, dari pada terus menunda-nunda. Kalau kamu punya kenalan pengangkut barang, aku minta tolong lagi ya Ge."

"Hm, baiklah."

Gea dan Gaza pun telah sampai di rumah ketika langit sudah berubah jadi gelap. Namun, mobil pick up sudah ada di halaman rumah Gaza dan sedang mengangkut barang-barang milik Gea.

Ketika semuanya sudah terangkut ke dalam mobil semua. Gea berpamitan pada mamanya Gaza dan mengucapkan rasa terima kasihnya.

"Terima kasih ya Tante, aku sudah diizinkan untuk menginap semalam disini. Terima kasih juga telah menerimaku dengan baik."

"Kenapa harus pergi secepat ini sih Ge?" tanya Mama Hani yang sedikit sedih.

"Tidak apa-apa Tante. Aku sudah menemukan tempat tinggal yang cocok. Sangat disayangkan jika aku tidak langsung mengambilnya. Aku pamit Tante, assalamualaikum," pamit Gea sambil mencium tangan Mama Hani.

"Waalaikumsalam," jawab Mama Hani.

Gea yang berniat akan menaiki motornya sendiri ke kontrakannya. Malah dicegah oleh Gaza, laki-laki itu mau mengantar Gea lagi hingga selamat sampai tujuan.

"Terus nanti kamu pulangnya gimana Ga?" tanya Gea.

"Gampang."

Gea pun mengizinkan Gaza menemaninya lagi. Mereka jadi penunjuk jalan untuk mobil pick up yang membawa barang-barang Gea.

Di tengah perjalanan, David yang sedang mengendarai mobilnya tampak terkejut melihat Gea ada di Jakarta. Apalagi Gea sepertinya bersama dengan Gaza.

David tak bisa percaya begitu saja dengan matanya. Takutnya ia salah melihat orang. Ketika ia ingin mengikuti motor itu, ia kehilangan jejaknya karena terhalang oleh lampu merah.

"Sial! Bagaimana kalau apa yang aku lihat benar-benar Gea?"

*

*

TBC