Sejak selamat dari bencana alam yang melanda kampung halamannya, tubuh Lusi menjadi aneh.
Dia bisa merasa sakit tanpa terbentur, merasa geli tanpa digelitik. Dan merasakan kepuasan yang asing ketika Lusi bahkan tidak melakukan apa-apa.
Dan setelah bekerja di sebuah perusahaan dan bertemu sang CEO, akhirnya dia tahu sebabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Lima tahun kemudian
"Selamat!!!" seru ayah, ibu dan Liam yang merayakan kelulusan Lusi dari Universitas.
"Terima kasih" jawab Lusi bangga.
"Tidak menyangka kalau anak ayah sudah lulus kuliah padahal, ayah pikir akan membutuhkan waktu lama dari ini"
"Ayah, anak perempuan kita memang pintar. Dia bisa mencapai semua cita-citanya dalam waktu singkat"
"Iya benar"
"Pppuihh. Ini pasti karena andil kecabulan tingkat tingginya. Dia pasti ingin segera pindah dari rumah agar bebas melakukan hal cabul diluar sana!!" ucap Liam, adik Lusi. Yang segera membuahkan tiga pukulan telak di kepala.
"Ada satu lagi yang harus aku katakan" ucap Lusi menyimpan satu kejutan terakhir untuk ayah dan ibunya.
"Apa itu?" tanya ayahnya penasaran.
"Aku ... Sudah diterima kerja di Techno West!!!" seru Lusi bahagia lalu dengan cepat berubah sendu Karen tidak mendapatkan tanggapan sesuai dengan harapannya.
"Techno West?"
"Techno West yang itu?"
"Sepertinya iya"
"Bukankah itu perusahaan pengolahan sampah?"
"Jadi kakak lulus hanya untuk mengolah sampah?"
Lusi hampir saja mengumpat saat dikatakan lulus hanya untuk mengolah sampah. Padahal pekerjaan itu tidak ada salahnya juga.
"Perusahaan pengolahan sampah yang ada di dekat sini memang milik Techno West. Tapi ... Aku tidak diterima di Techno West yang ini. Melainkan di Techno West pusat!!"
Ketiga orang yang paling Lusi sayangi tiba-tiba berubah mimik wajah. Ayah dan ibunya terlihat sedih sedangkan Liam. Bersorak bahagia.
"Kakak pergi!!!! Akhirnya!!!"
"Jadi kamu akan meninggalkan rumah?" tanya ibunya yang sedih. Mengobati hati Lusi yang sakit karena sorakan bahagia Liam, adiknya.
"Pegawai baru diperbolehkan menggunakan asrama yang sudah disediakan perusahaan. Dan Lusi harus segera datang sebelum tanggal dua puluh lima bulan ini" jelasnya.
Bagaimanapun inilah yang harus dialami setiap keluarga. Saat anaknya menginjak usia cukup untuk bekerja dan keluar dari sarang. Dan Lusi sudah menunggu-nunggu saat ini datang sejak lima tahun lalu. Dia sudah kesal karena terus dijuluki cabul oleh adiknya. Juga dicurigai memiliki orientasi seksual yang berlebihan oleh ibunya.
Dan semua itu hanya karena satu malam yang tak pernah bisa Lusi jelaskan.
Apakah malam itu hanya terjadi sekali? Tidak. Lusi mengalaminya beberapa kali setelah malam itu. Namun dia tidak berani bicara karena takut diejek lagi. Dan sekali lagi, dia tidak bisa menjelaskan peristiwa itu. Seakan ada pelaku tak kasat mata yang memanfaatkan tubuhnya dengan sembarangan.
"Putri kita telah dewasa. Ini adalah saatnya kita melepasnya ke dunia yang lebih besar" kata ayahnya berusaha menguatkan diri.
"Benar. Jaga dirimu Nak. Jangan terlalu banyak melakukan hal-hal aneh disana!!" balas ibunya menimbulkan rentetan gelak tawa tak terbendung dari Liam.
"Dia pasti akan terus menonton film tak senonoh itu sepulang kerja" tuduh Liam berbuah lemparan bantal oleh Lusi.
Satu Minggu kemudian, Lusi sudah sampai di asrama perusahaan. Dia melapor ke bagian depan dan diberikan kunci kamar lantai dua. Peraturan penggunaan asrama diletakkan di depan setiap pintu kamar. Lusi membacanya dengan seksama sebelum masuk ke dalam kamar.
Hanya ada satu ruangan besar yang digunakan sebagai kamar, ruang serbaguna dan dapur. Serta satu kamar mandi. Lusi menghela napas panjang, bersyukur karena kamar yang didapat lebih dari perkiraannya semula.
Dua hari lagi, dia akan mulai bekerja. Satu langkah lagi menuju dunia dewasa yang penuh dengan kerja keras. Lusi harus siap.
"Selamat pagi, saya Lusi North. Pegawai di bagian meja depan atau lobi" ucapnya dengan bersemangat.
"Oh, kamu resepsionis baru? Pastikan datang sepuluh menit sebelum waktu masuk! Jaga penampilanmu tetap rapi dan wangi. Cepat hapalkan wajah pemimpin di perusahaan. Jangan sampai salah mengenali! Selamat bertugas!!"
Lusi terhenyak mendengar semua instruksi yang diberikan oleh bagian kepegawaian di hari pertamanya bekerja.
Meski semua instruksi itu asing baginya, Lusi harus segera beradaptasi dengan dunia kerja. Jadi dia merapikan baju dan rambut. Memeriksa riasan wajahnya dan berjalan ke meja resepsionis. Tempatnya bekerja mulai hari ini.
Belum sampai di meja resepsionis, ada kerumunan berlari ke arah pintu depan.
"Selamat datang Tuan Muda" sapa semua orang lalu menunduk hormat. Tanpa bertanya, Lusi melakukan hal yang sama. Padahal dia tidak tahu siapa yang dipanggil Tuan muda oleh semua orang.
Setelah Tuan muda berjalan menjauh, semua orang kembali melanjutkan pekerjaannya masing-masing. Begitu juga Lusi. Tapi dia tidak hati-hati dan tersandung oleh kakinya sendiri. Menyebabkan lututnya terantuk meja resepsionis.
"Aduuhhhh!!!" keluhnya merasa sakit.
Tanpa dia tahu, seseorang yang dipanggil Tuan muda juga merasakan sakit yang sama.
"Ada apa Tuan muda?" tanya asisten yang berada di belakang Samuel.
Lututnya. Kenapa tiba-tiba terasa sakit? Seolah lututnya menabrak sesuatu. Padahal Samuel sedang berjalan biasa.
"Tuan muda?"
Samuel melihat ke arah asistennya dan merasa gengsi untuk mengatakan yang sebenarnya. Pasti tidak akan ada yang percaya kalau Sam mengatakan yang sebenarnya. Jadi dia menyimpan hal ini untuk dirinya sendiri.
Samuel melanjutkan langkahnya dan naik ke ruangan ayahnya.
"Selamat pagi ayah!" sapanya.
"Kau sudah datang?"
"Apa yang terjadi?" tanya Samuel yang harus segera datang ke perusahaan pusat karena perintah ayahnya semalam.
"Ibumu merindukanmu. Itulah yang terjadi"
Samuel menghela napas lega. Dia sudah khawatir terjadi sesuatu pada perusahaan. Ternyata kekhawatirannya sia-sia.
"Aku akan pulang ke rumah malam ini" jawab Samuel membuat ayahnya tersenyum.
"Baguslah! Dan selagi kau ada disini, periksalah semua laporan tentang perkembangan proyek yang akan diluncurkan pertengahan bulan ini!" ucap ayahnya lalu memerintahkan asisten menyerahkan beberapa berkas pada Samuel.
"Bukankah proyek itu berjalan sesuai jadwal?"
"Iya. Tapi aku ingin kau memeriksanya dengan lebih teliti lagi. Ayah ingin semuanya berjalan lancar"
"Ayah punya tim yang sangat baik dalam memeriksa proyek baru"
"Tapi kau adalah penerus perusahaan. Kau pasti tidak ingin perusahaan kita merugi" kata ayahnya.
Alasan sebenarnya dari permintaan ini pastilah karena ayahnya masih ragu proyek ini akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Memaksa Samuel untuk menjadi pencetus pembatalan proyek setelah pemeriksaan yang dia lakukan nanti. Karena ayahnya tidak ingin menjadi pemimpin yang mengecewakan pegawai.
"Aku akan memeriksanya" kata Samuel menyerah pada keinginan ayahnya lalu pergi ke ruangannya.
Ketika Samuel berada di dalam lift, menuju ruangannya yang berada di lantai enam. Terdengar suara ...
Tring
Dia pikir pintu akan segera membuka karena telah tiba di lantai tujuan. Tanpa menunggu beberapa waktu, Samuel maju dan kepalanya terantuk keras ke pintu lift.
"Tuan muda!! Anda tidak apa-apa?" tanya asisten yang terkejut dengan tingkah majikannya. Tidak menduga kalau Samuel akan bergerak maju disaat pintu lift belum terbuka.
Samuel mengelus kepalanya dan menyalahkan dirinya sendiri karena terlalu ceroboh.
"Tidak apa-apa" jawabnya lalu keluar dari lift.
Di meja resepsionis, Lusi sedang memegang kepalanya yang mendadak terasa sakit. Seperti terbentur sesuatu yang sangat keras, padahal dia hanya duduk sepanjang waktu.
uda baca karya2mu. syukaaaa...
semangat berkarya, lope u