Orang tua yang bercerai, keluarga yang berantakan, cinta yang menyakitkan di masa lalu sampai meninggalkan trauma yang mendalam, membuatnya tumbuh menjadi gadis yang nakal, suka membangkang, sering mabuk-mabukan, dan mengikuti balap liar. Sering kali dia ingin menyerah atas hidupnya, tetapi dia tidak senekat itu untuk mengakhiri nyawanya sendiri.
Marsya hanya sering menyakiti dirinya sendiri seperti menyayat lengannya, hanya untuk menyamarkan rasa sakit di hatinya.
Setelah lelah hidup di lingkungan yang menurutnya berantakan, ia memutuskan untuk pulang ke kota kelahirannya, menempati rumah mendiang neneknya,
akankah setelah merantau kehidupan Marsya akan membaik dan bisa melupakan traumanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rainy_day, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang
Sejujurnya Marsya sangat takut untuk pulang ke rumah Wa Eli karena dirinya masih merasa mabuk, dan sudah pasti mulut dan tubuhnya bau alkohol, di tambah lagi penampilannya sekarang yang acak-acakan, babak belur, dan banyak luka, ia takut di tanya ini-itu oleh orang rumah, jika saja teman-temannya tidak meninggalkannya ia pasti menginap di rumah Riana, bukan, jika saja teman-temannya tidak meninggalkannya di tempat Yosi, mungkin saja kejadian itu tidak akan menimpa Marsya.
"benar daerah sini?" suara Elios membuyarkan lamunan Marsya.
"ah iyaa itu di depan, masuk ke gang" ucap Marsya menunjukkan arah rumahnya, ia merasa lega karena bertemu dan di tolong oleh orang baik seperti Elios.
Setelah sampai, Marsya menuruni motor milik Elios.
"El makasih banyak ya udah nolongin aku, maaf ini udah lewat tengah malam jadi aku gak bisa nawarin kamu buat mampir" ucap Marsya berterima kasih dengan tulus kepada penolongnya itu.
"hmmm, it's oke, aku balik" ucapnya sembari menganggukan kepalanya, ia pun memakai kembali helm nya, dan menaiki motornya, setelah ia melambaikan tangannya kepada Marsya, ia pun melajukan motornya.
"haahhhh waktu terasa berjalan dengan sangat lambat untuk hari ini" gumam Marsya melangkahkan kaki nya pelan, ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi A'Rian, karena A'Rian cukup sering bergadang, jadi Marsya memutuskan menghubunginya saja untuk meminta di buka kan pintu, daripada ia harus menunggu.
tuttt tuuutt tuuuttt
"hallo, kenapa sya?" ucap Rian
"hallo, a maaf tolong bukain pintu, Marsya gak jadi nginap dirumah Riana" ucap Marsya
"okeyyyy"
sambungan telepon pun terputus.
'haahhhh, semoga ajaa gak kecium bau alkohol dari mulut sama badan gua' batin Marsya, ia berdiri di depan pintu rumah menunggu untuk di buka kan kunci oleh A'Rian.
Cklekkk kriieettt
"Astagfirullahaladzimm" ucap A'Rian sedikit terkejut dan meninggikan suaranya ketika ia membuka pintu rumah dan mendapati Marsya yang sedang berdiri mematung, dengan wajah babak belur dan banyak luka, juga terdapat perban di pelipisnya.
"stttt jangan berisik a, nanti pada bangun", ucap Marsya berbisik.
"itu muka kamu kenapa banyak luka?" ucapnya menyuruh Marsya masuk.
"biasa anak muda, hehe" ucap Marsya menggaruk tengkuknya.
"berantem?" ucap A'Rian lagi.
"iyaa, yaudah Marsya langsung tidur yaaaa a" ucap Marsya, ia ingin cepat-cepat beristirahat.
"yaudah sana" A'Rian pun kembali memasuki kamarnya. Marsya mengendap memasuki kamar Wa Eli, dia tidak ingin menimbulkan suara yang menyebabkan Kakak dari ibunya itu terbangun dari tidurnya, untung saja wa Eli terbiasa tidur dengan lampu yang padam. Marsya merebahkan tubuhnya di kasur bagian ujung dekat dengan tembok, karena tubuhnya sangat lelah, alhasil dia tertidur begitu cepat.
*****
Pagi telah datang, tetapi Marsya tak terusik dari tidurnya, ia tertidur sangat lelap, hingga suara getaran ponsel yang terus-menerus membangunkannya.
Drrtttt drrttt drrttt
Marsya meraih ponselnya yang dari tadi bergetar dan tak kunjung berhenti, ia menjawab telepon tanpa melihat siapa yang menghubunginya.
"mmm" gumam Marsya masih dengan matanya yang terpejam
"Hallo Sya, maaf semalam aku mau hubungin kamu tapi ponsel aku kehabisan daya, jadi aku pulang, kamu nginap di rumah Riana kan?" terdengar suara Rayhan yang seperti sedang merasa bersalah di sebrang sana.
"ah gapapa Ray, aku udah dirumah kok" ucap Marsya dengan suara khas bangun tidurnya.
"kamu kerja hari ini?" ucap Rayhan
"gak, aku libur, aku mau tidur seharian, udah dulu ya, byee Rayhan" ucap Marsya memutuskan panggilan teleponnya secara sepihak, ia merasa kesal sekali pada pacarnya itu, entah apa yang terjadi jika saja ia tidak di tolong oleh Elios.
Marsya melihat jam di ponselnya dan ternyata sudah cukup siang, ada pula pesan masuk dari Elios, dan teman-temannya, tetapi Marsya tak menghiraukannya, dan melanjutkan tidurnya yang terganggu.
20 menit berlalu, Marsya tak kunjung bisa memejamkan matanya, ia tak bisa melanjutkan tidurnya, ia merasa tubuhnya sangat remuk, apalagi di bagian yang terdapat luka, terasa nyeri, dan perih.
'ughhhh berasa remuk badan gua, astaga' gumam Marsya sambil menggeliatkan tubuhnya, akhirnya ia bangkit dari pembaringannya, ia meraih pakaian ganti, dan membawa pakaian kotor menuju kamar mandi, ia memutuskan untuk membersihkan tubuhnya agar terasa lebih segar dan untuk menghilangkan aroma alkohol dari tubuhnya, dan setelah membersihkan tubuhnya, ia akan mencuci pakaian.
Setelah selesai membersihkan tubuh, mencuci pakaian, serta menjemur pakaiannya, Marsya melangkahkan kakinya menuju paviliun, ia merasa perutnya keroncongan, dan perlu makan.
"astagfirullahaladzim" ucap Wa Eli, dan Wa Lilis berbarengan saat Marsya memasuki paviliun, Marsya memang melepas perbannya ketika ia mandi, jadi wajahnya terlihat jelas sekali memiliki beberapa memar, bengkak, dan beberapa luka, untungnya ia memakai sweater panjang dan menggerai rambut panjangnya, sehingga memar di tubuh dan lehernya tidak terlihat.
"kamu teh kenapa Marsya? Kok mukanya bonyok gitu?" ucap Wa Lilis.
"biasa wa, anak muda" ucap Marsya mendudukkan dirinya di kursi dekat jendela paviliun, ia berkata begitu karena ia tidak ingin menjelaskan apa yang terjadi padanya.
"berantem kamu teh?" ucap Wa Eli.
"iya, eummm waaa Marsya laperr" ucap Marsya berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
"yaudah makan atuh sana, udah siang ini teh" ucap Wa Eli menyuruh Marsya untuk makan, Marsya pun mengambil nasi dan lauk pauk, lalu ia memilih untuk makan di ruang tamu, ia ingin menghindari Wa Eli, dan Wa Lilis yang sudah pasti akan banyak bertanya.
'baru liat muka udah heboh, apalagi mereka liat memar di leher, tangan, sama di badan gua? Hahh' monolog Marsya di sela suapannya.
"permisiii"
Marsya melangkahkan kakinya menuju ke luar rumah untuk melihat siapa yang bertamu.
"ah ini saya mau antar pesanan untuk mbak Marsya" ucapnya.
"pesanan? Saya gak pesan apa-apa kok mas" ucap Marsya mengernyitkan dahinya.
"ini pesanannya atas nama Elios dan dikirim ke alamat ini dengan nama penerima mbak Marsya" ucapnya lagi
"ohhh, sudah di bayar mas?" ucap Marsya menerima kantong kresek berwarna putih dengan ukuran sedang.
"sudah mbak, tinggal terima aja, permisi mbak" ucapnya lalu berlalu meninggalkan Marsya.
Marsya mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu dan melihat kantong kresek tersebut, ternyata isinya ice cream float rasa strawberry, serta beberapa camilan, ada juga kartu ucapan.
jangan lupa minum obat, semoga lukamu cepat pulih, dan mari kita bertemu lagi di lain waktu.
Elios
Marsya tersenyum membaca kartu ucapan dari pemuda yang baru di temuinya itu, ia merasa senang dan sangat bersyukur telah bertemu dengan orang baik yang sudah menolongnya, Marsya pun melanjutkan makan siangnya, meskipun sesekali ia akan meringis merasakan perih dari bibirnya yang sobek akibat tamparan dan pukulan dari Yosi.
jika berkenan mampir juga dikarya baruku trimakasih😊