Maya memiliki 3 orang anak saat dirinya diusir oleh suaminya karena pengaruh dari keluarganya, dia berjuang untuk membesarkan ketiga anaknya yang masih kecil hingga tumbuh menjadi anak-anak yang hebat dan berprestasi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebingungan Keluarga Rasya
Setelah menunggu beberapa jam operasi yang dijalani Rasya dan Salwa akhirnya selesai, mereka menatap Salsa yang keluar dari ruang operasi dengan raut bahagia karena berhasil menyelamatkan sang adik.
"Bagaimana nak, apakah semuanya berjalan lancar?? ". Ucap Maya menghampiri sang anak begitu juga dengan Sonya dan Rara.
"Alhamdulillah bunda, semuanya lancar dan kita akan melihat perkembangan adek nanti".
"Terus bagaimana keadaan ayahmu?? ". Tanya Nya dengan pelan.
"Dia baik-baik saja, dan jangan katakan lagi jika dia ayahku, aku tidak suka". Ucapnya dengan perlahan.
Dia menatap bundanya meminta pengertian, dia tak mau menganggap ayahnya apalagi berurusan dengan keluarga Erlangga yang gila itu.
"Baiklah nak, bunda tidak akan mengatakannya lagi". Maya mengalah karena dia tahu sedalam apa luka sang anak atas perlakuan mereka.
" Terima kasih bunda, maafkan aku". Ucapnya menunduk karena merasa bersalah pada sang ibu.
"Tidak apa nak, bunda mengerti, kamu istirahatlah, kamu pasti capek". Maya memeluk dan mengelus belakang sang anak untuk menenangkan.
"Terima kasih bunda, Aku akan keruangan ku dulu, bunda dan kalian ikutlah masuk keruangan ku untuk beristirahat". Ajaknya kepada ibu dan adik nya itu.
Mereka semua mengangguk dan mengikuti sang Salsa masuk kedalam ruangan. Ramah sakit ini adalah rumah sakit milik mereka, dan Salsa sebagai pimpinan perusahaan.
"Kita istirahat saja di kamar, kalian mau pesan apa, aku akan memesankan makanan untuk kalian".
"Apa saja nak, yang penting ada yang bisa mengganjal perut kita".
"Baiklah bunda, aku pesan dulu, kalian berdua bagaimana??
"Ikut kamu saja". Rara mengelus pundak sang kakak.
"oke, tunggu yah".
Mereka semua masuk kedalam kamar untuk beristirahat termasuk dengan Salsa. Sambil menunggu pesanan mereka datang.
Sedangkan di lain tempat dirumah besar kediaman Erlangga, ibu dan anak sedang melampiaskan emosi dan kekesalannya akibat ulah Maya dan juga Marsya.
"Aku tidak menyangka si miskin itu sekarang sudah kaya dan bahkan lebih dari kita".
"Apa maksud kak Rania, si miskin siapa yang kakak maksud, aku tidak mengerti??
"kalian tidak lupa kan dengan Maya, perempuan miskin yang di nikahi Rasya itu kini sangat kaya dan bisa menyaingi kita dan dia tengah berusaha menghancurkan perusahan kita". Ucap Rania dengan sangat kesal.
"Bagaimana mungkin itu bisa terjadi kak??
"Entahlah, apalagi ketiga anaknya itu kini menajdi anak-anak yang hebat katanya".
"Hebat seperti apa??
"Si Salsa sudah menjadi dokter dan spesialis bedah, dan yang di bawahnya di Sonya akan masuk universitas luar negeri dengan beasiswa full sampai S2 Dan si bungsu itu kini akan masuk SMP".
"Loh bukannya anaknya itu baru berusia 17 tahun kalau tidak salah jika dihitung sekarang ini??
"Itulah yang aku bilang, usia segitu sudah bisa menjadi dokter spesialis".
"Hebat sekali anak itu, program dokter itu bukan waktu mudah karena selain uang, waktu kuliah saja itu sudah memakan waktu yang cukup lama".
"Tapi tetap saja, kita harus bisa melakukan sesuatu sebelum Maya berhasil menghancurkan perusahaan". Bu Riska memilih pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut
"Itu benar, kita tidak akan bisa menikmati hasil lagi jika perusahaan dalam masalah seperti ini". Kini Rania duduk di sofa keadaan lesu.
Dia tidak bisa membayangkan jika perusahaan bermasalah, bagaimana hidup mereka, apalagi selama ini dia tidak pernah bekerja.
"Terus bagaimana dengan kartu kredit yang diberikan Marsya kepada kita, apa sudah tidak bisa kita pakai?? Rama bertanya dengan wajah masam
"Marsya sudah tidak mampu memberikan kita uang dan bantuan dana lagi, katanya kita sudah tidak akan bisa kembali memerasnya seperti dulu, mengingat bagaimana perlakuan kita pada anak-anak nya dan juga dirinya". Rania juga memilih pelipisnya karena pusing menderahnya.
Mereka semua tertunduk lesu memikirkan bagaimana mereka bisa hidup seperti biasa jika semua yang menjadi sumber uang mereka bermasalah.
"Bagaimana kalau kita bekerja di perusahaan saja, seperti nya itu ide yang bagus". Rama memberikan usul kepada mereka.
"Boleh juga, aku akan memberitahukan Rasya tentang hal ini".
"Ngomong-ngomong Rasya kemana, kok tidak kelihatan?? Tanya Rama mengedarkan pandangannya mencari Rasya.
"Dia ada dirumah sakit sedang menjalani penyerahan sunsun tulang belakang untuk anak si Maya yang bungsu itu". Sungut Bu Riska dengan kesal.
"Kok bisa seperti itu?? Tanya Rama penasaran.
"Iya dia menderita seperti itu karena waktu itu kita mengusir mereka dalam keadaan hujan dan anak itu masih sangat kecil". Rania berucap enteng tanpa adanya rasa bersalah.
"Biarin aja, hidup pun mereka tidak berguna untuk kita, Rasya aja yang bodoh mau memberikan sumsum tulang belakangnya pada anak itu padahal tidak ada gunanya sama sekali".
Sedangkan di kediaman Rumah Marsya, anak dan ibu itu tengah berbincang serius.
"Keluarga daddy sangat jahat pada keluarga kak Salwa". Laura memulai pembicaraan dengan sang ibu.
"Kamu benar nak, kasihan mereka, pantas saja mereka begitu membenci daddy kalian beserta keluarganya".
" Benar mommy, aku tak menyangka jika daddy bisa melakukan hal tidak manusiawi seperti itu pada anak dan istrinya sendiri". Laura menggelengkan kepalanya tanda dia masih belum mempercayai nya.
"Mungkin Daddy dihasut oleh nenek dan tante Rania, mommy dan kakak tahu sendiri, bagaimana daddy juga mengabaikan kita karena hasutan mereka". Kini Luna mulai angkat suara.
"Adik mau benar nak, daddy mu tidak sepenuhnya salah, karena daddy mu seperti itu hanya karena dia terlalu menyayangi keluarganya tanpa mau mendengar dan membuktikan sendiri apa yang dia yakini". Marsya memberi nasehat kepada sang anak agar tidak membenci ayahnya sendiri apalagi mereka mendengar sendiri bagaimana perkataan anak-anak Maya tadi.
"Aku berharap seperti itu Mommy, aku tidak mau daddy memperlakukan kita seperti mereka memperlakukan keluarga kak Salwa tadi, aku tidak bisa membayangkan betapa menderitanya mereka selama ini".
"Iya sayang, daddy susah menyesal dan berusaha memperbaikinya, kamu lihat sendiri daddy kan tadi, dia bersedia menyumbangkan sel sumsum tulang belakangnya untuk Salwa dan mommy yakin dia juga sedang berusaha menjadi orang yang lebih baik, kita harus memberi daddy kalian kesempatan".
"Aku berharap Daddy tidka kembali seperti dulu".
"Kita doakan daddy yah nak, kalian belajar memaafkan daddy karena biar bagaimanapun daddy adalah ayah kalian".
Laura menundukkan kepalanya mengenang bagaimana dirinya dan adiknya selama ini dan ternyata, ada anak daddy nya yang lain yang jauh lebih menderita dari mereka dan dia sangat berharapa Salwa bisa menerima dirinya sebagai saudara walau sang kakak sangat membenci daddynya.
"Apa yang kamu pikirkan nak?? Tanyansang mommy begitu melihat anaknya termenung sendirian.
"Aku hanya memikirkan bagaimana keadaan kak Salwa, dia tengah di operasi, aku hanya ingin dekat dengannya tapi dia sangat membenci daddy dan keluarga kita".
"Tidak apa nak, pelan-pelan saja, kamu dekati dia kan biar bagaimanapun kalian bersaudara". Hibur Marsya.
mf ya, tp typo mu byk banget.