NovelToon NovelToon
TABUR PASIR

TABUR PASIR

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Iblis / Keluarga / Kutukan / Hantu / Tumbal
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Siswondo07

[TAMAT] Tiba-tiba 7 orang dari keluarga Handoko meninggal dunia selang dua hari sekali. Ketuju itu semua laki-laki dan dimakamkan berjejer dimakam keluarga.

Dewi salah satu anak perempuan dikeluarga Handoko, sangat teramat penasaran dengan kejadian ini. Semua keluarganya diam seribu bahasa, seolah-olah semua ini takdir Tuhan. Disitulah awal Dewi akan mencari tahu masalah demi masalah dikeluarga ini.

Ikuti terus kisahnya di Noveltoon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siswondo07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Detik Pertemuan Benang Merah

Dewi mengikutinya sampai ditempat Komplek Muara Air. Mobil taxi itu berhenti depan Gapura. Dewi berhenti sekitar 200 meter dari gapura, melihat Ucok dan Pria itu keluar dari taxi dan masuk ke dalam komplek. Dewi keluar dari mobilnya dan mengikuti untuk masuk juga.

Ketika Dewi sudah masuk ke dalam komplek, ia berdiri tegak dan matanya melihat nanar kawasan padat penduduk sudah rata dengan abu, ia merasa sangat bersalah akibat ulah Ayahnya. Dewi menghembuskan nafas beberapa kali agar hatinya tidak merasa sakit dan malu. Saat itulah sesosok Jaya mendekatinya.

Jaya lalu bertanya "Maaf Mbak, ada kepentingan apa datang kesini." Tanya Jaya dengan nada yang sopan.

"Perkenalkan nama saya Dewi, Saya anak perempuan dari Bapak Handoko." Jawab Dewi dengan nada yang lembut. Sorot matanya memancarkan rasa bersalah.

Seketika wajah Jaya berubah, agaknya kalo mendengar nama Handoko begitu mengesalkan.

"Saya tidak seperti Ayah saya. Saya kesini hanya mau minta maaf atas kejahatan yang dilakukan Ayah semasa hidupnya. Saya janji akan memperbaiki semua ini." Ucap Dewi lalu dibarengi dengan nada yang menangis.

Jaya seketika tak enak hati, lekas berkata "Saya sudah maafkan Mbak, tapi tidak enak jika nangis disini. Mari ikut saya." Ajak Jaya pada Dewi untuk mengikutinya.

Dewi menghentikan tangisannya dan mengikuti Jaya dari belakang.

-

Sementara Ucok dan Pak Giono sudah duduk diruang tamu rumah Warga, sudah bertemu dengan Rohman dan Pak RT. Mereka mengobrol sambil menunggu kedatangan Jaya.

Saat Jaya sampai diruang tamu dan membawa Dewi, seketika semua kaget melihat Dewi.

Dewi yang berdiri dan melihat Soni/Rohman kaget. Selama ini Soni menghilang ternyata berada disini.

Saat itulah Jaya dan Dewi ikut duduk bersama. Ada suatu misteri yang akan dibuka bersama.

Pak Giono lalu membuka percakapan untuk memulai bercerita tentang kebenaran yang dilakukan keluarga Handoko.

"Maaf jika nantinya Dewi dari anak Pak Handoko kaget dengan semua yang saya ceritakan ini."

12 tahun yang lalu_

"Saya dilibatkan untuk menemui tujuh laki-laki dikeluarga Handoko yang semua adalah pengusaha. Dalam sebuah ruangan pertemuan itu, keenam saudara Handoko sukses semua dalam segala bidang, sementara Handoko belum juga menemukan titik kesuksesan, disitulah tawaran dari saudaranya datang untuk membantu bergabung dalam sebuah sekte.

Saya yang berada dipojokan para pelayan berusaha mendengarkan percakapan itu, dalam percakapan seperti ini "Handoko, masih ada satu slot buat kamu masuk untuk sukses dan kaya raya. Jika kau mau akan aku kasih alamat orang sakti ini." Tanpa basa-basi dan berfikir panjang Handoko menyetujui tawaran itu. Lekas diterimanya sepucuk kertas bertuliskan alamat orang sakti itu disebuah kampung yang jauh dari kota.

Handoko yang biasa berkonsultasi dengan Bulek Darini soal pesugihan, namun untuk bertemu dukun ini tidak ada konsultasi, yang ada nanti akan dapat wejangan panjang yang bikin malas didengar.

Waktu itu dipagi hari, saya diminta untuk mengantarkan beliau, didalam mobil sepanjang perjalanan saya berusaha untuk komunikasi dengan mempertanyakan apakah yakin dengan keputusan ini karena suatu hari pasti ada penyelesalan. Namun Pak Handoko menjawab sudah yakin dan membentak saya agar tidak ikut campur soal ini.

Saya pun memutuskan untuk diam. Dalam perjalanan itu melewati jalan tol, membelah hutan karet, melewati jalanan bukit.

Sampailah disebuah desa dan dirumah Dukun itu. Saya dan Pak Handoko keluar dari mobil, kita disambut begitu ramah karena si dukun itu sudah tahu maksud dan tujuan karena sudah dihubungi adik Handoko.

Dimulailah banyak ritual seharian, dari mandi kembang tujuh rupa, makan dedaunan yang sudah disediakan oleh sang dukun, membaca banyak mantra lalu mandi disungai malam hari yang begitu dingin.

Dua hari telah berlalu, akhirnya ritual itu berjalan dengan lancar dan dinyatakan perjanjian sudah berhasil.

Malam itu langsung dikabulkan Pak Handoko diberi kabar oleh asistennya bahwa ada proyek yang ingin bekerjasama dari Perusahaan ternama dinegeri ini, esok pagi harus bertemu dan rapat penting. Handoko meminta Saya untuk segera pulang ke kota. Dalam perjalanan pulang, suasana jalanan yang sepi dan jalanan yang kita lewati terkenal dengan begal. Saat saya sadar dari belakang ada sebuah motor yang berusaha menghadang mobil, saya mempercepat laju mobil. Namun naas motor itu malah jatuh entah kemana. Saat itulah Pak Handoko menyuruh saya putar balik mobil ke arah area kecelakaan motor itu.

Saat itu Pak Handoko bilang melihat orang dipinggir jalan ketabrak oleh Motor begal itu.

Ketika sudah sampai, mobil berhenti dipinggir jalan, Saya dan Pak Handoko membawa senter dan menghidupkan cahaya untuk mencari anak yang tertabrak.

Saya waktu itu juga melihat kedua begal pria itu sudah meninggal ditempat dipinggir jalan dalam keadaan tubuh dan kepala hancur.

Pak Handoko memanggil saya, lalu berkata sudah menemukan anak laki-laki yang tak sadarkan diri. Ia menyuruh saya membawa anak itu kemobil dan membawa ikut ke kota.

Anak laki-laki itu adalah kamu Soni. Saya  tahu nama asli kamu dari KTP atas nama Rohman. Kamu lupa ingatan." Pak Giono menatap tajam mata Rohman. Lalu melanjutkan ceritanya.

"Saat sampai dikota, saya disuruh Pak Handoko untuk membawa Soni ke rumah sakit dan dirawat selama berhari-hari lamanya, saya disuruh Pak Handoko memberikan identitas nama Soni dan menjadikannya sebagai asisten pribadi kesehatan.

Lalu beberapa bulan kemudian saya merasa sudah selesai urusan saya dengan keluarga Handoko. Saya memutuskan untuk tidak berkerja lagi sebagai sopir pribadi. Itu saja yang saya tahu mengenai perjanjian keluarga Handoko." Ungkapan panjang lebar itu membuat pendengarnya menghela nafas panjang dan setiap misteri telah dibuka.

"Pak itu terjadinya dikampung saya KAMPUNG SUGATRA." Ucap Jaya.

"Benar Nak." Jawab Pak Giono.

Semua diruangan itu kini sudah mengetahui semua akar masalah atas kematian tujuh laki-laki dari saudara Handoko. Dewi yang mendengar hal itu merasa lega.

Dewi lalu bertanya pada Pak Giono. "Lalu apa solusi bagi keluarga saya Pak. Saya tidak mau melanjutkan perjanjian ini." Tatap tajam Dewi ke mata Pak Giono.

"Bukan Ranah saya Nak. Jika kau ingin tahu lebihnya. Silakan bisa mendatangi alamat ini." Jawab Pak Giono, lalu memberikan secarik kertas lusuh berisikan alamat rumah dukun ke meja.

Dewi lalu mengambilnya. Saat itu bingung harus dengan siapa Dewi berangkat ke alamat itu, seketika matanya menatap lekat wajah Jaya dan Rohman.

"Saya akan pulang kerumah untuk menemui orang tua kami." Ucap Jaya, matanya menatap lekat Dewi.

Dewi tersenyum kecil, tanda terima kasih karena sudah memberikan harapan baik padanya.

"Besok kita akan berangkat." Ungkap Rohman.

Dewi dan Jaya setuju untuk berangkat bersama besok.

*

1
Ree Prasetya
cakep
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!