Suami Akhiratku

Ruchan menenangkan Leah. Yang namanya takdir memang tidak bisa di salahakan kepada siapa-siapa, bagaimanapun juga Leah sedang bersedih mendengar Papa nya masuk ICU.

"Sstt, sudah ya jangan nangis terus, Mas janji akan nemenin Adek sampai keadaan membaik, " Kata Ruchan.

"Tapi bagaimana dengan Tausiyah kamu Mas?" Tanya Leah.

"Kan ada sahabat-sahabat Mas Dek, mereka yang akan menanganinya. Udah ya nangisnya, jangan lagi merasa bersalah seperti itu dong, ayuk udah siap kan, nanti terlambat." Ucap Ruchan.

Leah dan Ruchan berpamitan kepada Kyai dan Umi Desi, serta Ikhsan dan istrinya. 1 jam kemudian, Leah dan Ruchan sampai di Jakarta, Leah dan Ruchan langsung menuju rumah sakit. Sesampainya disana, Ibu Tiri beserta Saudara Tirinya sudah berada di sana. Namun Leah tak melihat Kakaknya.

"Assallamualaikum.." salam Leah dan Ruchan.

" Waallaikum sallam," jawab Soraya.

"Tante, bagaimana keadaan Papa, apa yang menyababkan penyakit lamanya kambuh? "Tanya Leah sambil menangis.

"Mama tidak tau Leah, saat Mama mau bicara tentang pernikahan Glenca dan Viko, Papa mu tiba- tiba marah, dan jantungnya kumat huhuhu," Kata Soraya menangis.

"Apa!! Pernikahan Glenca dengan Viko? Tante, Tante bisa berfikir nggak sih, Viko itu mantan kekasih Leah, Papa tau sifat asli Viko, dan..... eghh kalau kayak gini bagaimana coba hah!" Amarah Leah memuncak.

"Dan lo, lo mikir dikit dong, jadi cewek tu jangan *****-***** banget ngapa? Viko tu cowok bgsd !!! " Kata Leah sambil menunjuk ke Glenca dan mendorongnya dengan pelan.

Ruchan menenangkan istrinya, dan mengingatkan kalau saat ini mereka semua sedang berada di rumah sakit, dan Papa nya sedang terbaring sakit.

Setelah kegaduhan mereka reda, Sandy pun datang dengan nafas yang ter engah engah. Leah langsung memeluk Sandy, Leah ingat betul dengan apa yang terjadi dulu, dan bagaimana pesan Dokter, sekali saja penyakitnya kumat, nyawa Arman bisa saja tidak tertolong.

"Udah yaa, Papa kita pasti akan baik-baik saja, Ruchan bawa istrimu duduk dulu ya, " Kata Sandy menenangkan Leah.

"Tapi Dokter dulu pernah bilang........" Kata Leah sambil menangis.

"Naudzubillah, semua hanya Allah yang menentukan Dek, semoga saja Papa tidak kenapa-napa ya, ayo duduk "Ajak Ruchan.

Tak lama itu, Dokter pun keluar dari ICU.

"A Doktet, bagaimana keadaan suami saya, "Tanya Soraya.

Dokter itu diam sejenak dan menghela nafas panjang.

"Innalillahi wainnaillahi roji'un.. Maaf bu, Pak Arman sudah di panggil sama yang Maha Kuasa." Kata Dokter.

Tangis semuanya pun pecah, terlebih lagi dengan Leah. Ia tidak menyangka Papa nya pergi secepat itu, bahkan tidak menunggu sampai Leah memberikan cucu.

"Innalillahi wainnaillahi roji'un... " Ucap Ruchan.

"Enggak, Papa nggak boleh pergi, Mas Papa nggak boleh pergi, ini semua pasti kalian sengaja melakukanya kan? Agar kalian bisa kuasain harta Papa, jahat! Jahat banget kalian, kalian sudah mengambil kasih sayang papaku, mengambilnya dariku, dan sekarang kau jauhkan aku dengan Papa dengan cara seperti ini hah!" Leah menangis sejadi- jadinya.

Saking tidak kuatnya menerima kenyataan bahwa Papa nya meninggal, Leah pun pinsan. Ruchan membawanya ke IGD, sedangkan Sandy mengurus jenazah Papa nya. Sesampainya di rumah, Leah tak henti-hentinya menangis.

"Dek, jangan gini dong, Adek harus berusaha ikhlas, kasihan Papa jika kamu tangisin terus. Tangisan Adek ini akan memberatkan arwah Papa loh." Ruchan mencoba menenagkan Leah.

Sandy pun tidak menyangka kepergian Papa nya akan secepat ini, bahkan Sandy memliliki keinginan untuk mulai dekat dengan Papa nya lagi. Namun, apa daya, kematian tidak tahu kapan, di mana, berapa usianya, bahkan laki-laki atau perempuan.

Tak terasa air mata Sandy pun menetes, dia teringat dimana dulu waktu kecil, Sandy selalu di manja oleh Papa nya, dimana Sandy selalu di nomor satukan.Entah sejak kapan Sandy membenci Papa nya itu, yang jelas, ketika istri dan anak-anak barunya yang membuat Sandy mulai menjauh dengan Papa nya.