My Boss, Hot And Cool

Bug! Bug!

Kembali pak Parjo di pukul karena dia tidak terima di pukul begitu saja oleh laki-laki yang baru datang itu. Tapi justru dia melawan malah dirinya yang beberapa kali kena pukul.

"Siapa kamu?! Berani sekali memukuliku!" ucap pal Parjo dengan lantang memegangi pipinya.

"Jangan memukuli anak kecil! Pecundang." ucap laki-laki itu dengan menatap tajam pada pak Parjo.

Nino pun menghindar, dia melihat kakaknya Riana sedang mencoba berontak dan melawan dua anak buah pak Parjo. Nino mencoba membantu kakaknya keluar dari dalam mobil.

"Lepas kak Riana!"

Brak! Brak! Brak!

Nino menggedor pintu mobil dengan batu bata yang dia ambil dari pinggir jalan. Mobil pak Parjo pun bodynya penyok karena di pukul dengan batu bata oleh Nino. Sedangkan Riana menggigit lengan satu anak buah pak Parjo dan menendang salah satunya hingga mereka kesakitan.

"Aaargh! Sialan!" teriak anak buah pak Parjo yang di gigit oleh Riana.

Nino memukul kaca jendela mobil agar Riana bisa keluar meski melalui kaca jendela.

"Kakak! Cepat keluar!" teriak Nino.

Riana pun menjulurkan tubuhnya, dan berusaha membuka kunci mobil. Tapi kaki Riana di tahan oleh anak buah pak Parjo. Sedangkan laki-laki yang tadi memukul pak Parjo kaget, ternyata yang di dalam mobil itu adalah Riana.

Dia mencoba untuk membantu Riana keluar dari mobil. Tapi pak Parjo pun menyerang laki-laki itu dengan memukul bagian punggungnya, laki-laki itu pun tersungkur ke depan. Namun dia berbalik dan mencoba kembali membalas serangan pak Parjo dengan ilmu bela diri yang dia bisa.

Bug! Bug! Bug!

Bug! Bug! Bug!

"Aargh! Sialan! Siapa kamu hah? Bukan orang kampung sini jangan ikut campur urusanku!" ucap pak Parjo.

"Kamu menyekap pacarku! Berani sekali kamu menganiaya mereka!" ucap laki-laki itu.

Dia harus melumpuhkan pak Parjo agar bisa menyelamatkan Riana yang sedang di jegal oleh kedua anak buah pak Parjo. Beberapa kali pak Parjo di serang dan dia akhirnya lumpuh dan tersungkur. Kini laki-laki itu mendekat ke mobil dan memukul-mukul jendela kaca mobil.

Kemudian dia menarik baju salah satu anak buah pak Parjo dan memukulnya beberapa kali. Riana pun terlepas, dia berusaha membuka kunci mobil dan keluar dengan cepat. Nino pun menarik kakaknya.

"Kak, ayo kita pulang." kata Nino.

"Sebentar, itu bos kakak yang tadi menolong." kata Riana.

Dia melihat bosnya datang sejak tadi melawan pak Parjo. Ya, Ethan datang membantu Nino di pukuli oleh pak Parjo. Melihat anak remaja itu melawan laki-laki tua tidak seimbang bahkan di pukuli secara bertubi-tubi, dia pun keluar dari mobilnya.

Niatnya memang mau datang ke rumah Riana, menanyakan berkas yang belum dia temukan untuk di selesaikan hari senin. Tapi Riana tidak menjawab teleponnya sejak semalam. Sudah beberapa kali dia menelepon Riana, tapi tidak pernah di angkat.

Dia pun kesal, dan akhirnya menyusul ke kampung Riana dengan melihat data pribadi Riana pada data karyawan. Kemudian dia pun menyusul ke kampung Riana. Di jalan justru dia melihat penganiayaan seorang anak remaja dari laki-laki tua.

Tak di sangka, justru Riana di dalam mobil itu sedang di sekap. Dan pak Parjo yang membawanya pergi dari rumah Riana. Nino membelanya.

Bug! Bug!

"Jangan pernah menyakiti perempuan!" ucap Ethan pada dua anak buah yang sudah dia pukul dan kalah.

Anak buah pak Parjo itu pun lari terbirit-birit karena takut Ethan memukulinya lagi. Sedangkan pak Parjo masih tersungkur di tanah. Riana dan Nino mendekat pada Ethan yang masih terlihat kesal melihat Riana di sekap di mobil.

"Pak Ethan, terima kasih." kata Riana memegangi lengannya yang lecet karena tadi di cekal.

"Kenapa bisa mereka membawamu pergi Riana?" tanya Ethan memandangi seluruh tubuh Riana.

"Panjang ceritanya pak. Bapak datang kemari mau apa?" tanya Riana heran sekaligus takjub dengan perlawanan Ethan tadi.

"Huh, tadinya aku mau tanya sama kamu tentang satu berkas. Aku cari-cari tidak ada di ruanganku, di meja kerjamu tidak ada juga. Aku telepon kamu sejak semalam tidak di angkat, jadi aku datang ke kampungmu." kata Ethan.

Riana pun tersenyum, dia lupa memberitahu kalau satu berkas ada di file laptop yang ada di laci meja kerjanya.

"Maaf pak, berkas itu masih ada dalam fileku di laptop. Aku lupa memberitahu pada anda, pak." kata Riana.

Ethan memejamkan matanya. Kekesalannya kini buyar karena melihat Riana begitu kacau penampilannya. Nino pun mendekat pada kakaknya.

"Kak, ayo kita pulang." kata Nino yang juga sama hal dia memar di pipi juga lengannya di pukul pak Parjo.

"Oh ya, dia siapa sampai menganiaya adikmu itu?" tanya Ethan menunjuk pak Parjo yang masih pingsan di tanah.

"Dia dukun cabul di kampung ini. Dia mau membawaku ke rumahnya." kata Riana.

"Mau apa membawamu ke rumahnya?" tanya Ethan.

"Panjang pak ceritanya. Oh ya, bapak ke rumah saja ya. Nanti kalau penasaran, aku ceritakan semuanya. Aku juga butuh bantuan pak Ethan untuk melaporkan dukun cabul itu." kata Riana.

"Dukun cabul?"

"Iya."

Riana pun mengajak Nino pergi dari tempat itu, tapi Riana di tarik oleh Ethan agar naik ke dalam mobilnya saja. Membiarkan Nino pergi sendiri naik motor.

"Naiklah, bajumu lusuh. Nanti di kira kamu di perkosa lagi." kata Ethan.

"Ck, memang aku mau di perkosa sama dukun cabul itu." kata Riana.

"Apa?"

"Iya, dia datang ke rumahku dan memaksaku pergi. Anak buahnya membawaku ke dalam mobilnya. Semuanya gara-gara ibu sih, tapi ibu sudah sadar. Pak Parjo malah datang sendiri ke rumah dan membawaku pergi." kata Riana.

Ethan masih tidak mengerti apa yang di bicarakan oleh Riana. Dia meminta pada Riana untuk menceritakan kenapa bisa laki-laki yang dia pukul itu membawanya pergi. Dan Riana pun menceritakan semua yang terjadi di kampungnya.

Membuat Ethan jadi terpaku, apa lagi Riana jadi tumbal ibunya yang meminta di doakan pada dukun cabul itu.

"Ngeri sekali ya, pantas jika dia di sebut dukun cabul. Apa warga kampung tidak ada yang melaporkan?" tanya Ethan.

"Tidak ada, mereka berpikir kalau meminta doa pada pak Parjo memang jalan terbaik, meski anak gadis yang mau di mintai doa itu harus melayani dukun cabul itu. Makanya aku menolak keras permintaan ibu itu, tapi justru dukun cabul itu yang datang ke rumah." kata Riana.

Mobil sampai di halaman rumah Riana. Tampak pintu rumah terbuka, ibunya panik ketika dia du beritahu kalau Riana di bawa oleh pak Parjo. Tak lama, bu Sarmi pun datang dengan tergopoh dan mendekat pada Riana.

"Riana kamu tidak apa-apa?" tanya ibunya.

"Ngga bu, tadi di jalan di tolong sama pak Ethan dan Nino. Kasihan Nino tadi di pukuli pak Parjo di jalan." kata Riana.

Bu Sarmi menatap Ethan, laki-laki tampan dan tinggi itu tersenyum pada ibu Riana. Dia menyalaminya dan mengenalkan diri padanya.

"Saya Ethan bu. Bos Riana di kantornya." kata Ethan.

"Oh, bos Riana?"

"Ya. Saya ada perlu dengan anak ibu." kata Ethan.

"Ya audah, masuk saja dulu. Nanti ibu buatkan teh untuk kalian. Riana, bawa masuk bosmu itu." kata bu Sarmi.

Riana pun mengajak Ethan masuk ke dalam rumah. Ethan pun menurut, dia mengikuti Riana dari belakang. Menatap rumah sederhana dan asri di halaman depannya itu, membuat nyaman yang datang ke rumah Riana.

_

_

**********************