Clarissa Tamara, seorang wanita cantik dari keluarga terpandang. Ayahnya seorang pengusaha mapan, dan dia merupakan anak pertama dari keluarga itu.
Tapi kasih sayang ayah dan ibunya hanya tertuju kepada adiknya seorang, bahkan saat adiknya merebut tunangannya ayah dan ibunya malah membiarkannya dan mendukung hubungan mereka.
Rasa marah dan kecewa membuat Clarissa tak peduli lagi dengan keluarga, dia berusaha mati-matian mendirikan perusahaan miliknya untuk membalas dendam atas apa yang di lakukan oleh keluarga.
Dan untuk mengobati rasa sendiri nya, tak sengaja dia bertemu dengan seorang pria gelandang berwajah tampan.
Tanpa tahu indentitas aslinya, Clarissa membawa pria itu ke rumahnya dan menjadikannya pria penghangat ranjangnya.
Tapi bagaimana jika Clarissa mengetahui identitas pria itu, apa yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AngelKiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 : Terungkap.
Clarissa berjalan dengan anggun, tak sedikit pasang mata melihat ke arahnya. Hari ini dia datang ke rumah sakit untuk menjenguk Nenek nya, karena pihak rumah sakit mengatakan jika Nenek nya itu sudah siuman.
"Nenek.." Panggil Clarissa.
Tapi tak ada respon, Neneknya di diagnosa mengalami stroke. Clarissa pun heran kenapa Neneknya bisa mengalami stroke.
"Nenek lapar?" Tanya Clarissa.
Tapi Neneknya hanya diam, Clarissa yang melihat bola mata sang Nenek langsung mengerutkan keningnya.
Mata Neneknya seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Ada apa Nek?" Tanya Clarissa.
Clarissa seperti orang bodoh yang bertanya kepada orang stroke yang pastinya tak akan bisa menjawab pertanyaan nya.
Kemudian Clarissa pun duduk di samping Neneknya itu.
"Nenek tenang saja, karena pelaku yang mencelakai Nenek sudah tertangkap." Ucap Clarissa.
Sebuah sorot mata bahagia pun terpancar di mata Nenek Dahlia.
"Tapi... Clarissa tak habis pikir, bagaimana Paman Salim yang begitu baik bisa mencelakai Nenek." Ucap Clarissa melanjutkan kata-katanya.
Nenek Dahlia yang mendengar hal itu pun langsung panik, seketika Clarissa langsung kaget saat melihat Neneknya seperti sedang marah dan tengah ingin mengatakan sesuatu.
Kemudian Clarissa mengeluarkan handphone milik nya, "Jika Nenek ingin mengatakan sesuatu, nenek bisa ketik di sini. Dengan jari Nenek. Nenek bisa kan?" Tanya Clarissa.
Nenek Dahlia pun dengan susah payah penggerak kan satu jarinya.
Hampir memakan waktu 15 menit sampai Nenek Dahlia menyelesaikan kata-katanya.
Clarissa yang membaca pesannya pun langsung terdiam, dia menatap tak percaya kepada Nenek nya itu.
Neneknya hanya bisa terdiam sambil menangis.
Clarissa tak menyangka jika ayahnya lah biang kerok dari semua kejadian itu, dan dengan mudah nya pria itu melemparkan kesalahan kepada Pamannya yang sama sekali tak bersalah.
"Kamu sudah datang Clarissa.." Terdengar suara orang yang sangat Clarissa kenal.
Amarah Clarissa seakan-akan memuncak saat itu juga, dia merasa sangat malu memiliki ayah seperti Pak Candra.
"Kenapa ayah begitu tega." Teriak Clarissa.
"Apa maksud mu?" Tanya Pak Candra. Bu Rani yang melihat Clarissa pun langsung terdiam kaku.
"Ayah mencelakai Nenek dan malah menyalahkan Paman, apa ayah sudah tak waras.."
"Jaga ucapan mu itu Clarissa, dia adalah ibu ku aku tak mungkin mencelakai nya." Bela nya.
"Ibu? Tapi Nenek sendiri yang mengatakan hal itu. Dia mengatakan jika kau lah yang telah mendorong nya dan bukan Paman Salim." Jelas Clarissa.
Pak Candra yang mendengar hal itu pun langsung kaget.
Kemudian dia langsung melihat ke arah wanita tua yang tengah berbaring itu.
"Seharusnya dari awal aku menghabisi wanita tua itu.." Pikir nya.
"Jaga ucapan mu itu Clarissa, dia itu ayahmu. Dan kau harus sopan kepada nya. Aku dan ayahmu sudah membesarkan mu menjadi seperti sekarang dan apa ini balasan yang telah kau berikan." Ucap Bu Rani.
"Membesarkan ku? Membesarkan ku sebagai apa? Anak atau pembantu?" Tanya Clarissa.
Clarissa yang kesal pun sudah tak ingin berdebat, dia langsung menelpon bodyguard nya dan menyuruhnya untuk menjaga Nenek Dahlia. Karena Clarissa tak ingin jika kedua orang itu kembali mencelakai Nenek nya itu.
Sementara dirinya akan pergi ke kantor polisi untuk mengatakan kebenaran dari kasus kecelakaan Neneknya.
"Mas, bagaimana ini? Kita akan masuk penjara." Ucap Rani khawatir.
"Kamu tenang aja, aku sudah memiliki satu ide." Jawab Pak Candra.
Clarissa berjalan menuju mobil miliknya, saat sedang berada di parkiran Clarissa langsung mengeluarkan handphone nya dia hendak menelpon kantor polisi.
Tapi tiba-tiba ada seorang pria tak di kenal menabrak nya dan membuat handphone milik nya terjatuh dan pecah.
Dan dengan tanpa rasa bersalah pria itu langsung pergi tanpa meminta maaf sedikit pun.
Clarissa hanya bisa menghela nafas panjang, mungkin dia harus langsung pergi ke kantor polisi dan menjelaskan semuanya secara langsung.
Tak ingin berlama-lama lagi, Clarissa langsung memasuki mobilnya dan dia dengan perlahan menjalankan mobil miliknya.
Perjalanan menuju kantor polisi cukup memakan waktu yang lama, tapi entah kenapa tiba-tiba perasaan Clarissa tak enak.
Saat dia tengah melajukan mobilnya, tak ada satu mobil pun yang di samping nya.
Dan di depannya ada sebuah pelang perbaikan jalan.
Clarissa dengan perlahan menghentikan mobil miliknya.
"Maaf Pak.. Apa jalannya tak bisa di lewat?" Tanya Clarissa kepada seorang pria yang di perkirakan tukang perbaikan jalan.
"Maaf Nona tak bisa, memangnya anda mau kemana?" Tanya nya.
"Saya mau ke kantor polisi A, apa tak ada jalan lain?" Tanya Clarissa.
"Ada, anda bisa memutar sedikit dan di sana jalan tikus. Nona bisa jalan lewat sana." Jelas nya.
"Baik, terimakasih." Jawab Clarissa.
Kemudian Clarissa segera memutar mobilnya dan berjalan mengikuti instruksi dari orang tersebut, orang yang memberitahukan jalan kepada Clarissa pun nampak tersenyum aneh.
Clarissa yang berada di dalam mobil merasa keheranan, jalanan yang dia lalui terasa sepi dan mencekam. Di samping nya hanya ada bangunan-bangunan kosong yang terbengkalai.
Meski hari masih siang, tapi suasananya terasa menakutkan kan.
"Apa jalannya memang benar lewat sini?" Gumam Clarissa.
Clarissa tetap melajukan mobilnya dengan kecepatan senang, dia tetap berusaha tenang. Karena sebentar lagi dia pasti akan sampai di kantor polisi.
Tapi saat sudah berada di ujung jalan, Clarissa langsung terdiam. Jalan yang dia lalui rupanya sebuah jalan buntu, dan saat hendak memutar balik.
Clarissa mengalami kesulitan karena jalanan nya yang sempit.
Clarissa yang berada di mobil pun langsung terdiam saat ada segerombol pria berada di belakang mobilnya.
Deg.. Deg.. Deg...
Jantung Clarissa berdetak dengan kencang, perasannya tiba-tiba menjadi tak enak.
"Hey.. Nona.." Ucap Seorang pria sambil mengetuk-ngetuk kaca mobil Clarissa.
Clarissa hanya diam sambil memegang erat kemudi mobilnya.
"Hey.. Nona. Keluar lah." Ucapnya lagi.
Di sisi kiri dan kanan mobil Clarissa terus di ketuk-ketuk oleh pria-pria tak di kenal itu.
Clarissa merasakan takut, keringatnya tiba-tiba bercucuran. Tubuhnya terasa panas dingin, ketakutan tengah melanda Clarissa saat ini.
"Hancurkan kaca mobilnya.." Perintah seseorang.
"Hancur?" Tanya pria yang berada di samping mobil Clarissa.
"Iya, lagi pula bos menyuruh kita membawa wanita hidup-hidup ke hotel B." Jelasnya sambil menghisap rokok miliknya.
Clarissa yang samar-samar mendengar percakapan tersebut pun langsung panik, tanpa basa-basi Clarissa langsung memundurkan mobilnya dengan kecepatan penuh.
Orang-orang yang berada di belakang mobil Clarissa pun segera menghindar, untuk saat ini Clarissa hanya bisa mengandalkan keberuntungan nya untuk bisa kabur dari tempat ini.
"Sial.. Kejar wanita itu.." Teriak pemimpin gerombolan tersebut.
Clarissa hanya bisa menggigit bibir bawahnya, dia sangat takut dan juga panik. Dan tanpa di duga, mobil bagian belakang miliknya menabrak sebuah bangunan.