NovelToon NovelToon
Temanku Ayah Sambungku

Temanku Ayah Sambungku

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Konflik etika / Cinta Terlarang / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Dendam Kesumat
Popularitas:453
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

"Kamu serius Jas? Kamu merestui mama pacaran sama Arjuna? Temen kamu?" tanya Cahaya tak percaya. Senyum lebar mengembang di bibirnya.


"Lo nggak bohong kan Jas? Lo beneran bolehin gue pacaran sama nyokap Lo kan?" tanya Arjuna. Meskipun merasa aneh, tapi dia juga cukup senang. Berharap jika Jasmine tidak mengecewakan mereka.

Jasmine melihat sorot kebahagiaan dari mamanya dan Arjuna. Hatinya terasa sesak, benci. Sulit baginya menerima kenyataan bahwa Mamanya bahagia bersama Arjuna.

*
*
*

Hmm, penasaran dengan kelanjutannya? baca sekarang, dijamin bakal suka deh:)))

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11. Angkvh dan Suka Mengatur

Arjuna tersentak, tak menyangka bosnya tiba-tiba melontarkan pertanyaan itu di depan semua orang, termasuk Jasmine. Wajahnya memerah, sedikit gugup.

"Hmm, saya pikirkan dulu, Bu. Maaf kalau harus membuat Ibu menunggu," jawab Arjuna, matanya sesaat bertemu dengan tatapan Cahaya sebelum ia buru-buru mengalihkan pandangan.

Cahaya tersenyum tipis melihat ekspresi Arjuna yang gugup, dia tetap menatap ke arah Arjuna. Jasmine dan bibinya melihat ekspresi wajah Cahaya. Keduanya mengerutkan kening dan memicingkan mata. 

"Ekspresi mama berubah. Apa yang mereka bicarakan? Kenapa Arjuna gugup gitu jawabnya?" gumamnya dalam hati. Ia sedikit penasaran dengan apa yang mamanya dan Arjuna bicarakan.

Cahaya kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Jasmine, senyumnya kini sirna, digantikan oleh ekspresi datar dan tatapan dingin. "Jadi gimana, Jas? Mau tinggal sama Mama? 

Kalau kamu tinggal sama Mama, hidup kamu bakal terjamin. Kamu akan kembali tinggal di rumah mewah, makan makanan enak terus, Mama juga pasti akan beliin kamu mobil. Gimana? Mau?" 

Cahaya seolah memamerkan kekayaannya, niatnya baik, ingin membuat Jasmine tercukupi kebutuhannya. Namun, cara bicaranya terdengar seperti pamer, membuat orang-orang yang mendengarnya mengernyitkan dahi, tak suka.

Mata Jasmine menyipit tajam, rahangnya mengeras. "Nggak usah. Aku nggak mau tinggal sama Mama. Lebih baik aku sendirian di sini daripada harus tinggal serumah sama Mama yang selalu sibuk dan nggak pernah punya waktu buat aku!" 

Suara Jasmine meninggi, penuh amarah. Semua orang di ruangan itu terdiam, termasuk Cahaya yang tampak terkejut mendengar ucapan putrinya.

Cahaya menyeringai sinis. "Oh, ingin tinggal sendiri? Baiklah. Tapi setelah Papa-mu meni-nggal, siapa yang akan ngasih kamu uang? Kamu nggak kerja, Jas. Siapa yang akan menafkahimu sekarang? 

Nggak ada, Jas. Lebih baik kamu tinggal sama mama, hidupmu akan terjamin!" suaranya meninggi, penuh penekanan. Tatapan matanya tajam, menvsuk ke arah Jasmine yang membalas dengan tatapan tak kalah tajam.

Ibu dan anak itu saling beradu argumen, di tengah sorotan mata para warga yang menyaksikan dengan penuh rasa ingin tahu.

"Aku bakal cari kerja, Ma! Aku akan kerja paruh waktu kayak Arjuna. Mama kira aku nggak bisa apa-apa? 

Aku masih sehat dan mampu untuk mencari uang sendiri. Jadi mama nggak usah khawatir, aku nggak akan tinggal sama mama lagi," jawab Jasmine. Nada bicaranya tegas, membuat Cahaya terdiam. Tatapannya masih tertuju pada Jasmine, seperti tak percaya dengan kata-kata putrinya.

"Kamu lebih baik pergi deh dari sini! Kedatangan kamu malah bikin suasana makin nggak nyaman! Pergi sana!" usir Kate. Kedatangan Cahaya memang membuat Jasmine semakin tertekan. Hubungan mereka yang kurang harmonis membuat kehadiran Cahaya justru memperburuk keadaan Jasmine yang tengah berduka.

Cahaya menoleh ke arah kakaknya, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Kakak ngusir aku ya? Oke aku akan pergi dari sini. Aku akan kembali ke kantor dan ngelanjutin pekerjaanku. Tapi, tawaranku tadi masih berlaku ya. 

Kalau Jasmine mau, dia bisa datang ke rumah dan tinggal bersamaku. Aku sendirian, jadi kalau dia mau tinggal bersamaku aku akan sangat senang. Yaudah ya, aku permisi dulu. Jas, Mama pergi dulu." 

Cahaya melirik Jasmine dan yang lain, tapi tak ada satu pun yang membalas tatapannya. Raut wajah mereka tampak dingin, tak bersahabat. Cahaya pun beranjak dari duduknya, berbalik, dan melangkah keluar dari rumah Jasmine.

Mobil Cahaya melaju meninggalkan rumah Jasmine, meninggalkan suasana hening di sana. Beberapa saat kemudian, Jasmine bangkit dari duduknya dan berlari menuju kamarnya.

Ia melemparkan tubuhnya ke ranjang, tangisnya pecah. Kate yang melihat keponakannya berlari sembari menangis, langsung menyusulnya.

Pintu kamar Jasmine terbuka, memperlihatkan Jasmine yang tertidur tengkurap di ranjang. Tangisnya masih terdengar pilu, membuat hati Kate ikut teriris.

Dengan lembut, Kate menghampiri Jasmine dan duduk di sampingnya. Ia menepuk pundak Jasmine, mencoba menenangkannya.

"Princessnya bibi Kok nangis? Jangan nangis dong sayang," ucap Kate, berusaha menghibur Jasmine. Tapi tangisan Jasmine tak kunjung reda. Ia tetap terisak dan enggan menoleh.

"Mama kenapa datang Bi? Bibi tau kan kalau kedatangan mama itu malah bikin semuanya tambah kacav? Pikiranku sekarang makin nggak karuan setelah Mama datang," kata Jasmine di sela-sela isak tangisnya.

Kate menjawab, sembari mengusap-usap rambut Jasmine. "Iya, sayang, bibi tau. Tapi, coba deh, lupain dulu soal Mama kamu. Pikirkan hal lain aja yang bikin kamu seneng."

Jasmine perlahan membalikkan badannya, menatap ke arah bibinya. "Bi, apa Mama dari dulu sifatnya emang kayak gitu ya? Ambisius banget dalam bekerja?" tanya Jasmine. Entah mengapa, ia tiba-tiba merasa sangat penasaran dengan Mamanya di masa lalu.

 

Kate mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Jasmine. Ia tidak menyangka Jasmine akan menanyakan hal itu sekarang. Tapi sebisa mungkin dia menjawabnya.

"Nggak kok, sayang. Mama kamu dulu itu ceria banget, kayak anak mama gitu. Mama bibi dulu suka manjain dia. Apa aja yang diminta, diturutin. Berbuat salah dikit, udah dimaafin. Jadi ya kayak gitu, manja banget. 

Sampai akhirnya Mama kamu dewasa dan terjun ke dunia bisnis. Dia jadi makin angkuh, suka ngatur-ngatur. Bibi udah nggak ambil pusing soal dia. Terserah dia mau ngapain, bibi udah nggak peduli lagi," jelas Kate, raut wajahnya seperti menahan kekesalan atau kekecewaan.

Jasmine menganggukkan kepalanya mengerti. Lalu membalas, "Oh, jadi begitu ya? Pantesan aja, emang dari dulu didikannya kayak gitu," ujar Jasmine.

Setelah itu suasana pun hening kembali. Sampai akhirnya bibi Kate izin keluar dari kamar Jasmine menuju ke depan untuk menemui orang-orang yang masih berada di sana.

Arjuna menghampiri bibi Kate, raut wajahnya dipenuhi kekhawatiran. Bibi Kate sedang berbincang dengan tetangga yang lain. "Permisi tante, maaf ngeganggu ngobrolnya. Jasmine kenapa ya? Kok tiba-tiba lari gitu, dia baik-baik aja kan?" tanya Arjuna.

Bibi Kate menoleh ke arah Arjuna. Tetangga yang tadi diajaknya bicara pun bangkit berdiri dan pergi dari sana. 

"Nggak papa kok, Jun. Dia lagi istirahat di kamarnya sekarang. Maklumlah, dia lagi berduka. Jadi perasaannya lagi nggak menentu. Kadang marah, kadang sedih, pokoknya nggak karuan. Apalagi setelah kedatangan mamanya tadi," jawab Bibi Kate, wajahnya tampak kesal, dan Arjuna menyadari itu.

Arjuna pun merasa bersalah. Dia yang telah menceritakan tentang Papa Jasmine yang meni-nggal kepada Bu Cahaya dan memintanya untuk datang. Dia pula yang telah mengirimkan alamat rumah Jasmine kepada bosnya itu.

Jelas, ini semua adalah kesalahannya. Meskipun niatnya pada awalnya baik, tetapi efeknya justru membuat Bu Cahaya datang dan membuat Jasmine semakin sedih.

"Tante, Arjuna minta maaf ya. Tadi yang ngomong soal Om Bima meninggal ke Bu Cahaya itu Arjuna. Arjuna juga sempat minta Bu Cahaya buat datang ke sini, soalnya Arjuna pikir kedatangan Bu Cahaya bisa sedikit menghibur Jasmine. 

Tapi ternyata malah jadi kayak gini. Sekali lagi, maafin Arjuna ya Tante," kata Arjuna, suaranya terdengar menyesal. Dia menundukkan wajahnya.

Kate mengangguk mengerti, sebuah helaan napas keluar dari bibirnya. "Kamu apa nggak dikasih tau sama Jasmine soal hubungannya sama mamanya?" tanya Kate kemudian.

"Dikasih tau tante, cuma Jasmine nggak ngasih tau detailnya. Dia cuma bilang kalau hubungannya sama Mamanya lagi nggak baik. Cuma sekedar itu. 

 Jasmine kayak enggan gitu loh cerita sama aku soal hubungannya sama mamanya. Dia suka ngalihin pembicaraan setiap kali aku bahas soal mamanya. Sekali lagi, maafin aku ya, Tante," ucapnya sambil meminta maaf.

"Iya, nggak papa. Tapi lain kali kalau ngobrol sama Jasmine, jangan bahas soal Mamanya ya. Dia sensitif banget soal mamanya. Jangan bikin dia marah dengan bahas Mamanya ke dia. 

Biar dia sendiri yang bahas soal mamanya. Sekarang Jasmine lagi nangis di kamar, mungkin dia udah tidur sekarang. Kamu nanti bantuin tante buat nyiapin tahlilan buat malam nanti ya, kamu nggak ada acara apa-apa kan hari ini?" tanya bibi Kate.

Arjuna menjawab. "Arjuna udah izin buat nggak pergi kerja hari ini Tante, mau fokus bantuin Jasmine. Arjuna juga udah izin buat nggak kuliah. Jadi Arjuna siap buat bantuin ntar malam. Tante butuh apa aja buat tahlilannya?" tanya Arjuna kemudian.

Kate tersenyum, senang mendengar kesediaan Arjuna untuk membantu. "Terima kasih, Jun. Kita perlu nyiapin beberapa hal buat tahlilan malam ini. Termasuk makanan buat para tamu yang hadir. Kamu temenin tante ke pasar ya buat beli bahan-bahannya. Semua bahan-bahannya habis, jadi perlu beli dulu,"

Arjuna mengangguk lagi. "Oke Tante aku temenin pergi ke pasarnya. Ehm, kita berangkat sekarang aja gimana? Mumpung belum terlalu siang," usulnya.

Bibi Kate tersenyum, "Ya udah Jun, kita berangkat sekarang aja. Tante bilang ke Jasmine dulu ya, kamu tunggu sini dulu."

Bibi Kate berlalu menuju kamar Jasmine, meninggalkan Arjuna sendirian di ruang tamu. Para tamu lain pun beranjak satu per satu, hingga hanya tersisa Arjuna di ruangan itu.

Tak lama kemudian, Bibi Kate kembali dengan membawa sebuah tas belanjaan besar di tangannya.

"Ayo Jun, kita berangkat sekarang, tadi tante udah bilang sama Jasmine," ajaknya. Arjuna pun mengangguk, "Oh ayo Tan," jawabnya.

Arjuna dan Bibi Kate bergegas ke pasar untuk membeli bahan makanan untuk keperluan tahlilan malam nanti. Di tengah hiruk pikuk pasar, Arjuna dengan sigap membantu Bibi Kate memilih bahan-bahan yang diperlukan.

"Tante, kita butuh beras berapa kilo ya?" tanya Arjuna sambil mengamati tumpukan beras di kios.

"Cukup 5 kilo, Jun. Nanti kita masak nasi putih dan nasi kuning," jawab Bibi Kate.

"Oke, Tante. Kita juga butuh ayam, ya? Berapa ekor?"

"Dua ekor saja, Jun. Nanti kita masak ayam goreng dan ayam bakar. Kita juga butuh sayur-sayuran untuk pelengkap," kata Bibi Kate sambil menunjuk ke arah kios sayur.

Arjuna mengangguk dan membantu Bibi Kate memilih berbagai jenis sayuran. "Tante, kita ambil bayam, kangkung, sama buncis ya? Kita juga bisa ambil wortel sama kentang buat sup."

"Bagus, Jun. Jangan lupa beli tahu dan tempe juga. Kita bisa buat tahu goreng dan tempe bacem," tambah Bibi Kate.

Setelah selesai berbelanja bahan makanan, Arjuna dan Bibi Kate kembali ke rumah Jasmine. Aroma pasar yang masih tercium samar-samar di baju mereka bercampur dengan aroma harum bunga melati yang terpasang di depan rumah.

Sore nanti, mereka akan memulai memasak, menyiapkan hidangan untuk tahlilan malam ini. Arjuna juga akan mengabarkan kepada para warga tentang tahlilan yang akan diadakan.

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!