NovelToon NovelToon
Obsesi Cinta Tuan Psycho

Obsesi Cinta Tuan Psycho

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.7
Nama Author: santi.santi

Diandra Veronika seorang selebriti yang cukup terkenal karena kecantikannya, di jebak oleh Sadewa Bahuwirya seorang CEO paling berkuasa yang sangat terobsesi padanya. Dimana dia harus menjadi jaminan untuk Ayahnya yang terikat hutang sangat besar pada perusahaan Dewa.

"Aku mencintaimu Dee, kamu harus menikah denganku, kamu hanya milikku!!"
~ Dewa ~

"Aku tidak sudi menikah dengan iblis sepertimu!! Kau tidak mencintaiku, kau hanya terobsesi padaku!!"
~ Diandra ~

Apa Diandra akan menerima Dewa begitu saja saat dirinya mempunyai Bryan, pria yang dia cintai??
Apa Dewa bisa sadar dengan obsesinya itu dan melepaskan Bella hidup bahagia dengan orang yang dicintainya??
Bagaimanakah akhir cerita mereka?? Ikuti terus perjalanan mereka mencari cinta sejatinya yaa...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. Luka

Diandra berlari ke dalam menghampiri suara teriakan itu. Dia tidak tau apa yang terjadi pada Dewa tapi hatinya yang membawanya berlari seperti itu. Diandra takut terjadi apa-apa dengan suaminya itu.

Diandra yang berbadan dua itu baru sadar jika dirinya tak sendiri. Dia mengatur nafasnya yang sudah berat itu di anak tangga terakhir lantai dua rumah mewah itu.

Tujuannya sekarang hanya tempat melukis milik Dewa. Karena dengan jelas dia mendengar suara itu dari sana.

"Mas??" Panggilnya dari kejauhan.

"Mas kamu dimana??" Panggil Diandra lagi.

Diandra membekap mulutnya dengan kedua tangannya. Melihat keadaan ruangan terbuka itu gang tampak kacau saat ini.

Lukisan-lukisan indah itu sekarang sidah hancur tak berbentuk. Maha karya yang sangat indah bagi Diandra kini hanya tumpukan sampah belaka.

Diandra melihat Dewa yang duduk termenung di lantai. Tatapannya kosong lurus ke depan. Kondisinya saat ini sama persis seperti Diandra waktu itu.

Kaki Diandra melangkah dengan pelan, menghindari barang-barang yang berserakan.

"Mas??" Dewa masih tak bergeming.

"Kenapa jadi seperti ini?? Apa perkataan ku sungguh menyakitimu sampai kamu melampiaskannya seperti ini??" Batin

Diandra dengan sendu.

Tatapan Diandra tertuju pada punggung tangan Dewa yang mengeluarkan darah. Hal itu membuatnya terkejut lalu bersimpuh di hadapan Dewa. Lalu meraih tangan kanan yang terluka itu.

"Mas, kenapa kamu menyakiti dirimu sendiri??" Tanpa rasa jijik Diandra mengusap darah yang mengalir melalu sela jari milik Dewa.

Tapi Diandra tersentak saat Dewa tiba-tiba menarik tangannya menjauh.

"Aku lelah, aku ingin istirahat" Walau suara Dewa terdengar lembut namun tak mengurangi rasa dingin dari sikapnya itu.

Diandra tampak kecewa dengan Dewa yang kini sudah berjalan menjauh meninggalkan dirinya yang masih bersimpuh di lantai.

Setelah punggung tegap itu tak terlihat lagi dari pandangan Diandra yang mulai kabur karena air mata yang menggenang itu. Kini tatapannya kembali beralih pada tangannya yang mengeluarkan bau anyir akibat darah milik Dewa itu.

Air matanya jatuh tepat di atas telapak tangannya yang berubah warna menjadi merah itu.

"Kenapa aku sesedih ini hanya karena sikap dinginnya?? Kenapa aku harus ikut merasakan sakit saat melihatnya seperti ini??" Diandra sungguh tak ingin menangis. Tapi semakin dia menahannya semakin terasa sesak didalam dadanya.

Hingga satu persatu isakan lolos juga dari bibirnya. Dia tidak pernah membayangkan akan menangisi Dewa seperti saat ini. Padahal apa yang Diandra katakan tadi tidak lebih kejam saat dia memaki Dewa waktu itu. Tapi Dewa begitu marah karena Diandra menyinggung mengenai perasannya.

Dan yang membuat Diandra semakin sakit adalah, Dewa mampu menahan emosinya untuk tidak berbuat kasar kepadanya. Jika dulu Dewa tidak akan segan mengikatnya atau mengurungnya di dalam kamar. Tapi justru saat ini Dewa masih bisa berbicara selembut itu walau dalam keadaan marah sekalipun.

Diandra mengambil salah satu lukisan wajahnya yang sudah hancur itu. Lukisan indah yang sangat dikaguminya.

Diandra mengusap lukisan yang sudah tak berbentuk itu dengan tangan yang terkena noda darah tadi.

Berlahan Diandra bangkit dengan kesusahan karena perutnya yang membuncit. Membawa satu lukisan yang masih terlihat lebih baik dari pada yang lain. Dengan wajahnya yang sembab itu memutuskan kembali ke dalam kamar.

Diandra ingat ucapan Dewa tadi jika pria itu ingin berisitirahat. Maka Diandra berharap besar jika Dewa berada di dalam kamar mereka.

Harapan Diandra tak membuatnya kecewa. Yang dia lihat saat ini Dewa telah berbaring di ranjang dengan lengan kirinya digunakan untuk menutup matanya. Diandra tidak tau saat ini Dewa benar-benar sudah terlelap atau hanya diam menutup matanya saja. Yang jelas Dewa sama sekali tak bereaksi saat Diandra masuk ke dalam kamar.

Setelah Diandra membersihkan tangannya yang kotor tadi. Wanita hamil itu mencari kotak obat di laci meja riasnya. Dia ingat Dewa pernah menyimpannya di sana.

Diandra bersimpuh di lantai tepat di samping Dewa yang berbaring di ranjang empuk itu. Meraih tangan kanan Dewa yang terluka itu dengan pelan.

Dengan pelan Diandra mulai membersihkan luka itu, dia beberapa kali melihat wajah tampan itu. Takut pemiliknya akan terbangun dan menolak apa yang sedang dilakukannya saat ini.

Tangan Dewa sedikit beraksi saat Diandra mengusapkan kapas dengan cairan alkohol di permukaan lukanya.

"Apa yang kamu lakukan??" Tangan Dewa terlepas begitu saja dari tangan Diandra.

"A-aku, aku sedang mengobati luka mu" Jawab Diandra ketakutan. Dia tidak menyangka jika Dewa akan terbangun karenanya.

"Tidak usah, ini tidak sakit. Hatiku yang jauh lebih sakit" Jawab Dewa dengan sorot matanya yang tajam.

Diandra tidak mampu menjawab perkataan Dewa itu selama sepersekian detik.

Tapi kemudian tangan Dewa kembali di tarik oleh Diandra.

"Kalau begitu ijinkan aku mengobati luka di tanganmu karena aku belum bisa mengobati luka di hatimu"

Ucap Diandra kembali fokus pada tangan suaminya itu. Dia sadar Dewa terus menatapnya dengan tajam tapi Diandra tidak peduli.

"Aku minta maaf kalau ucapan ku tadi menyinggung perasaanmu. Tapi sungguh aku juga bingung dengan diriku sendiri. Terlalu banyak peristiwa yang aku alami akhir-akhir ini, dan itu membuatku sulit untuk benar-benar mengetahui apa yang aku rasakan saat ini"

Dewa masih diam membiarkan Diandra mengobati lukanya dengan terus berceloteh yang hanya Dewa dengarkan saja tanpa mau memberikan balasan.

"Di awal pernikahan kita aku sangat membencimu, kamu kasar, kamu seenaknya sendiri mengaturku, mengurungkperhatianu. Tapi kini kamu berbeda, kamu lembut, , bahkan kamu membebaskan aku untuk bertemu dengan Bryan. Tapi itu justru membuat ku kebingungan. Aku yang dulu sangat berani menentang mu, dengan berani melawan mu dengan kata-kata pedas ku, sekarang berbeda"

"Aku takut melihatmu marah, aku takut kamu mendiamkan ku bahkan setiap kamu pergi saat ada kata yang tak sengaja menyinggung mu aku mulai ketakutan. Aku takut kamu kembali seperti awal lagi. Pemarah, mengurungku, menyiksaku dan itu membuatku benar-benar bingung Mas"

Diandra telah selesai memasangkan perban pada tangan Dewa dengan rapi.

"Sekali lagi aku minta maaf soal tadi. Aku juga tidak tau kenapa kata-kata itu bisa lolos begitu saja dari bibirku" Diandra menundukkan matanya karena tak tahan lagi bertatapan dengan mata tajam itu.

"Kalau kamu marah jangan lampiaskan amarahmu dengan menyakiti dirimu sendiri. Tanganmu ini sangat ber...."

Cup..

Diandra mengatupkan bibirnya yang seharusnya masih dia gunakan untuk berbicara itu. Matanya membulat sempurna dengan tubuhnya yang mematung setelah bibir mereka bertemu walau hanya satu detik.

"Apa itu cinta??" Tanya Dewa untuk pertama kalinya mengeluarkan suara setelah kalimat panjang dari Diandra.

"Cin-ta??" Diandra balik bertanya.

Padangan Dewa kembali meredup setelah Diandra menjawab pertanyaannya sendiri dengan gelengan dan sebuah senyuman tipis di wajahnya yang sembab.

"Iya, aku lupa kalau kamu hanya temanku" Ucap Dewa sebagai penghibur hatinya sendiri.

Belum sempat Diandra menjelaskan maksud dari gelengan kepalanya itu Dewa sudah lebih dulu pergi dari kamar mereka.

Diandra menatap pintu itu dengan nanar sambil berkata.

"Aku ingin mengatakan aku tidak tau dengan perasaanku, bukan aku tidak cinta kepadamu"

Tapi sayang, perkataan Diandra itu tidak akan di dengar oleh Dewa. Karena dia sudah pergi dengan kekecewaannya.

Bersambung..

1
Ely Ayu Kustanti
Luar biasa
Nia Nara
Gimana mau bisa cinta kalau perlakuannya kasar begitu ?
Nia Nara
Coba pakai cara halus. Perempuan kalau dilembutin juga lama2 bisa jatuh sendiri kok
lily
Niko, istrimu nanti siapa? lope lope nikoooo
lily
inget,, ini cuma novel ,,, dunia nyata adakah
lily
penasaran Manda mau ngrencanain apa lgi
lily
sweet banget sih,,, duh duh suami mana suamii
lily
yg 2 pelakor tlong diusir juga
lily
harusnya dewa itu beri ancaman sama diandra , kalo masih membangkang maka ayahnya bakalan di apa apain gtu ,,, mesti nurut ,,,, untuk Diandra coba deh pira pura nurut dulu gtu sama dewa , beri dewa rasa percaya sama kamu setelah itu hempas hahaha
lily
dewa, harusnya kamu buang tu hp Diandra trus ganti hp yg cuma ada nomer mu doang itu pun hrus disadap dong ,, obsesi nya hrus totalitas,,,, 😫
Komala David
Luar biasa
lily
berarti dunianya mirip antara Diandra dengan Bryan ,,, krna dunia entertaint
btw ada gak yaa novel yg pemeran wanitanya gak cantik alias biasa aja wajahnya biasa ,,, krna kebnykan memang pemeran wanitanya cantik terus 🤭
Harita Ajun
Luar biasa
Rizkia Natasya
thor itu Bella apa Diandra sih?
mella yunita
Kok bella sih
Elsa Manek
jadi mewek😭😭😭😭😭
Ari Ani
salah typo y thor
Ummu Dhiyaa Abdillah
ngelunjak emang Diandra 😅
Indriyani
wkwkwkwkwkwkwkwwkwkwkwkwkwkwwkwkwkwwkwwkwkwkwkwkwkwkwwkwkwkwkwkwkwkwwkwkwkwkwkwwkwkwkwkwkwkwkwkwkwwkwkwkwkwkwkwkwkwwkwkwlwkwkwwkwkwkwkwkwkwwkwkwkwkkwwkqkwkwkwkwkqwkwkwkwkkwjw
Olha Alamri
bingung Bella atau diandra
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!