Arvania tidak menyangka jika pernikahan yang ia impikan selama ini menjadi pernikahan yang penuh dengan air mata.
Siksaan demi siksaan ia terima dari suaminya. Namun bodohnya Vania yang selalu bertahan dengan pernikahan ini.
Hingga suatu hari Vania tidak mampu lagi untuk bertahan, ia memilih untuk pergi meninggalkan Gavin.
Lalu bagaimana dengan Gavin yang telah menyadari perasaan cintanya untuk Vania setelah kepergiannya?
Akankah Gavin menemukan Vania dan hidup bahagia?
Ataukah Gavin akan berakhir dengan penyesalannya?
Ikuti kisahnya di
Pada Akhirnya Aku Menyerah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENGHUKUM TALITA
" Kamu tidak pa pa Mas? Kata Talita kamu kecelakaan?" Tanya Vania lirih.
" Aku tidak pa pa sayang, Talita sengaja merencanakan semua ini untuk mencelakaimu, makanya aku pernah bilang padamu kan untuk percaya padaku saja. Inilah yang aku takutkan sayang, Talita wanita yang nekat. Tapi kau tenang saja! Aku sudah menangkapnya dan dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya padamu sayang." Sahut Gavin menatap Vania.
" Maafkan aku Mas." Ucap Vania.
Saat Vania hendak duduk bersandar tiba tiba kakinya tidak bisa di gerakkan.
" Mas.. Kakiku... Kenapa kakiku tidak bisa di gerakkan Mas?"
Deg...
Jantung Gavin terasa berhenti berdetak. Ia takut Vania kalau Vania mengalami kelumpuhan.
" Apa.. Apa aku cacat? Mas apa aku cacat setelah ini? Apa aku tidak bisa berjalan lagi? Tidak! Aku tidak mau cacat Mas! Bagaimana aku bisa mengasuh Gava kalau aku cacat seperti ini Mas? Aku tidak mau cacat! Aku tidak mau!" Teriak Vania histeris.
Gavin menarik Vania ke dalam pelukannya.
" Tenanglah sayang! Mungkin ini hanya sementara saja, kau pasti akan sembuh kau pasti akan bisa berjalan seperti semula lagi." Ucap Gavin mengelus punggung Vania.
" Hiks... Hiks... Bagaimana kalau aku cacat Mas? Aku tidak mau sampai Gava malu mempunyai mama seperti aku hiks... Aku tidak mau Mas." Isak Vania.
" Aku tidak akan membiarkan itu terjadi sayang, tenanglah! Pikirkan yang baik baik saja." Ucap Gavin.
Gavin memencet tombol nurse, tak lama seorang suster datang bersama dengan dokter.
" Apa yang terjadi Tuan Gavin?" Tanya dokter.
Gavin melepas pelukannya, Vania segera mengusap air matanya.
" Kaki istri saya susah di gerakkan Dok, apa yang terjadi dengan kakinya sebenarnya?" Gavin menatap dokter.
" Akan saya periksa lebih dulu." Ucap dokter.
Dokter memeriksa kaki Vania, ia mencoba menekan dan memijat kaki Vania. Awalnya Vania tidak merasakan apa apa, dokter terus memijatnya sampai Vania merasakan sakit pada kakinya.
" Gimana Nona? Apa terasa sakit?" Tanya dokter.
" Sedikit Dok." Sahut Vania.
" Anda tenang saja Nona! Ini bukan lumpuh permanen, yang Anda rasakan saat ini akibat syaraf yang terjepit di bagian lutut anda. Saya akan melakukan therapi setiap harinya dan insyaallah satu bulan anda sudah bisa berjalan normal lagi." Terang dokter.
" Satu bulan Dok? Kenapa lama sekali?" Tanya Vania.
" Satu bulan termasuk cepat Nona, itu karena kaki Anda tidak parah, bahkan ada yang sampai enam bulan dan satu tahun." Ujar dokter.
" Baiklah saya akan menunggu satu bulan itu dengan sabar, terima kasih dok." Ucap Vania.
" Sama sama Nona, kalau begitu kami permisi." Ucap dokter undur diri.
Gavin kembali duduk sambil menggenggam tangan Vania.
" Jangan khawatir sayang! Kita akan melakukan yang terbaik untukmu. Selama satu bulan ini aku akan menjadi kakimu, aku akan membawamu kemanapun kamu pergi." Ucap Gavin.
" Terima kasih Mas." Ucap Vania di balas senyuman oleh Gavin.
" Sekarang makanlah! Setelah itu minum obatnya." Ucap Gavin.
Vania menganggukkan kepalanya.
Gavin meninggikan sandaran ranjangnya supaya Vania bisa makan dengan nyaman. Dengan telaten ia menyuapi Vania lalu memberikan obatnya.
" Istirahatlah sayang, aku akan menemanimu di sini." Ucap Gavin.
" Mas aku kangen sama Gava." Ucap Vania.
" Kita video call aja ya." Ujar Gavin yang di balas anggukan kepala oleh Vania.
Gavin melakukan panggilan video kepada mamanya. Tak lama nyonya Rindu mengangkat panggilannya.
" Halo sayang, assalamu'alaikum." Sapa nyonya Rindu. Wajahnya terpapang jelas di depan kamera.
" Wa'alaikumsallam Ma, Ma aku kangen sama Gava." Ucap Vania to the point.
" Gava lagi tidur sayang." Nyonya Rindu menyalakan kamera belakang ke arah Gava yang sedang terlelap di boxnya.
Vania tersenyum menatap wajah putranya, ada rasa sedih yang menjalar di dalam hatinya karena hanya bisa melihat lewat kamera saja.
" Sayangnya Mama... Maafkan Mama ya sayang yang tidak bisa merawatmu dengan baik, karena kecerobohan Mama, Mama harus berakhir di sini dan meninggalkanmu di sana, maafkan Mama sayang."
Tak terasa air mata menetes begitu saja di pipinya.
" Sayang jangan menangis! Kasihan Gava kalau kamu sedih pasti dia akan sedih sayang. Kau tenang saja! Gava bersama omanya, dia pasti akan baik baik saja." Ucap Gavin mengusap air mata Vania.
" Aku merindukannya Mas." Ucap Vania.
" Sabar sayang! Kamu harus segera pulih dulu baru kamu bisa pulang menemui Gava. Tidak mungkin kan Mama membawa Gava ke sana." Ujar nyonya Rindu.
" Iya Ma aku tahu, aku akan semangat sembuh demi Gava. Doakan semoga segera sembuh ya Ma." Ujar Vania.
" Tentu sayang, kami tidak sabar menunggumu di rumah." Ucap nyonya Rindu.
Setelah puas menatap sang putra, Vania mematikan sambungan teleponnya.
" Sudah terobati rasa kangennya?" Gavin menatap Vania.
" Malah tambah kangen Mas, jadi ingin cepat cepat pulang." Sahut Vania membuat Gavin tersenyum.
" Kalau begitu cepat sembuh biar kita bisa segera pulang." Ucap Gavin.
" Iya Mas." Sahut Vania.
Vania memejamkan matanya, entah mengapa tiba tiba ia mengantuk. Mungkin karena efek obat yang tadi di minumnya.
" Aku pergi sebentar sayang." Gavin mencium kening Vania.
Gavin meninggalkan Vania sendirian menuju ruang rahasia untuk memberikan pelajaran kepada Talita karena perbuatannya yang membuat kaki Vania tidak bisa di gerakkan.
Sesampainya di sana ia membawa air panas lalu menyiramkannya ke wajah Talita.
Byur...
" Awh panas panas panas." Pekik Talita.
" Itu belum seberapa dengan apa yang kau lakukan pada istriku Talita!" Bentak Gavin menarik kasar rambut Talita. Rasanya hampir copot dari kepalanya.
" Ah Gavin maafkan aku!" Ucap Talita.
" Maaf?" Gavin mencengkram pipi Talita dengan kuat.
" Aku tidak akan pernah memaafkanmu, karena kamu... Kaki Vania jadi lumpuh." Ucap Gavin penuh penekanan.
" Aku juga akan membuat kakimu mengalami hal yang sama." Sambung Gavin.
" Tidak Gabin, aku mohon maafkan aku!" Ucap Talita ketakutan.
Brak...
Gavin mendorong Talita beserta kursinya hingga terjengkang ke belakang.
Krek...
" Awh!!!"
Teriak Talita saat Gavin menginjak kakinya dengan keras. Ia yakin kalau kakinya saat ini mengalami patah tulang.
Krek...
Gavin menginjak kaki satunya membuat Talita kembali berteriak.
" Gavin... Aku mohon bawa aku ke rumah sakit! Rasanya kakiku sakit sekali... Ini pasti patah Gavin, aku mohon!" Lirih Talita menahan sakit yang teramat sangat pada kakinya.
" Memohonlah sampai menangis darah Talita! Aku tidak akan melakukan apapun yang kau mau. Nikmati rasa sakit itu seperti Vania merasakannya. Aku sudah bilang kan akan membuatmu menginginkan kematianmu sendiri, jadi tunggu sampai saat itu tiba." Ucap Gavin meninggalkan ruangan rahasia itu.
Gavin kembali ke rumah sakit tanpa melihat Gava walau hanya sebentar saja. Ia harus kembali sebelum Vania terbangun dari tidurnya.
Sesampainya di ruangan Vania, Gavin merebahkan tubuhnya di atas sofa. Ia memejamkan matanya menghilangkan lelah yang ia rasakan saat ini.
Sabar ya.. Biarkan mengalir sesuai alurnya...
Jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak positif ya...
Terima kasih untuk readers yang telah mensuport author selama ini. Semoga sehat selalu...
Miss U All...
TBC..
maaf aku skip aja soalnya menurutku balasan Vania ke gavin gak sebanding sama siksaan Gavin ke Vania soalnya Vania sudah sakit fisik dan mental kalau orang normal paling sudah gila berhubung ini novel ya maha ciptaan author
tapi q coba mau mampir cerita author yang lain
Semoga sukses trus buat author jangan liat yang comen yang buruk buruk" tetep semangat bikin cerita buat para penggemar authornya semangattt /Pray//Pray//Pray/