Ketabahan Arini benar-benar diuji. Selama 6 tahun menikah, Arini tidak juga dikaruniai seorang anak dalam rumah tangganya bersama Dodi Permana. Hinaan, caci maki dan perlakuan tidak adil selalu ia dapatkan dari Ibu mertuanya.
Namun, Arini tetap tabah dan sabar menghadapi semuanya. Hingga sebuah badai besar kembali menerpa biduk rumah tangganya. Dodi Permana, suami yang sangat dicintainya berselingkuh dengan seorang wanita yang tidak lain dan tidak bukan adalah Babysitter-nya sendiri.
🚫 Warning! Cerita ini hanya untuk Pembaca yang memiliki kesabaran tingkat dewa, sama seperti tokoh utamanya. Cerita ini memiliki alur cerita ikan terbang yang bisa membuat kalian kesal 💢 marah 💥 dan mencaci maki 💨😅 Oleh sebab itu, jika kalian tidak sanggup, lebih baik di skip saja tanpa meninggalkan hujatan buat othor, yeee ...
❤ Terima kasih ❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Dodi menghembuskan napas berat. Ia sadar, tidak akan semudah itu membujuk Bu Nining. Wanita itu memiliki pendirian yang begitu teguh, tidak akan semudah itu luluh dengan bujuk rayunya.
"Maafkan aku, Bu. Sepertinya aku akan tetap merawat bayi ini walaupun Ibu menolaknya." ucap Dodi dengan wajah serius menatap Bu Nining.
"Apa?!" pekik Bu Nining dengan kesal. "Jadi kamu tetap bersikeras mengadopsi bayi terbuang yang tidak jelas asal usulnya ini, Dodi?" lanjut Bu Nining sembari bangkit dari posisi duduknya.
"Ya, Bu. Maafkan Dodi," sahut Dodi.
"Dodi!" pekik Bu Nining dengan nada suara yang mulai meninggi. "Coba kamu pikirkan sekali lagi! Apa untungnya kamu membesarkan bayi orang lain? Bagaimana jika suatu saat nanti Ibunya datang kemudian meminta anak itu kembali?"
"Oleh sebab itu kami ingin mengadopsi bayi ini secara sah agar tidak ada seseorang yang bisa menggugat nya lagi di kemudian hari, Bu."
"Ah, sudahlah! Memang susah bicara sama kalian. Tapi, kamu harus ingat ya, Dodi. Jika suatu saat nanti terjadi sesuatu kepada kalian, jangan pernah mengeluh dan bercerita kepadaku. Ingat itu," tegas Bu Nining.
Wanita paruh baya tersebut berjalan menjauh beberapa langkah dari posisinya semula kemudian berbalik lagi. Ia menatap Dodi dan Arini yang masih memberikan sufor untuk bayi mungil tersebut.
"Dan satu lagi, Dodi. Aku tidak akan pernah mau menganggap bayi itu sebagai cucuku. Karena ia memang bukan cucuku dan akan tetap seperti itu selamanya!"
"Oh, ayolah, Bu! Aku mohon jangan berkata seperti itu," lirih Dodi.
Bu Nining tidak peduli apa yang diucapkan oleh Dodi saat itu. Ia kembali melanjutkan langkanya menuju pintu kamar kemudian keluar dari ruangan itu dan menutupnya dengan keras.
Brakkk!
Tubuh bayi mungil yang sedang berada di pelukan Arini bergetar. Suara pintu yang dibanting dengan keras oleh Bu Nining membuat bayi mungil tersebut terperanjat. Yang tadinya ia sudah mulai mengantuk dan memejamkan matanya, kini kembali terbangun dan kembali menangis.
"Hush, hush, tidak apa, Sayang. Ibu ada di sini untukmu," ucap Arini sembari menenangkan bayi mungil tersebut. Setelah beberapa saat kemudian bayi itu pun kembali tenang dan tertidur lagi.
Untuk mengurus bayi mungil itu, Dodi rela tidak masuk kerja. Ia melaporkan kepada ketua RT di komplek perumahan tersebut, bahwa tadi malam ia dan Arini telah menemukan seorang bayi mungil di dalam sebuah kardus bekas mie instan yang sengaja di letakkan di teras rumah mereka.
Berita itu tersebar dengan sangat cepat, hanya dari mulut ke mulut. Sementara Dodi dan Pak RT sedang sibuk melaporkan penemuan bayi tersebut ke pihak berwajib, para warga yang penasaran, mulai berdatangan ke kediamannya bersama Arini. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang ternyata juga menginginkan bayi mungil itu untuk diadopsi.
Tentu saja Arini menolak dengan tegas. Ia sudah lama merindukan sosok mungil itu hadir di dalam kehidupannya bersama Dodi. Ya, walaupun bukan bayi yang berasal dari rahimnya sendiri, tetapi itu sudah lebih dari cukup untuk Arini.
"Bayinya buat kami aja ya, Arini, " bujuk salah seorang warga di komplek perumahan tersebut. Pasangan suami-istri yang sudah berusia 40an ke atas. Sama seperti dirinya, mereka pun tidak memiliki momongan.
Arini menatap pasangan itu dengan raut wajah sedih. Bagaimana tidak, ia sangat mengerti bagaimana perasaan pasangan itu saat ini. Ia tahu bagaimana rasanya menjadi pejuang garis dua yang tak kunjung mendapatkan kesempatan untuk merasakan hal itu.
Namun, ia pun tidak bisa menyerahkan bayi cantik itu kepada mereka. Ia sudah terlanjur jatuh cinta kepada bayi mungil tersebut dan Dodi pun sudah memberikan lampu hijau untuk merawatnya.
"Maafkan saya, Bu, Pak. Tapi saya tidak bisa. Saya dan Mas Dodi sudah berniat merawatnya. Sekali lagi, maafkan saya," jawab Arini.
"Halah, lebih baik serahkan saja, Arini. Ngapain merawat anak orang lain. Mana orangnya tidak dikenal lagi, amit-amit! Untung yang ketemu bayi itu Dodi, coba kalau aku! Sudah aku taroh ke teras tetangga seberang," sela Bu Nining yang tiba-tiba saja hadir di ruangan itu sambil memasang wajah malas.
"Nah, apa yang dikatakan oleh Ibu mertuamu itu benar, Arini. Mending bayinya buat kami aja, ya," bujuk Ibu-ibu itu lagi. Ia terlihat bahagia karena mendapatkan dukungan dari Bu Nining.
Kali ini Arini tidak akan menghiraukan permintaan Ibu mertuanya tersebut. Walaupun wanita paruh baya itu akan menghardiknya sekali pun. "Maafkan saya, Bu. Saya tidak bisa," jawab Arini.
***
penasaran nih kita /Grin//Grin/