Keluarga besar Bramasta tidak menyukai Dian, gadis yatim piatu dan koki biasa yang menjadi istri Stefan karena pernikahan kilat di Las Vegas.
Tidak ada yang menyangka Dian menyembunyikan identitas aslinya sebagai hacker dan juga putri bungsu dari pemilik Perusahaan Wijaya, demi untuk mendapatkan cinta Stefan yang merupakan cinta pertamanya.
Kecantikan, kecerdasan dan kehebatan Dian memimpin Perusahaan Jayanata setelah bercerai membuat semua orang yang pernah menghinanya mati kutu.
Berhasilkah Stefan rujuk kembali dengan Dian setelah menyadari kesalahannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LYTIE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33. Penyesalan
***Kamar VVIP 101 Lounge Hotel***
Stefan berdiri mematung di sana setelah Dian dan Billy pergi. Kalimat terakhir dari mulut Dian masih terngiang jelas di telinganya.
Dian lebih memilih menjalani kehidupannya penuh percobaan dan jebakan dari pada menjadi nyonya Stefan yang selalu diacuhkan olehnya serta menerima penghinaan dari keluarga Bramasta.
Stefan akui keputusan Dian sangat tepat karena dirinya sendiri pun membenci semua perbuatannya mengacuhkan Dian selama sebelas bulan pernikahan mereka.
Padahal Stefan sudah bertekad dalam hatinya untuk menjalani pernikahannya dengan baik setelah melewati satu tahun kesepakatan perjanjian nikah dengan Dian, tetapi rencana dan kenyataan tidak bisa selalu berjalan beriringan.
Selama sebelas bulan, Stefan bisa merasakan curahan cinta yang sangat tulus dan tanpa pamrih dari Dian untuknya. Justru karena itulah Stefan menjaga jarak dengan gadis muda itu.
Stefan mempunyai alasan yang rumit. Dirinya tidak ingin menjadikan Dian sebagai pengganti gadis kecil yang merupakan cinta pertamanya.
Gadis kecil dengan mata besar bercahaya, berkepang dua, dan pintar menari balet. Gisel dijadikan pacar oleh Stefan karena tarian baletnya mengingatkan Stefan akan gadis kecil itu sehingga bisa dikatakan Stefan tidak mencintai Gisel dan menganggapnya sebagai pengganti.
Kemunculan Dian yang sangat mirip dengan gadis kecil itu membuat Stefan lebih tidak ingin menjadikannya seperti Gisel.
Stefan tidak menyangka sikap acuhnya malahan lebih menyakiti hati Dian dan juga membuat anggota keluarga Bramasta tidak menghormati gadis muda itu serta sering menindasnya.
Jadi bisa dikatakan Stefan adalah dalang penderitaan yang dialami Dian selama sebelas bulan ini.
"Kalau saja Gisel tidak mengirim foto itu, mungkin pernikahanku bisa bertahan," batin Stefan.
Luis berlari masuk ke dalam ruangan. "CEO Stefan. Wanita tadi pergi bersama pria tua itu," lapor Luis.
"Ayo kita pergi temui Pak Tama," ucap Stefan dengan wajah tanpa ekspresi.
"Baik CEO Stefan," jawab Luis.
Ketika menuju kamar VVIP tempat rekan bisnis berada, Stefan melihat Anggi sedang memapah Cokro. Wajah pria tua gendut itu terlihat sangat merah dan matanya terlihat seperti orang linglung, tetapi tangannya sangat agresif meremas bok**g Anggi dengan tidak sopan.
Pelayan pria tadi membawa Anggi dan Cokro masuk ke dalam ruang VVIP lainnya, lalu segera berlari keluar serta menutup pintu dengan cepat, tetapi terlambat karena suara jeritan Anggi dan kain yang di robek dengan keras terdengar oleh Stefan dan Luis.
Pelayan pria berdiri berjaga di depan pintu sambil menundukkan kepala, tidak berani menatap Stefan. Beberapa saat kemudian pelayan pria itu menghela napas lega karena Stefan mengacuhkannya.
Stefan dan Luis menemui rekan bisnis di kamar VVIP lainnya.
***
"Princess Aku yang nyetir saja," kata Billy sambil mengulurkan telapak tangan ke Dian.
"Baiklah," jawab Dian dan memberikan kunci mobilnya.
Billy membukakan pintu mobil disamping sopir untuk Dian terlebih dahulu, sebelum dirinya duduk di bagian kemudi.
Billy mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang menuju Apartemen Regal Residence.
"Billy. Di mana mobilmu?" tanya Dian.
"Mobilku di belakang sama sopir," jawab Billy dengan santai.
Dian menoleh ke belakang dan melihat ada sebuah mobil porsche warna hitam yang mengikuti mobilnya dengan jarak dekat.
"Princess. Aku sengaja membeli mobil yang sama denganmu. Kita kan couple," kata Billy seraya bercanda.
"Kamu sering ganti mobil dan di garasi pasti masih banyak mobil lainnya," ucap Dian.
Billy hanya tersenyum lebar mendengar perkataan Dian yang memang benar.
"Kenapa kamu bisa muncul di lounge hotel?" tanya Dian dengan nada menyelidiki.
"Dinner kita diganti besok malam, jadinya aku tidak ada tempat tujuan sehingga menyusulmu ke sana," jawab Billy dengan jujur.
Sebenarnya Billy bermaksud menunggu Dian di sekitar lounge bagian luar, sekaligus memberi kejutan kepada gadis muda itu atas kemunculannya secara tiba-tiba.
Pada saat Billy secara tidak sengaja melihat wajah marah Stefan yang menarik kerah baju salah satu pelayan pria, kemudian berlari cepat ke arah kamar VVIP, Billy berfirasat ada hubungannya dengan Dian sehingga menyusul Stefan.
"Pertemuan dadakan malam ini adalah jebakan Anggi sehingga aku harus hadir untuk membuka kedok busuknya. Aku janji besok pasti dinner sama kamu," ucap Dian.
"Oke princess. Besok aku jemput kamu di kantor?" tanya Billy.
"Oke. Besok aku minta David antarkan mobilku ke apartemen saja," jawab Dian.
***Ruang kantor Dian di Perusahaan Jayanata***
Dian duduk di depan meja kerja sambil membaca dokumen. Suara ketukan dari luar pintu membuat Dian menghentikan kegiatannya.
"Masuk!" perintah Dian.
Anggi berjalan menghampiri meja kerja dan duduk di hadapan Dian.
"Ada apa wakil CEO Dian mencariku?" tanya Anggi dengan ketus.
Dian bersandar di kursi baru sambil melipat kedua tangan di depan dada dan menatap tajam Anggi dari atas kepala hingga ujung kaki.
Penampilan Anggi berbeda dengan biasanya. Tidak ada lagi rok pendek diatas lutut maupun kancing baju bagian atas yang terbuka. Anggi mengenakan kemeja lengan panjang dipadu syal yang melingkar lehernya serta rok hitam panjang.
"Apakah manajer Anggi sakit? Kenapa berpakaian tertutup?" tanya Dian.
"Iya. Aku tidak enak badan," jawab Anggi sambil menggertakkan gigi.
"Tidak kusangka Cokro cukup kuat melayani gadis muda sepertimu," ucap Dian.
"Sialan! Kamu lah yang seharusnya tidur dengannya," geram Anggi.
"Manajer Anggi berbaik hati memberiku hadiah sambutan. Tentu saja aku harus membalas dengan hadiah yang lebih besar," ujar Dian dengan santai.
"Apa maksudmu?" tanya Anggi. Manajer tidak tahu malu itu mempunyai firasat yang buruk saat ini.
Dian menarik laci meja kerja dan mengambil sebuah amplop coklat serta alat perekam suara ukuran kecil. Kedua benda itu diletakkan di hadapan Anggi.
"Jawabannya ada di sini," kata Dian.
Anggi segera menekan tombol alat perekam suara. Wajahnya pucat mendengar isi rekaman berupa percakapannya dengan Dian di kamar VVIP lounge.
Sebenarnya Dian merekam melalui jam tangan pemberian Chandra dan sengaja memindahkannya ke dalam alat perekam suara itu agar tidak ada yang mengetahui jam tangannya memiliki kegunaan lain.
Anggi membuka amplop coklat yang berisi beberapa lembar foto. Wajah Anggi berubah dari warna putih seperti kertas menjadi merah karena malu.
Semua foto mesra dirinya dan Cokro, yang di hacker oleh Dian melalui cctv lounge.
"Manajer Anggi. Jika aku menyerahkan semua bukti ini ke perusahaan maka akan ada penyelidikan secara menyeluruh semua proyek yang pernah kamu tangani," ujar Dian.
"Jangan wakil CEO Dian. Aku mengaku bersalah. Aku tidak akan melakukannya lagi," pinta Anggi.
"Aku harap manajer Anggi tidak mengulanginya lagi. Jika tidak, maka perusahaan akan mem-PHK kamu," ucap Dian.
"Baik wakil CEO Dian," jawab Anggi dengan cepat.
"Ini…" lanjut Anggi sambil menunjuk kedua barang bukti yang berada di atas meja.
"Kamu boleh membawanya sebagai kenang-kenangan. Aku memiliki copy an yang banyak," jawab Dian.
"Sialan!" batin Anggi.
"Aku permisi dulu!" ucap Anggi sambil berdiri dari kursi dan menyambar amplop yang berisi foto buruknya.
Dian tersenyum kecil melihat punggung Anggi yang menghilang dengan cepat dari pandangannya.
"Anggi! Kesempatan hanya satu kali saja. Jangan cari mati lagi!" gumam Dian.
Dian tidak memecat Anggi saat ini karena proyek yang ditangani oleh Anggi mencapai jumlah sepuluh proyek. Jika Perusahaan Jayanata melakukan penyelidikan secara menyeluruh maka hasil terburuknya akan membuat nama perusahaan menjadi jelek.
Dian sudah memerintahkan David untuk melakukan penyelidikan secara diam-diam terhadap 10 proyek kerjasama itu. Jika memang ditemukan adanya penyelewengan maka sepuluh perusahaan itu akan di black list selamanya oleh Perusahaan Jayanata dan juga anak Perusahaan Wijaya lainnya.
***
TERIMA KASIH SEMUA DUKUNGANNYA BAIK BERUPA VOTE, HADIAH, LIKE, TIPS IKLAN DAN KOMENTAR POSITIF.
SALAM SAYANG
AUTHOR : LYTIE