Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang perempuan setelah berpisah dari orang yang dicintainya. Namun, takdir berkata lain karena ada kisah lain yang muncul setelah mereka berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 19
Senja merasa kesal dengan perkataan Hazel padanya. Baginya itu sudah sangat keterlaluan.
.
.
"Anak- anak sekian pelajaran hari ini. Jangan lupa kerjakan tugas kelompok kalian ya. Kalian sudah tahu kan kelompok kalian masing- masing. Tugasnya dikumpulkan besok sebelum jam 10 pagi. Sampai berjumpa di pelajaran berikutnya. Selamat siang." Ucap Pak Bowo selaku guru Matematika mereka, kemudian pergi meninggalkan kelas.
Lagi- lagi, Senja dan Hazel berada di satu kelompok bersama 3 orang teman mereka yang lain. Mau tidak mau, demi nilai, Senja harus dewasa dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa dengan Hazel.
Setelah jam sekolah selesai, terlihat kelompok Senja sedang berkumpul, kecuali Hazel.
"Jadi guys. Karena tugasnya dikumpulin besok, harusnya hari ini kita kerjakan. Tapi sore ini gue ngga bisa. Gue musti temenin nyokap ke salon." Ucap Cindy, salah satu anggota kelompok mereka.
Sedangkan Hazel tidak terlihat karena dia memilih untuk pulang terlebih dulu. Karena dia Hazel, maka tidak ada seorangpun yang berani melarangnya.
"Yaaa. Gue juga nih. Sore ini ngga bisa. Gue mau antar bokap nyokap gue ke bandara. Mereka mau ke luar negeri soalnya." Octa juga menolak.
"Gimana ya? Hazel juga udah balik duluan kan? Kalo dia sih gue yakin, dia juga sibuk." Lanjut Cindy.
"Aish. Gue juga ngga bisa nih. Hari ini gue mesti ikut les Skateboard. Emmm... Senja, gini aja. Lo kan paling pinter nih di antara kita semua. Jadi, bisa ya lo kerjain dulu tugas ini sendiri? Secara, kita semua sibuk. Benar- benar ngga ada waktu buat ngumpul dan kerja tugas. Kalo lo kan beda." Usul Ryan sombong.
Senja hanya terdiam mendengar semua alasan mereka. Dia mengerti maksud dari semua alasan teman sekelompoknya.
"Ya udah ngga apa- apa. Biar aku kerjain." Senja mengalah.
"Nahhh. Gitu dong. Anak beasiswa emang harus sepeka itu." Cindy senang sembari merangkul Senja.
"Nih. Buat lo jajan. Biar semangat kerjain tugasnya. " Octa menyodorkan beberapa lembar uang seratus ribu.
"Ngga usah. Kalo gitu aku pergi dulu." Senja menolak.
"Ooh ya udah. Jangan lupa ya tulis nama-nama kita." Lanjut Octa.
Senja kemudian pergi meninggalkan Cindy, Octa dan Ryan yang tersenyum puas.
.
.
Sore harinya menjelang maghrib, Senja sedang duduk di teras rumahnya. Di hadapannya sudah ada laptop dan beberapa tumpukan buku. Dia akan menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan oleh guru mereka.
Walaupun menurut Senja tugas itu mudah, tapi tetap saja butuh waktu untuk menyelesaikannya seorang diri.
"Ayo. Semangat Senja." Ucapnya menyemangati diri sendiri.
Saat sedang serius mengerjakan tugas, tiba-tiba ada yang datang ke rumahnya.
"Permisiii."
Senja berbalik. Dan betapa terkejutnya dia, karena yang datang, rupanya Jansen dan Hazel.
"Eh. Kak Jansen, Hazel. Kok bisa??" Senja kebingungan.
"Ini teman kamu kan Senja? Tadi ngga sengaja papasan di ujung gang dan dia nanya rumah kamu di mana, katanya dia teman kelas kamu mau ngerjain tugas kelompok." Jelas Jansen.
"Ah iya Kak. Dia teman saya. Terimakasih sudah mengantarkannya."
"Ya udah. Kalo gitu, saya permisi ya. Salam ya untuk Ayah dan Ibu kamu." Pamit Jansen.
"Iya kak. Nanti Senja sampaikan."
"Makasih ya udah antar gue ke sini." Ucap Hazel.
Jansen mengangguk kemudian pergi meninggalkan Senja dan Hazel.
"Jadi di sini rumah kamu?" Ucap Hazel sambil melihat-lihat rumah Senja.
"Kenapa? Mau kamu tertawakan rumahku? Atau mau kamu ceritakan ke teman-teman kita kalau rumahku jelek?"
"Apaan sih. Negatif aja pikirannya." Hazel kesal.
"Trus apa mau kamu ke sini?"
"Ya apalagi? Ngerjain tugaslah."
"Ha..?" Senja terkejut.
"Ha he ha he. Kenapa emangnya?"
"Bukannya tadi kamu udah pulang duluan? Kita semua kira kamu ngga akan mau tahu dengan tugas kelompok ini."
"Ya itu karena tadj gue buru-buru mau jemput Mama gue di bandara. Tadi pas gue tanya ke Ryan katanya lo sukarela mau ngerjain tugasnya sendiri." Hazel menjelaskan.
"Dia bilang begitu?"
"Ya."
"Dan kamu percaya?"
"Ngga. Gue tau mereka anak yang kayak gimana."
"Terus kenapa kamu datang ke sini? Bukannya kamu sama dengan mereka?"
"Aku berbeda. Mama ngajarin aku buat bertanggungjawab sama pekerjaan sekecil apapun itu." Hazel serius.
Senja diam mendengar ucapan Hazel yang sungguh-sungguh.
"Ya sudah. Aku juga baru mau mulai mengerjakan tugasnya."
Hazel kemudian masuk ke teras rumah Senja dan mereka duduk berdampingan dan mulai mengerjakan tugas. Keduanya terlihat serius.
"Eeeh ada tamu ya?" Sapa Ibu Senja ketika hendak keluar dari rumah.
"Ha.. Halo Tante. " Hazel menghampiri dan mencium tangan memberi salam.
"Udah lama? Senja kok ngga suguhin minuman? Kamu ya.." Ibu Senja ramah.
"Teman Senja juga baru tiba, Bu. Bentar lagi baru Senja buatin minumnya." Senja membela diri.
"Ya sudah. Kalian lanjutin ya kerja tugasnya. Ibu mau lanjut masak dulu. Senja, sebenarnya itu... " Ibu Senja menggantung ucapannya.
"Ada apa Bu?" Tanya Senja.
"Ibu kepengen banget makan jagung bakar yang di taman itu loh. Tadi Ibu mau minta tolong kamu belikan buat Ibu. Tapi Ibu ngga tau kalo teman kamu ada di sini." Ibu menjelaskan.
"Ooh. Ya udah. Biar Senja belikan buat Ibu."
"Aku ikut ya. Aku juga pengen jagung bakar." Hazel memotong pembicaraan.
"Ngga usah. Kamu di sini aja. Dekat aja kok di sebelah gang."
"Senja. Biarkan teman kamu ikut. Ini juga udah malam."
"Baik Bu. Senja pergi dulu.
Keduanya segera melangkah ke arah taman untuk membeli jagung bakar. Hazel ingat saat Mamanya mengirim lokasi untuk didatangi, dan ternyata dia melihat Mamanya sedang makan jagung bersama Senja.
" Tadi kamu ke sini dengan apa?"
"Tuh. Mobil gue parkir di pinggir taman." Tunjuk Hazel.
Keduanya terlihat sambil bercerita dan kembali ke rumah.
Hazel sangat menikmati suasana yang baru pertama kali dirasakannya itu. Menurutnya, itu hidup yang seharusnya. Normal dan tidak banyak aturan.
Keduanya lanjut mengerjakan tugas sambil memakan jagung bakar yang dibeli dan juga beberapa camilan dan minuman yang disuguhkan Ibu Senja.
Sesekali mereka saling mengeluarkan pendapat dan tak jarang mereka dan tanpa sengaja terjadi kontak fisik.
"Senja. Ajak teman kamu. Kita makan malam dulu." Ibu Senja tiba-tiba datang.
"Ngga usah Bu. Ini bentar lagi tugasnya selesai dan aku pulang." Hazel menolak.
"Ngga usah, Bu. Lidah orang kaya ngga sama dengan lidah kita." Senja kesal.
"Astaga. Bukan gitu maksud Hazel Bu. Ya... Ya udah. Hazel mau makan malam bareng." Hazel merasa bersalah dan akhirnya menerima tawaran itu.
"Ya. Syukurlah. Ayo ke dalam."
Mereka bertiga duduk di meja makan milik keluarga Senja. Hazel terlihat sangat kagum dan terharu. Mereka hanya bertiga, karena Ayah Senja sedang keluar kota.
"Ibu cuma masak segini. Silahkan dinikmati ya Nak Hazel."
"Makasih ya Bu. Ini udah lebih dari cukup."
Hazel terlihat sangat menikmati makan malam sederhana itu. Ini pertama kalinya Hazel makan masakan rumahan khas. Dia benar-benar sangat menikmati. Senja tersenyum melihat Hazel menikmati makanannya.
.
.
Tugas baru saja mereka selesaikan dan Hazel akhirnya pamit pulang. Senja berinisiatif mengantar Hazel ke mobilnya. Walaupun sempat ditolak, Senja tetap kekeuh.
"Senja. Maafin gue ya." Hazel membuka percakapan ketika di jalan.
"Buat apa?"
"Buat ucapan gue kemarin di atap sekolah. Gue salah. Ngga seharusnya dan sepantasnya gue ngomong gitu ke lo."
Senja diam mendengar permintaan maaf itu.
"Guee guee cuma kesal." Lanjut Hazel.
"Kesal? Kenapa? Apa yang udah aku perbuat sehingga kamu kesal?" Senja bertanya.
"Guee Gue ngga tahu. Tapi gue beneran kesal saat liat lo sama Angga, kakak kelas kita."
"OMG Hazel. Kenapa kamu bilang gitu ke dia? Apa yang kamu harapkan? " Hazel merutuki dirinya dalam hati.
"Ha...? Apa sih maksud kamu?"
Hazel semakin bingung dengan kalimat yang diucapkannya sendiri. Dia tidak bisa lagi menahan diri. Tepat di ujung lorong yang cukup gelap, Hazel menarik tangan Senja. Mereka kini berhadapan.
"Senja.. " Hazel menatap mata Senja.
Cupp..
Tanpa melanjutkan ucapannya dia tiba-tiba menunduk dan langsung mengecup bibir Senja.
Senja terkejut karena tiba-tiba dicium oleh Hazel.
Matanya terbelalak. Dia mematung seketika.
Hazel yang jadi salah tingkah kemudian segera berlalu dari hadapan Senja. Kejadian itu terjadi begitu cepat.
Mereka pulang dengan perasaan tidak menentu dan tidak karuan. Ada sesuatu yang sangat jelas mereka rasakan, namun sangat sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.
.
.
BERSAMBUNG...
Semangat berkarya yaa... 💕
dikasih space kak