Akira yang selalu tersenyum ceria tiba-tiba berperilaku aneh, namun keanehan Akira tertutupi dengan sikap Akira yang usil, dan selalu menjadi biang kerok kerusuhan.
Padahal keanehan Akira semua berawal dari tragedi dua tahun silam, impian dan harapannya hancur dan ia mengubur lukanya dalam-dalam seorang diri.
Akan kah Akira bisa bangkit kembali? ataukah akan terus sembunyi dibalik topeng senyum cerianya?
Bagaimana Akira akan menghadapi sebuah kenyatan yang membuat hatinya dilema? Karena apa pun pilihannya akan berkibat buruk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cutnyak_fenty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menangislah Akira
Disepanjang perjalanan Akira diam termenung, supir Taxi berulang kali menanyakan alamat yang akan dituju. Akira selalu menjawab "Jalan aja Pak".
Supir yang baik hati, memaklumi keadaan Akira yang memang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Taxi melaju dengan pelan, mengelilingi taman kota. Berharap dengan keindahan taman yang ada di tengah kota, dapat mengurangi beban si penumpang.
Di sebuah pohon Aksia yang rindang, Akira duduk bersandar di sebuah bangku panjang yang terbuat dari besi. Rumput yang dipijaknya indah terawat dengan bunga-bunga yang tak kalah indah tertata.
Akira hanya ingin berdiam diri, memanjakan mata dengan keindahan alam, merasakan kesejukan udara bersih yang berhembus.
Entah yang keberapa kali HP nya bergetar namun tak ingin dia gubris, bahkan ia malas untuk melihat siapa yang menghubunginya berulang kali. Pasti Mona atau Maman yang menghubunginya, karena hari ini ia bolos kuliah.
Pikirannya kalut, ia tidak tau kemana harus melangkah untuk menenangkan hatinya, beruntung tadi ia bertemu dengan sopir Taxi yang baik.
Semua keputusan yang di ambilnya berakhir dengan kesalahan, padahal ia hanya ingin memberikan yang terbaik. Cintanya gagal, sebagai seorang adik ia pun gagal menjadi adik yang baik, apa lagi menjadi seorang anak, Akira juga merasa gagal.
Akira mendesah dalam keputus asaannya, bukan bahagia yang ia beri untuk orang-orang terdekatnya malah derita dan sakit hati yang ia suguhkan.
Belum lagi melihat tatapan tidak suka ibu terhadapnya dari kemarin, membuatnya sedih. Bagaimana Akira bisa bertanya apa salahnya jika berbicara dan bertemu Akira saja Ibu malas.
Ditatapnya langit yang mulai berubah, awan yang tadinya putih bersih mulai berganti abu-abu pekat. Angin yang berhembus mulai terasa kencang dan dingin.
Orang-orang yang ada ditaman satu persatu beranjak pergi karena cuaca yang mulai berubah, tapi Akira masih tetap duduk di tempat semula. Ia enggan untuk pergi karena ia memang tidak tau harus pergi kemana.
Guntur bergumuruh dilagit yang mulai pekat, menggelegar memecah alam. Satu persatu titik air mulai jatuh membasahi bumi. Perlahan tapi pasti titik-titik air berubah menjadi hujan lebat menyatu dengan deru angin.
Akira tetap duduk dibawah pohon Akasia, hujan tak membuatnya bergeming. Wajahnya sendu menyirat kelukaan yang dalam, tapi tak setitik pun air matanya jatuh.
Terbiasa dengan selalu tersenyum, Akira bahkan terkadang lupa menangis harus dimulai dari mana. Sesak yang dirasa didadanya seolah merampas semua oksigen yang dihirupnya. Akira memukul-mukul dadanya pelan, berharap sesuatu yang menghimpit dadanya menghilang.
Bajunya sudah mulai basah kuyup, bahkan udara mulai terasa dingin menusuk kulit. Akira dengan wajah sendu masih tetap di tempatnya menatap kosong diantara rinai hujan.
Sepasang tangan melingkar di bahunya,merengkuhnya dalam pelukan. Berucap pelan ditelinganya. "Menangislah Akira....".
Kata-kata itu bagai kan mantra sihir yang sangat ampuh, cairan bening mulai mengembun di matanya, perlahan mengalir deras bagaikan air sungai yang bobol dari bendungan.
Akira menangis dalam kesakitannya, meraung dalam bisingnya deras hujan. Semua kesedihan yang ia tahan tertumpah tak bisa di bendung, kesedihan yang menggerogoti jiwanya.
Dalam tangisnya ia melihat wajah Raisha, Ayah dan Ibu. Wajah-wajah yang sangat ia cintai, Ia bahkan merelakan cintanya untuk melihat keluarganya bahagia. Namun apa yang ia harapkan berbanding terbalik.
Akira bahkan rela menyakiti dirinya sendiri dari pada melihat kakaknya tersakiti namun pada akhirnya ia sendiri yang telah menyakiti kakaknya.
Bersyukur pada Ibu yang perduli kepadanya dengan setiap hari mengomelinya, walaupun terkadang ada rasa cemburu dihatinya karena kasih sayang Ibu tak sepenuh seperti ibu menyayangi Raisha. Namun tanpa ia tau salahnya apa, Ibu yang sangat ia cintai memandangnya dengan tidak suka.
Dibawah guyuran hujan lebat Akira menagis pilu, tangisannya tak ada seorangpun yang tau tersamar dengan deru hujan dan angin. Hanya Haikal yang tahu, bagaimana terlukanya Akira. Hatinya begitu remuk ketika melihat Akira duduk sendiri dengan wajah sendu, menatap hujan hampa.
🤗 maaf telat up🤗
salam sayang dan sehat selalu 😘🥰
jangan lupa 👍👍
semoga semakin banyak yg bacaa..
Salam sayang dan sehat selalu 🤗
sampe2 d ketawain ma misua.. hhh
semangat othor krya yg bagus semoga ssllu sukses
makanya dia g mau sarapan..Akira menghindari laki2 itu...atau jangan2 Akira suka dgn laki2 itu yg statusnya pacar kakaknya🤔🤔