Idzam Maliq Barzakh seorang pengusaha muda yang sukses dalam karir nya namun tidak dalam urusan asmara. Karena jenuh dengan kisah asmaranya yang selalu bertemu wanita yang salah, ia berganti profesi menjadi penjual kebab di sebuah mini market atas saran sahabatnya Davin. Ia ingin mencari Bidadari yang tulus mencintainya tanpa memandang harta. Namun perjalanan kisah cintanya ketika menjadi penjual kebab selalu mengalami kegagalan. Karena rata-rata orang tua sang wanita langsung tidak setuju ketika tahu apa profesi Izam sebenarnya. Mereka beralasan jika anak mereka menikah dengan Izam akan menderita dan melarat karena tidak punya harta dari menjual kebab tersebut. Karena hampir putus asa, ia di sarankan sahabatnya fahri untuk tinggal di sebuah pesantren sederhana untuk memperdalam ilmu agama dan di sana lah ia bertemu bidadari yang sesungguhnya yang mau menerimanya apa adanya bukan ada apanya.
Mohon untuk tidak Boomlike teman-teman, untuk menghargai karya para author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurhikmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mama Lia sedih....
"Apa??!! " pekik Amay dengan agak keras.
"Kenapa aku yang mau di nikahkan, Bulek! Amay tidak mau menikah dengan pria tua! " ucap Amay dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"MasyaAllah, Nduk? Siapa yang mau menikah kan kamu dengan laki-laki tua? " sahut Bulek Saroh dengan geleng-geleng kepala.
"Terus Amay nikah dengan siapa, Bulek? " tanya Amay dengan bingung.
"Dengan Babang Iz mu! " jawab Aulia yang masuk ke dalam kamar dengan membawa kotak obat.
"Apaaaa?? Yang benar itu Bulek? Kok bisa?? " teriaknya dengan wajah kaget.
Bulek Saroh pun menceritakan tentang bagaimana keadaan Amay tadi malam sewaktu di rawat Izam dan Haikal. Ia juga menceritakan jika mereka sempat berpikiran yang tidak-tidak ketika melihat Izam ada di kamar Amay sambil berpegangan tangan karena mereka tidak tahu jika ada Haikal juga di dalam kamar ini.
Izam menawarkan diri untuk menikahi Amay karena ia tidak ingin Amay dan pesantren mendapat pandangan buruk dari orang-orang karena kejadian ini, walaupun hanya keluarga saja yang mengetahuinya.
Ia ingin berjaga-jaga menjaga Pesantren ini dan terutama sekali menjaga perasaan, harkat dan martabat Amay sebagai seorang perempuan dan pemilik pesantren ini.
"Pak lek dan Bulek yakin, Nduk! Jika Nak Izam insyaallah akan menjadi imam yang baik untuk mu dan keluarga mu nanti! " ucap Bulek Saroh dengan wajah serius.
"Kalau itu memang yang terbaik untuk Amay, Amay siap, Bulek! Amay siap di nikahkan Abang Iz ! " jawab Amay dengan mantap.
"Alhamdulillah ya Allah... " ucap Bulek Saroh dengan penuh syukur.
"Nah, karena sudah tidak panas lagi, lebih baik kamu mandi! Air mandi sudah di siapkan Aulia dari tadi ! " sahut Bulek Saroh lagi dengan penuh semangat.
Aulia membantu Amay untuk turun dari tempat tidur, kemudian membantunya ke kamar mandi secara perlahan. Sementara Bulek Saroh pergi keluar menemui suaminya untuk mengatakan jika Amay bersedia dan siap untuk menikah nanti malam.
🌿🌿🌿
Di asrama Ustadz dan Ustadzah...
Izam sedang menghubungi orang tuanya untuk meminta izin menikahi perempuan yang ia inginkan. Ia tidak mengatakan kenapa pernikahan ini dilakukan secara mendadak. Ia hanya meminta restu dari orang tuanya yang mana membuat Mama nya Shock dan sedih. Tapi Papa nya memberikan restu namun tidak bisa datang karena Mama nya tiba-tiba drop.
"Tidak usah kau pikirkan apa yang terjadi dengan Mama mu! Ada Papa yang akan menjaga Mama mu! Berikanlah Mamamu waktu untuk menerima semuanya, InsyaAllah Mama mu akan merestui pernikahan mu! Sekarang kau persiapkan mental mu untuk melakukan akad nanti, karena itu tidak segampang yang di lihat. Banyak-banyak menghapal dan istighfar agar nanti berjalan lancar tanpa ada hambatan. " nasihat Papa Idris dari seberang sana.
Izam memutuskan sambungan telepon nya dengan mengusap wajahnya dengan kasar.
"Bismillahirrahmanirrahim ya Allah.. Semoga ini yang terbaik untuk kami berdua! " gumam Izam pelan.
Ia keluar dari asrama untuk menemui Pak Kyai karena ada yang ingin ia sampaikan. Di jalan ia bertemu dengan teman sekamarnya Ustadz Farhan yang hendak kembali ke asrama.
"Assalamualaikum, Mas Izam! " tegur Ustadz Farhan.
"Waalaikumsalam, Ustadz.. " jawab Izam dengan ramah.
"Maaf Mas Izam, Mau tanya? Apa benar nanti malam Mas Izam akan menikahi Ning Amay? Dan meminta saya sebagai saksi dari pihak Mas Izam? " tanya Ustadz Farhan agak hati-hati.
"Benar Ustadz! Apakah Ustadz keberatan? " jawab Izam dengan bertanya kembali.
"Astaghfirullah hal adzim... Tentu saja tidak Mas! Hanya saja saya ingin memastikannya langsung agar tidak salah dengar! Malah saya agak minder ketika Pak Kyai bilang jika Mas Izam meminta saya menjadi saksi dari pihak Mas Izam. Saya merasa tidak pantas menjadi saksi pernikahan, apalagi pernikahan pemilik pesantren ini! " ucap Ustadz agak sungkan.
"Jangan seperti itu Ustadz! Siapa yang bilang Ustadz tidak pantas? Karena bagi saya Ustadz pantas untuk menjadi saksi pernikahan saya! " jawab Izam membesarkan hati Ustadz Farhan.
"Alhamdulillah kalau Mas Izam tidak malu menjadikan saya saksi pernikahan ini! InsyaAllah saya bersedia menjadi saksi dari pihak Mas Izam! " ucap Ustadz Farhan dengan mantap.
"InsyaAllah saya tidak akan pernah malu Ustadz! Alhamdulillah ya Allah... Ustadz sudah mau menerima permintaan saya! " sahut Izam dengan wajah lega.
"Sama-sama, Mas Izam! Kalau gitu, saya kembali dulu ke asrama! " jawab Ustadz Farhan pamit.
"Iya Ustadz, silahkan! " ucap Izam mempersilahkan Ustadz Farhan pergi.
Izam melanjutkan perjalanan nya menemui Pak Kyai untuk menanyakan beberapa hal.
"Assalamualaikum Pak Kyai ! " panggil Izam di depan pintu rumah Pak lek Rohim.
"Waalaikumsalam, eh ada Kak Izam! Kakak mau ketemu Abah ya? " ucap Haura sambil membalas salam Izam.
"Iya, Pak Kyai nya ada? " jawab Izam sambil bertanya juga.
"Ada, Kak! Abah lagi di belakang, Haura panggilin dulu ya? Kakak tunggu di sini! " jawab Haura sambil berlari kebelakang memanggil Abah nya.
Tidak lama kemudian, Pak Kyai datang dengan membawa beberapa buku yang ada di tangan nya.
"Nah, ini beberapa buku yang harus kamu baca sebelum menikah. Ini ada beberapa panduan dalam menjadi seorang suami di dalam islam. Agar kamu punya pedoman dalam menjalankan rumah tangga mu nanti! " ucap Pak Kyai sambil menyodorkan beberapa buku ke hadapan Izam.
"Terimakasih banyak Pak Kyai! Oh ya, saya mau tau nama lengkap Amay agar saya bisa menghapal ijab qabul nanti dan tidak salah sebut nama! " tanya Izam sambil mengucapkan terimakasih.
"Nama Amay adalah Sumayyah Binti Rahman Atmanegara, seperti yang tertulis di kertas yang waktu itu di selip di selimut bayi Amay! " jawab Pak lek Rohim dengan wajah sendu.
"Terimakasih banyak Pak Kyai atas jawaban nya! Oh ya, ngomong-ngomong Amay meminta mahar apa Pak Kyai? " tanya Izam lagi kepada Pak lek Rohim.
"Tunggu sebentar ya Nak Izam! Akan saya panggil dulu istri saya, biar dia yang menyampaikan kepada Amay mau mahar apa? " jawab Pak lek Rohim dengan memanggil istrinya.
Cukup lama Izam menunggu Bulek Saroh menemui Amay di temani Pak lek Rohim. Tidak lama kemudian, Bulek Saroh datang dan duduk di samping Pak lek Rohim.
"Nak Izam, pesan Amay ia meminta mahar yang tidak memberatkan Nak Izam. Ia juga meminta mahar bacaan surah Ar-Rahman ayat 1-10.Itu saja yang Amay mau! Apakah Nak Izam bersedia dan sanggup mengabulkan nya? " ucap Bulek Saroh sambil bertanya kepada Izam.
"Bismillahirrahmanirrahim... InsyaAllah saya bersedia dan sanggup Bu Nyai ! " jawab Izam dengan mantap.
"Alhamdulillah ya Allah.... " ucap Bulek Saroh dan Pak lek Rohim berbarengan.
"Nak Izam, mulai sekarang panggil Bulek saja seperti Amay! Karena sebentar lagi kan Nak Izam akan menjadi keponakan kami juga! " ucap Bulek Saroh dengan tegas.
"Betul itu ! " sahut Pak lek Rohim ikut mengiyakannya.
"Baik Bu Nyai eh Bulek... " jawab Izam dengan sungkan.
"Tidak apa-apa, nanti juga terbiasa! " sahut Pak lek Rohim dengan tersenyum kecil.
Setelah mendapat jawaban akan mahar, Izam pun undur diri pamit karena harus bersiap-siap mempersiapkan diri dan mental untuk acara akad nikah nanti malam.
🌿🌿🌿
Jakarta...
Mama Lia menangis sedih meratapi nasibnya yang gagal menjadikan Amay menantu nya. Ia begitu sedih karena putra kesayangannya menikahi perempuan lain.
"Ma, udah dong nangis nya? Ntar ilang loh cantiknya?" bujuk Papa Idris dengan sedikit bercanda.
"Biarin, Mama gak perduli mau cantik apa nggak! Mama sedih Pa, Mama sayang banget sama Amay! Mama pengen Amay yang menjadi menantu Mama, bukan yang lain! " ucap Mama Lia dengan penuh linangan air mata.
"Walaupun Amay gak jadi menantu kita, tapi kita kan sudah menganggap Amay seperti anak kita sendiri, Ma! Jadi Mama jangan bersedih! Ini sudah menjadi takdir dari yang kuasa Maliq menikahi perempuan lain, bukan perempuan yang kita inginkan selama ini! " nasihat Papa Idris dengan bijak.
Mama Lia masih saja menangis tersedu-sedu mendengar nasihat Suaminya. Ia masih belum bisa menerima Amay gagal menjadi menantu kesayangan nya.
Tiba-tiba saja ponsel Papa Idris berdering, Papa Idris mengangkat nya dan berbicara dengan serius dengan yang menelpon. Tampak wajah Papa Idris berubah menjadi sedih dan sendu setelah menerima panggilan tersebut.
"Ma, ayo kita bersiap-siap! Iswara baru saja menghubungi, katanya Salim mengalami kecelakaan dan sekarang kritis di rumah sakit! Ayo kita ke sana, kasihan Iswara sendirian sambil mengurus anak-anaknya! " ucap Papa Idris dengan sedih.
"Astaghfirullah hal adzim Pa?? Ya udah, ayo kita siap-siap dulu! " jawab Mama Lia dengan nada khawatir.
Mereka pun bersiap-siap pergi keluar kota menemui salah satu putri kembar mereka yang baru saja tertimpa musibah. Papa Idris bahkan tidak luput memberitahu Izam tentang musibah yang menimpa kakaknya melalui pesan singkat.
🌿🌿🌿
Malam harinya...
Selesai sholat Magrib, semua santri dan para ustadz dan ustadzah tidak membubarkan diri karena mereka akan menyaksikan akad nikah pemilik Ponpes Mutmainnah yaitu Ning Amay.
Amay sudah siap dengan memakai pakaian pengantin milik Uminya yang masih tersimpan rapi. Ia begitu cantik dan anggun memakai pakaian tersebut, meskipun pakaian tersebut pakaian lama, namun masih terlihat bagus dan cerah karena memang selalu di rawat Umi Amay semasa hidupnya.
"MasyaAllah.... Cantik sekali keponakan, Bulek? Akhirnya sampai juga Bulek di masa seperti sekarang ini! " ucap Bulek Saroh sambil menyeka air mata yang keluar dari sudut matanya.
"Iya, cantik banget sahabat aku ini! Gak nyangka banget kalau ia yang nikah duluan! " sahut Aulia ikut-ikutan terharu.
Amay tersipu malu di puji sedemikian rupa oleh semua orang yang memandangnya selain Bulek Saroh dan Aulia.
"Ya Allah... Ridhoi lah dan berkahi lah pernikahan ku ini! Jadikan ini pernikahan yang pertama dan terakhir buat ku ! Jadikanlah pernikahan ini pernikahan yang sakinah mawaddah dan warahmah sesuai dengan tuntunan mu ya Allah! " batin Amay dalam hatinya.
Bersambung...
Selamat membaca dan selamat beristirahat readers semuanya...
Semoga hari kalian menyenangkan 💕😍..
tulisannya juga nggak banyak yang salah.
sampai di sini belum kelihatan tanda-tanda mau tamat.
sebetulnya akan bagus kalau dibuat season 1,2,3 dst
begitu kak..
maaf ya 🙏🙏