Dania dan Alvin menjalani pernikahan palsu, kebahagiaan mereka hanya untuk status di media sosial saja, pelarian adalah cara yang mereka pilih untuk bertahan, di saat keduanya tumbuh cinta dan ingin memperbaiki hubungan, Laksa menginginkan lebih dari sekedar pelarian Dania, dan mulai menguak satu demi satu rahasia kelam dan menyakitkan bagi keduanya,
Apakah Dania dan Alvin masih bisa mempertahankan rumah tangganya? Atau memilih untuk menjalin dunia baru?
Ikuti kisah cinta Dania dan Alvin yang seru dan menengangkan dalam cerita ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noesantara Rizky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26 Pak Dhanu Vs Nila
Pak Dhanu membanting pintu mobilnya karena masih kesal dengan sikap Dania. Perempuan itu berbeda dengan Alvin yang akan luluh dan melemah bila sudah ditekan soal harta serta reputasi. Hal ini membuat lelaki tua tersebut harus berpikir cepat agar rencananya berhasil.
Sampai saat ini, dia dan anak buahnya juga masih belum berhasil masuk ke dalam rumah peninggalan orang tua Putri dan Dania, siapapun orangnya tetap saja susah. Bahkan dengan cara halus dan kasar sulit sekali ditembus, entah sistem keamanannya terbuat dari apa.
Lelaki itu masih melihat padatnya Kota Jakarta dari atas jalan layang. Mobil-Mobil terlihat berdesakan berebut jalan mengejar waktu, seperti halnya Pak Dhanu yang dalam kepalanya menumpuk begitu banyak akal tetapi setelah ditelaah berujung kegagalan pada akhirnya.
“Maaf Pak, sudah lihat media sosial tentang perempuan itu?” Tanya Supirnya sambil memegang setir dan melihat spion kanan serta kiri.
“Siapa?” Jawab Pak Dhanu yang mengalihkan perhatiannya dari jalan ke supirnya.
“Lebih baik, Bapak buka dulu media sosial, bisa jadi muncul di beranda!” Kata Supir yang melihat spion atas.
Pak Dhanu mulai membuka media sosialnya, benar saja kabar mengenai Nila yang diminta turun oleh para pemegang saham, telah mencuat. Ada begitu banyak spekulasi, mulai dari statement perempuan itu yang merupakan konspirasi, hingga siapa penggantinya nanti.
“Ini kabar yang cukup baik, antarkan saya ke kantornya!” Suruh Pak Dhanu.
Kantor Nila sendiri tidak terlalu banyak berubah, para pekerja masih datang seperti biasa. Namun mereka sekarang lebih senang membicarakan siapa pengganti Nila, sebenarnya perempuan itu mendengar apapun, tetapi dia lebih banyak diam dan tersenyum.
Baru setelah tiba diruangannya, ada saja tingkahnya mulai dari memukul sofa, merobek-robek kertas, sampai berteriak keras di kamar mandi yang di desain khusus untuj quality timenya terutama, saat ada jadwal meeting padat.
Nila sendiri sudah ada di ruangannya, kondisinya cukup tenang, hanya masalah Dania yang menelponnya dan menyuruh untuk tidak memberikan perhatian lebih ke Alvin. Perempuan itu merasa tak mampu membalas perkataannya karena situasi sedang tidak baik baginya.
Dia remas kedua tangannya, tubuhnya bergetar, “Perempuan itu sudah berani mengatur-atur aku! Ini nggak boleh dibiarkan,” Nila memegang kedua pinggangnya dan menghela nafas sekali.
Nila bangkit dan berjalan ke arah jendela, “Kamu hanya beruntung, karena ada masalah lebih penting, kalau nggak, pasti sudah habis!”
Kekesalannya semakin menjadi karena Alvin masih belum mau membalas pesan darinya. Dia hanya membaca, bahkan saat ditelepon juga dibiarkan saja, perasaan Nila mengatakan kalau Alvin sudah jatuh hati kepada Dania.
“Ini nggak boleh terjadi, dia harus bertanggung jawab!” Kata Nila yang kembali menelpon Alvin tetapi masih dengan jawaban yang sama.
Nila mematikan handphonenya, dan ingin membanting ponsel tersebut. Namun, dia masih mampu menahannya, karena harga gawai tersebut cukup mahal, dia kembali duduk dan minum satu gelas air putih agar dirinya tenang.
“Kring… Kring… Kring…!” Bunyi suara telepon.
“Ya!” Jawabnya sedikit ketus.
“Ada tamu bu,” Kata Receptionist di bawah
“Siapa?” Tanyanya
“Pak Dhanu,”
“Suruh masuk!” Kata Nila yang menutup telponnya.
Setelah beberapa detik, dia baru sadar bahwa Dhanu Arya Wijaya datang. Seketika beberapa pertanyaan muncul, untuk apa dia menemuinya, mungkinkah akan mengancamnya karena dia sudah tahu hubungannya dengan Alvin?
Tak butuh waktu lama setelah telepon itu ditutup, Pak Dhanu sudah tiba bersama.receptionist, wajahnya tersenyum dengan kaca mata hitam yang tak pernah lepas dari dirinya.
“Permisi Bu, ini Pak Dhanu!” Kata Receptionist.
“Baik, tolong minta OB buatkan teh,” Kata Nila.
“Baik, Bu!” Jawab Receptionist lalu pergi.
“Silahkan duduk, Pak!” Kata Nila yang jantungnya berdebar sangat kencang, dia benar-benar takut dan ragu, terlebih jika nanti ada kata yang tidak pas terucapkan.
“Terima kasih!” Kata Pak Dhanu.
“Saya tidak mau basa-basi, saya sudah tahu semua tentang Anda!” Kata Pak Dhanu yang duduk di sofa dan menatap tajam Nila.
“Oh, iya? Seberapa jauh Anda tahu tentang saya?” Kata Nila menjawabnya dengan tenang, walau nafasnya kini sedikit terhimpit.
“Sejauh hubungan kamu dengan Alvin, anak saya!” Kata Pak Dhanu yang membenarkan jasnya agar lebih nyaman.
“Saya mau mengajukan penawaran menarik,” Lanjutnya yang duduknya maju sedikit agar lebih dekat.
Nila tak menjawab hanya badannya sedikit membungkuk ke depan mendengarkan dengan seksama penawaran dari Pak Dhanu. Aliran nafasnya sudah cukup baik, dia kini mampu menguasai dirinya dan keadaan tanpa rasa takut atau ragu lagi.
“Kamu yakinkan Dania, kalau kamu dan Alvin tidak berselingkuh!” Kata Pak Dhanu.
“Tunggu… kenapa harus saya? Lagipula apakah perempuan itu akan percaya?” Tanya Nila yang menyilangkan kakinya dan kedua tangannya bersedekap.
“Saya akan sewa orang untuk menjadi kekasihmu, kamu tinggal mainkan sisanya,” kata Pak Dhanu
“Selanjutnya, akan ku angkat kau sebagai sekretaris Alvin, jadi hubungan kalian bisa jauh lebih aman!” Lanjutnya.
“Kalau saya tidak mau, bagaimana?” Kata Nila dengan nada pelan tetapi menunjukkan serangannya.
“Bukankah, tawaran ini sangat menguntungkan buat kamu? Di saat kamu harus turun dari jabatan, ada penawaran menarik seperti ini,” Kata Pak Dhanu yang mengangkat alisnya.
Pembicaraan itu terjeda, karena OB datang membawakan minuman. Keduanya memanfaatkan momen itu untuk saling menatap dan melihat bagaimana harus merespon atau menaklukkannya dengan kata-kata magis.
“Terima kasih, silahkan diminum!” Kata Nila yang menunjuk teh tersebut.
“Terima kasih,” Jawab Pak Dhanu mulai meminumnya.
“Tawaran Anda terlalu sederhana Pak Dhanu!” Kata Nila.
“Tanpa Bapak bantu, saya dengan mudah membereskannya,” lanjutnya yang dengan tersenyum tipis.
Pak Dhanu memicingkan matanya dan berkata dalam hati, “Perempuan ini lebih licik dari yang aku duga, sayangnya aku tak punya pilihan lain,”
“Apakah Anda yakin rencana itu akan berhasil?” Kata Pak Dhanu yang mulai menyerang dengan menatap mata Nila.
“Sial… Bapak satu ini!” Kata Nila dari dalam hati.
“Diam! Artinya kamu tidak yakin dengan rencanamu!” Kata Pak Dhanu
“Baiklah, saya tunggu kabar baiknya besok, pikir baik-baik, dan jangan pernah main-main dengan saya!” Lanjutnya yang kemudian beranjak pergi.
Setelah keluar dari ruangan itu, Pak Dhanu mengambil handphonenya, dia mengirim pesan kepada anak buahnya untuk mencari tahu rencana Nila dan memintanya untuk digagalkan apapun caranya.
Sementara itu, di ruangannya Nila masih duduk terdiam menggigit bibirnya, “Apa yang akan dilakukan oleh Pak Dhanu?”
Nila menghubungi semua orang yang akan membantunya besok dan berkata, “Saya tidak mau besok sampai gagal, apapun caranya!”
Nila memang belum pernah berhadapan langsung dengan Pak Dhanu. Namun, reputasi lelaki itu memang sangat kuat dan tanpa ampun, dia bisa mengubah apa saja sesuai keinginannya, sekuat dan seyakin apapun Nila, perempuan itu tetap saja ketakutan.