Keputusasaan yang membuat Audrey Cantika harus menandatangani perjanjian pernikahan yang dibuat secara sepihak oleh laki-laki berkuasa bernama Byakta Arsena.
"Lahirkan seorang anak untukku, sebagai tebusannya aku akan membayarmu lima miliar," ucap laki-laki itu dengan sangat arogan.
"Baik! Tapi ku mohon berikan aku uang terlebih dahulu, setelah itu aku akan melakukan apapun yang Tuan inginkan, termasuk melahirkan seorang anak," jawab Audrey putus asa.
Laki-laki itu mendengus saat Andrey meminta uang, ia berpikir semua wanita sama saja, yang mereka pikirkan hanya uang dan uang tanpa mementingkan harga dirinya.
Yuk ikuti terus!! ☺️☺️
Mohon bijak dalam memilih bacaan dan jika suka ceritanya silahkan tinggalkan like komen dan klik ♥️
Jika tidak suka bisa langsung tinggalkan, tanpa memberi komentar yang membuat penulisnya down 🙏☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifah_Musfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RLM bab 33
Bastian baru saja selesai mengurus peroses pemakaman Rayyan, semua tidak begitu sulit, ia memerintahkan anak buahnya untuk membantunya.
Bastian juga mengatur letak pemakaman Rayyan yang sengaja di buat tepat di sebelah makam ayahnya yaitu tuan Ahmed.
Setelah selesai semuanya, Bastian berniat menghampiri Byakta dan bibi Lauren di rumah sakit sambil melihat keadaan Audrey.
Namun saat akan sampai ke ruangan dimana Audrey sedang terbaring lemah, ia melihat sekelebat bayangan di lorong rumah sakit dan langsung bersembunyi kedalam ruangan lain.
'Melisa? Sedang apa dia disini?'
Bastian sengaja tidak mengubah sedikitpun air mukanya, seolah ia memang tidak melihat apapun, ia terus berjalan menghampiri Bibi Lauren yang tampak sedang berbincang dengan seorang dokter, namun nihil Byakta.
"Bas, kau sudah datang, Nak? Bagaimana sudah selesai semuanya?" tanya Bibi Lauren.
Bastian mengangguk sebagai jawaban, lalu tidak lama dokter wanita itu berpamitan dan mengatakan akan kembali beberapa jam lagi untuk memeriksa keadaan Audrey.
"Bagaimana keadaannya, Bi? Apa semua baik-baik saja? Dimana Byakta?" Bastian memberondong bibi Lauren dengan pertanyaan yang bernada khawatir.
"Audrey masih kritis, dia pendarahan hebat, bersyukur dokter bisa menanganinya. Sekarang Byakta sedang di dalam untuk melihatnya," jelas bibi Lauren sambil menyeka air matanya.
"Aku tidak percaya semua ini terjadi begitu saja, entah apa jadinya nanti ketika dia bangun dan menyadari adiknya sudah tidak ada," Bastian frustasi sendiri memikirkan nasib Audrey.
Bagaimana pun ia yang pertama kali tahu tentang kehidupan gadis malang itu, mungkin mereka tidak terlalu akrab, tapi Audrey lebih terbuka padanya.
Kerap kali Byakta bisa menunjukkan perasaannya saat dia dan Audrey bercengkrama di rumah untuk membahas hal remeh, Byakta sering kali terlihat cemburu.
"Kenapa dia bisa tertawa begitu lepas dengan mu? Tapi dia selalu ketus denganku," Bastian tersenyum saat mengingat itu semua.
Kehadiran Audrey berhasil membawa kembali sifat kekanakan Byakta, kekonyolan, serta senyum yang sudah lama menghilang.
Bibi Lauren menghela nafas, ia juga membayangkan akan seperti apa sedihnya gadis malang itu saat ia tahu semua sudah pergi meninggalkannya begitupun adiknya, satu-satunya seseorang yang ia punya di dunia ini.
Bibi Lauren juga sangat sedih mengingat janin yang sudah tidak lagi berada di dalam perut gadis itu, segala harapannya seperti musnah begitu saja.
Apalagi dokter yang juga sahabatnya mengatakan bahwa akibat dari pendarahan hebat itu, Audrey akan kesulitan jika ingin hamil lagi, rahimnya menjadi lemah.
Berbeda dengan Byakta, kini laki-laki itu sudah tidak lagi mengingat janin itu, yang ada didalam pikirannya saat ini adalah bagaimana caranya agar gadis yang sedang ia genggam tangannya itu keluar dari masa kritisnya.
"Ku mohon bertahanlah," lirih Byakta, ia menggenggam tangan Audrey dan ia letakkan di keningnya lalu sesekali mengecupnya.
"Aku akan menebus semuanya, kau berhak marah padaku yang lalai akan kewajibanku atas adikmu, tapi jangan tinggalkan aku, bertahanlah." Byakta mengecup lagi tangan gadis itu.
Tampak betapa pucatnya Audrey, seperti mayat yang sedang terbaring kaku, tubuh mungilnya menambah luka orang yang melihatnya.
Byakta terus berada di samping Audrey, ia meminta izin khusus pada pihak rumah sakit untuk tidak menerima seorang pun untuk menjenguk Audrey apapun alasannya termasuk bibi Lauren dan Bastian.
Ia tidak peduli protes dari bibi Lauren, ia hanya menjawab setiap kali bibi Lauren memintanya untuk tidak egois.
"Bibi yang memaksaku menerimanya, sekarang aku sudah menerimanya meski terlambat, biarkan aku melakukan apa yang harus aku lakukan, bibi pulanglah, datang kesini kalau Audrey sudah siuman," keputusan final Byakta saat berdebat dengan Bibi Lauren tadi malam.
__________
maaf ya guys, aku semalam gak update karena hilang jaringan.
jadi hari ini aku up 6 bab ya, tungguin 3 bab lagi nanti malam ☺️