Kebangkitan Anak Yang Tertukar

Sementara itu kedua orang tua mereka pergi menemui Daniella di apartemennya.

Tetapi, setelah beberapa kali mereka mengetuk dan menekan bel, tidak ada jawaban.

"Coba telepon." Suruh istrinya.

"Iya juga, kenapa aku lupa." Suaminya itu menepuk jidatnya sendiri.

Dia mengambil ponsel dari dalam saku jaketnya. Dan kemudian mencari nama Daniella.

"Hallo ayah..." Jawab suara di sana ketika beberapa detik tuan Wang menekan nomor Daniella.

"Daniella, kamu dimana? Ayah dan ibu ada di depan pintu apartemen mu."

"Waduh, kenapa tadi ayah tidak mengabari... Saat ini aku sedang makan malam bersama kakek Fang. Kami dekat taman hiburan. Soalnya kakek Fang kepingin melihat-lihat wahana permainan. Mungkin beliau merindukan masa-masa mudanya." Daniella menjelaskan dengan senyuman yang tidak lepas dari wajahnya.

Daniella membawa kakek Fang ketaman hiburan untuk bersenang-senang. Sekalian merayakan keberhasilannya mendapatkan nilai tertinggi saat ujian tes masuk universitas.

Ayah dan ibunya saling pandang, mendengar penjelasan Daniella. Lokasi taman hiburan cukup jauh dari apartemen Daniella. Karena taman hiburan di desain jauh dari gedung-gedung dan pemukiman. Karena untuk mendapatkan pemandangan yang indah di sekitarnya.

"Apakah ayah dan ibu hendak ke sini?" Tanya Daniella.

Ayah dan ibunya terdiam beberapa detik. Karena ayahnya adalah seorang pebisnis, yang tidak begitu menyukai keramaian yang terlalu padat seperti taman hiburan.

Dia lebih suka mengajak Daniella makan malam bersama di apartemennya, ataupun di sebuah restoran yang tidak dipenuhi dengan kebisingan.

"Bagaimana kalau kita kesana sekali ini?" Tanya istrinya. Dia juga ingin merayakan keberhasilan putrinya sekali saja.

"Um, baiklah." Tuan Wang mengangguk menyetujui perkataan istrinya.

"Daniella, kirim alamat mu sekarang. Ayah dan ibu akan ke sana." Akhirnya tuan Wang mengambil keputusan dan menyusul Daniella ke taman hiburan.

"Apakah orang tua kandungmu akan ke sini?" Tanya kakek Fang ketika Daniella telah menutup teleponnya.

"Ya, mungkin mereka ingin mengucapkan selamat, karena aku mendapat nilai tertinggi." Jawab Daniella.

Di dalam hatinya bergumam, 'Tentu saja mereka tidak melepaskan kesempatan itu. Karena aku telah mengenal watak mereka. Akan memanfaatkan orang yang bisa di gunakan.'

Dia memasukkan ponselnya ke dalam tas tangan dengan acuh. Dia tidak terlalu bersemangat atas kedatangan kedua orang tuanya.

Dia berpikir, bahwa kedua orang tuanya pasti merasa kecewa akan hasil dari nilai Olivia.

Apalagi telah beredar kabar di media sosial, bahwa Olivia berbuat curang dalam melakukan ujian. Tentu saja mereka tidak menggunakan Olivia dalam rencana awal mereka. Tetapi Daniella yakin, bahwa orang tuanya ini belum ingin mengeluarkan Olivia dari kediaman Wang, sebab sewaktu-waktu mereka bisa menggunakan Olivia untuk hal lain. Menikah karena bisnis misalnya.

Tetapi yang mereka tidak sadari, bahwa Olivia juga memiliki rencana terhadap keluarga Wang. Dan di kehidupan yang lalu, rencana Olivia yang berhasil. Karena keluarga kandung Olivia, terutama kakak lelakinya. Orang yang brutal dan kejam dalam melakukan hal kejahatan.

Sedangkan keluarga Wang, hanya memanfaatkan dalam berbentuk jasa atau kambing hitam. Karena mereka masih belum tega untuk sampai menyiksa Olivia, sehingga Olivia menganggap remeh keluarga Wang.

Tidak berapa lama, ayah dan ibunya sampai di tempat taman hiburan. Dimana Daniella dan kakek Fang sedang menikmati beberapa cemilan.

Beberapa kali Daniella mengajak kakek Fang untuk menaiki beberapa wahana. Tetapi kakek Fang tidak berani. Dia lebih suka melihat-lihat keramaian dan cahaya lampu yang terang benderang.

Itu mengingatkan dia ketika masa kecil. Dimana ketika itu, dia sangat menginginkan memasuki wahana hiburan. Tetapi, karena orang tuanya yang miskin dia hanya bisa melihat dari kejauhan. Bagaimana meriahnya lampu-lampu yang ada di wahana hiburan itu, membuat matanya terpesona.

Sepanjang perjalanan Daniella membawa kakek Fang berkeliling. Wajah kakek Fang penuh dengan keceriaan, dan tidak lepas dari senyum kagum. Baru sekarang matanya mendapat kepuasan. Dia berdiri lama untuk melihat beberapa permainan anak-anak, yang dulu dia ingin mainkan tetapi tidak bisa.

"Daniella!" Panggil ibunya, yang kini mendekat berjalan ke arahnya.

"Ibu, ayah, kalian sudah sampai?" Sapa Daniella tersenyum menyambut kedatangan orang tuanya itu.

"Apakah kau ingin menaiki salah satu wahana permainan itu?" Tanya ibunya. Karena dia mengira bahwa masa kecil Daniella tidak pernah menikmati wahana permainan seperti itu.

"Tidak ibu, kami ke sini hanya ingin makan malam dan menikmati suasana. Dan juga menikmati jajanan kuliner yang ada di taman hiburan ini." Jawab Daniella masih dengan senyum di bibirnya.

"Baguslah kalau begitu. Mari kita cari tempat duduk yang nyaman." Ucap ayahnya. Karena dia sedikit merasa risih dengan keramaian yang ada di situ. Apalagi orang yang lalu lalang selalu saling bergesekan satu dengan yang lain jika berpapasan. Karena jalanan yang ramai dan padat.

Daniella hanya mengangguk dan mengikuti langkah mereka.

"Ayah, ibu. Mengapa kalian menemui ku? Bukankah Olivia juga mendapatkan nilai terbaik? Apakah kalian tidak merayakannya?" Banyak pertanyaan di kepala Daniella. Karena merasa perbuatan seperti ini membuat dia bingung

Sebab, di kehidupan lalu. Orang tuanya ini tidak akan pernah berjalan-jalan bersama dengannya di suatu tempat.

Daniella sangat paham kebiasaan di keluarga Wang. Sedangkan tidak adanya keberhasilan apapun, mereka tetap mengadakan pesta di setiap akhir minggu.

Apalagi ini, Olivia yang mendapatkan nilai tertinggi kedua. Pasti akan mengadakan pesta besar-besaran.

"Tidak, tidak, Olivia sedang sakit. Jadi, tidak mengadakan perayaan apapun di rumah." Jawab ibunya dengan senyuman gugup.

Daniella hanya manggut-manggut, tetapi pikirannya tidak menyetujui. Karena dia tahu setiap orang pasti akan memiliki pikiran licik, apalagi keluarga Wang.

"Ngomong-ngomong, ibu dan ayah belum mengucapkan selamat kepadamu. Selamat ya atas keberhasilan mu dalam ujian dan mendapat peringkat pertama." Ucap ibunya sedikit canggung.

"Terima kasih atas ucapannya ibu, ayah." Jawab Daniella. Dia sebenarnya belum ingin menjadi salah satu warga di bagian itu.

"Oh ya, untuk keberhasilan mu ini. sudah ibu persiapan hadiah untuk mu. Ini hadiah yang aku berikan, harus di terima." Ibunya mengeluarkan kartu hitam kepadanya. Tentu saja Daniella tidak membuang kesempatan itu. Karena dari awal dia memang berniat ingin mengambil apa yang seharusnya jadi miliknya.

"Kalau hadiah dari ayah ambil ini ya." Ucap ayahnya sambil memberikan sebuah kunci mobil kepada adanya.

"Mobil?" Tanya Daniella

"Ya, Apakah kau bisa mengemudi?" Tanyak tuan Wang lagi.

"Aku bisa mengemudi, tetapi tidak begitu lancar." Jawabnya. Karena dia lebih menyukai memakai motor, karena selain perawatannya yang sederhana, dan juga tidak harus membayar pajak yang besar setiap tahunnya.

Itu semua karena Daniella sadar, bahwa dia belum memiliki pekerjaan yang tetap. Karena gaji dari part time-nya hanya bisa dia gunakan untuk kebutuhan makan mereka dan juga biaya sekolahnya. Kalau untuk membayar pajak sebuah mobil dia belum sanggup apalagi sepertinya ayahnya membelikan dia mobil sport keluaran terbaru.

Melihat wajah Daniella yang tidak terlalu menyukai hadiahnya. ayahnya berkata jangan khawatir, "Kalau masalah biaya perawatan dan pajaknya. Itu akan ditanggung perusahaan. Karena mobil ini telah tercatat menjadi akomodasi perusahaan."

Daniella mengurutkan rekeningnya. 'Sama aja bohong.' Pikirnya. Karena Daniella akan kesusahan menjual mobil itu, jika ada hal yang mendesak. Karena telah terdaftar dalam perusahaan ayahnya.

Tapi, dengan terpaksa dan menjaga perasaan ayahnya, dia menerima hadiahnya dan mengucapkan terima kasih.

Setelah beberapa jam pertemuan mereka. Mereka pun kembali ke apartemennya. Dan ayah ibunya juga kembali.

Kakek Fang, yang sedari tadi hanya terdiam mendengarkan pembicaraan orang tua dan anak itu. Dia melangkah gontai mengikuti saja sampai di apartemen.

"Apakah kau telah memilih universitas mana yang hendak kau masuki?" Ditanya kembali oleh kakek Fang, ketika mereka telah sampai di apartemen mereka.