Warning!!!!!!!!
ini adalah novel yang sangat menguras emosi bagi yang tahan silahkan di lanjut kalau yang tidak yah, di skip aja
kalo mental baja sih aku yakin dia baca!!
Tak bisa memberikan anak adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagi seorang wanita. Hal itu bisa meruntuhkan hubungan baik yang sudah tertata rapi dalam sebuah ikatan pernikahan. Dia adalah Rika, wanita yang berhayal setinggi langit namun yang di dapatkannya tak sesuai ekspektasi.
Dirinya mandul? entahlah, selama ini Rika merasa baik-baik saja. lalu kenapa sampai sekarang ini iya masih belum punya anak?
Mungkin ada yang salah.
Yukk!! ikuti kisahnya dalam menemukan kebenaran.
Kebenaran harus diketahui bukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrena Rhafani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33
"Apa sih Mas? Aku tuh lagi di cafe sama teman-teman aku."kata wanita itu yang ternyata adalah Reta istri keduanya.
"Mas itu lagi sakit, kok kamu malah hepi-hepi sih!"
"Mas! Kamu tau sendiri kan kalau aku gak suka dengan bau rumah sakit. Lagian kamu sih, ngapain coba pake sakit segala! Sudahlah aku sibuk. Tutttt!!! Tuttt!!" Panggilan pun berakhir. Sementara Dion masih belum selesai dengan pembicaraannya.
Iya hanya bisa menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya dengan kasar.
Dion kembali melakukan panggilan. Diketiknya nama kontak Rika yang ada di layar ponselnya.
Beberapa panggilan iya coba sambungkan namu hasilnya tetap sama.
Tampaknya ponsel Rika sedang tidak aktif. Iya sangat kesal sekarang ini.
Dia punya dua istri namun satupun diantaranya tak ada di sampingnya.
"Cih!! Wanita itu pasti sengaja mematikan ponselnya." Ucapnya kessal.
Dengan lihai Dion kini mulai mengetik di aplikasi WhatsApp nya
"Rik, kamu dimana? mas itu lagi sakit. Kamu cinta gak sih sama Mas? Rasa peduli kamu sama sekali gak ada apa? Mas itu butuh kamu sekarang ini." Kirimnya.
****
Seminggu kemudian, dengan nyenyak Rika akhirnya terbangun dari tidurnya. Perlahan iya meregangkan otot-ototnya lalu kembali menguap dengan puasnya. Huffff!! sudah lama rasannya iya tidak istirahat setenang ini.
Seperti biasa, ketika bangun iya langsung ke kamar mandi lalu berdandan dengan cantiknya sebelum keluar melalui pintu kamarnya.
Semua ini sudah menjadi rutinitas paginya.
Kini Rika sudah berada di depan meja rias. Dengan menatap tampilannya, iya tampak sedang menyisir rambut sepunda miliknya.
Make up, tas dan aksesoris lainya tampak sudah melekat sempurna di tubuhnya. Pakai rapi pun sudah iya kenakan. Sekarang Rika sudah siap untuk berkunjung ke butik pakaian miliknya.
"Tukkk!! Tuukkk!!Tukkk!!" Bunyi pintu yang diketuk seseorang dari luar.
"Masuk!" Kata Rika tanpa beranjak dari tempat duduknya.
Dari balik pintu, sosok pelayan setengah tua yang muncul.
"Kenapa Bi?"
"Em!! itu Bu, tuan sudah pulang bersama ibunya. Mereka sedang menunggu Anda di bawah." Jelas Bi Maya.
Mendengar itu, cukup lama baru Rika menjawab. Suaminya Dion ternyata baru pulang dari rumah sakit. Entah apa yang akan dikatakan suaminya itu setelah semingguan tak bertemu dengan dirinya.
Marah? Itu pasti.
Rika meraih tas jinjingnya kemudian melangkah dan menyusuri tangga menuju ruangan tengah.
Di meja makan terlihat Dion Reta dan Bu Diana sedang bersiap menikmati sarapan pagi.
Tanpa menunggu lagi Rika duduk dan ikut bergabung bersama ketiga orang itu.
Beberapa sorotan mata melirik tajam kearahnya. Rika sadar akan hal itu. Iya acuh dan bersikap biasa saja. Diam lebih baik, jangan sampai sesuatu yang buruk merusak hari cerahnya.
"Plakkkkk!!" Dion memukul keras meja makan yang ada di hadapannya.
Hal itu membuat semua orang terkejut bukan main.
"Rika!!"bentak Dion kepada istri tuanya.
"Sikap apa yang kau tunjukkan kepada suamimu ini?"
Rika melihat pria di hadapannya itu dengan alis mengerut. Ekspresi wajahnya tampak tak mengerti dengan maksud perkataan yang barusan dilontarkan.
"Sikap?? Aku?? Apa salahku?"
Dion menggeleng kepala tak percaya bahwa wanita yang dibentaknya itu akan balik bertanya.
"Rika!!! Kenapa ponselmu selalu tidak aktif?" Tanya Dion lagi
"Oh, itu karena ponselku hilang. Maaf." Jawabnya tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Alasan apa itu? Kamu fikir, Mas percaya?"
"Terserah," ucap Rika acuh. Iya kini menyeruput teh hangat yang sudah disajikan untuknya.
"Aku sakit Rika, kenapa kamu sama sekali tidak datang dan melihat kondisi ku? Kemana saja kamu?"
"Aku ini suami kamu! Kamu punya tanggung jawab untuk mengurusiku! Kamu akan jadi istri durhaka jika begini!"
protes Dion panjang kali lebar.
"Cukup yah Mas! Aku juga punya batas kesabaran! Aku tuh sudah datang dan mengurus kamu di rumah sakit, aku jagain kamu, rawat kamu, tapi apa yang kudapat? Pernah gak kamu ngehargain aku? Pernah gak kamu jaga perasaan aku. Dimulutmu itu hanya ada nama Reta Reta istri keduamu."serang Rika balik.
Reta yang tadinya sedang asyik menonton perdebatan panas itu terkejut ketika namanya disebut.
"Loh, kok aku malah dibawa-bawa sih?"
"Rika! Itu artinya, suami kamu itu cintanya sama Reta bukan sama kamu lagi. Harusnya kamu paham dong!!" Sela sang mertua yang juga ikut menonton.
Rika tersenyum dengan sinisnya.
"Mama benar. Harusnya aku sadar," pungkasnya lalu beranjak dari tempat duduknya.
"Mau ke mana lagi kamu?" Tanya Dion yang melihat istrinya hendak pergi.
"Keluar, pastinya tidak untuk melihat kalian."
"Rik! Aku ingatkan yah, mulai sekarang, kamu gak boleh boros-boros lagi. Perusahaan ayahmu yang aku jalankan sudah bangkrut. Sekarang kita sudah miskin."terang Dion dengan bangkit dari tempat duduknya.
Mendengar ucapan suaminya barusan itu, Rika tentu saja kaget. Iya tak menyangka bahwa perusahaan Sorayagroup yang dulu dikembangkan oleh ayahnya tuan Huda, ludes begitu saja di tangan suaminya. Ayahnya pasti sedih mengetahui berita ini. Tambah lagi dengan penyakit yang belum sembuh darinya. Semua itu pasti akan berdampak buruk bagi kesehatan ayahnya.
Kekagetan Rika hanya biasa saja, yang lebih terkejut adalah Reta dan Bu Diana, Dion telah bangkrut, dimana lagi mereka bisa mendapatkan uang untuk biaya shopping-shoppingnya setiap hari?
Oh suasana menjadi semakin rumit sekarang ini. Perdebatan dan perbedaan pendapat hampir tiap harinya terjadi. Entah kapan semua ini berakhir. Terutama hubungan Dion dan Rika.
Semakin hari semakin jauh saja. Dion merasa seakan-akan tak lagi bisa menyentuh helai rambut istrinya itu. Begitu Rika, iya seperti merasa tak lagi bisa memeluk dan tertawa bahagia seperti dulunya dengan Dion suaminya.
Tanpa berucap lagi, Rika meninggalkan ketiga orang itu yang masih diam mematung dengan kenyataan yang ada.
Dion hanya bisa menatap nanar kepergian istri pertamanya itu yang dulunya sangat iya cintai. Dari ujung rambut sampai ujung kaki tampilan Rika masih sama seperti dahulu. Entah dengan hatinya. Iya pasti menyimpan kekecewaan yang amat besar bagi Dion.
****
Di sebuah perusahaan besar nan megah, Reyhan tampak sedang fokus mengutak atik laptopnya. Pandangan matanya menatap serius ke layar tanpa seseorang yang berani mengganggunya.
Kesibukan ini sudah iya lakukan semenjak seminggu terakhir. Tampaknya iya sangat sibuk sampai-sampai tak punya kesempatan untuk keluar dan meninggalkan kursi kekuasaannya.
"Randy!!!"teriak Reyhan memanggil asistennya.
Dengan kecepatan penuh, Randy langsung muncul di hadapannya.
"Iya bos!!"
"Siapkan mobil! Aku sudah muak dengan pekerjaan ini. Kini giliranmu yang melanjutkannya." Ucap Reyhan sembari meraih jas mewah yang akan iya kenakan di tubuhnya.
"Tapi Bos!! Kau mau ke mana?" Tanya Randy.
"Ada wanita yang sedang merindukanku. Aku harus memuncul di hadapannya sekarang juga."
****
Di butik Rika.
Jam istirahat sudah tiba. Semua karyawan yang bekerja, keluar untuk mencari makan siang.
Kini Rika kembali ke ruangannya.
"Tukkk!! Tukkk!! Tukk!!" Bunyi ketukan pintu membuat wanita berkarier itu berucap.
"Masuk."
Dari balik pintu Lia asisten Rika memunculkan diri.
"Bu, mau saya pesankan sesuatu?"
Rika menggelang tanda tidak ingin.
"Aku kenyang, kau saja."
Lia mengangguk lalu pergi. Suasana sepi kini terasa di butik pakaian itu. Semua karyawan pergi dan hanya pemiliknya yang tinggal dan duduk di kursi meja.
........ happy reading......
like and vote, komen juga yah
skip lah.. bosan