NovelToon NovelToon
Jodoh Masa Kecil

Jodoh Masa Kecil

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Dosen / Perjodohan / Patahhati / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah
Popularitas:299.6k
Nilai: 5
Nama Author: N. Mudhayati

Gendhis... Gadis manis yang tinggal di perkampungan puncak Sumbing itu terjerat cinta karena tradisi perjodohan dini. Perjodohan itu disepakati oleh keluarga mereka saat usianya delapan bulan dalam kandungan ibunya.
Gadis yang terlahir dari keluarga sederhana itu, dijodohkan dengan Lintang, anak dari keluarga kaya yang tersohor karena kedermawanannya
Saat usia mereka menginjak dewasa, muncullah benih cinta di antara keduanya. Namun sayang, ketika benih itu sudah mulai mekar ternyata Lintang yang sejak kecil bermimpi dan berhasil menjadi seorang TNI itu menghianati cintanya. Gendhis harus merelakan Lintang menikahi wanita lain yang ternyata sudah mengandung buah cintanya dengan Lintang
Seperti apakah perjuangan cinta Gendhis dalam menemukan cinta sejatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Mudhayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3 S ~Sabarlah Sebentar Saja~

Tiga bulan setelah pulang dari asrama, komunikasi Gendhis dengan lintang sedikit berkurang. Apalagi Gendhis makin di sibukkan dengan kegiatan di kampungnya. Selain mengurus sekolah yang ia rintis dibantu dengan dua orang teman yang usianya lebih muda darinya, Gendhis juga aktif dalam kegiatan masyarakat. Bahkan karena kepandaian, keberanian juga jiwa sosial yang tinggi, Gendhis diangkat menjadi ketua organisasi remaja di kampungnya. Namanya adalah Remaja Islam Merangi, atau sering disebut dengan istilah "Risma".

Organisasi itu bergerak di bawah naungan Kepala Dusun Merangi, dengan penasehat utamanya adalah Pak Argo. Dari situ lah, Gendhis mulai menjalankan program-program kerja yang salah satunya adalah berusaha meningkatkan kualitas pendidikan dan keagamaan pemuda pemudi Kampung Merangi. Hal itu semata-mata untuk menumbuhkan kesadaran warga kampung agar tidak menjodohkan putra putri mereka saat usia mereka masih tepat berada di bangku sekolah.

Gendhis meluangkan waktunya setelah pulang dari sekolah untuk mengajari anak didiknya. Ketika sampai di rumah, Gendhis melihat ponselnya masih saja sepi tanpa pesan atau panggilan dari Lintang.

"Ahir-ahir ini Mas Lintang jarang menghubungi ku. Bahkan saat aku menelponnya terkadang nggak nyambung, sekali nyambung pasti nomornya sedang sibuk. Apa Mas Lintang masih marah ya, dengan kejadian malam itu?" Gendhis teringat saat malam di mana Lintang pulang dengan wajah sedikit berbeda.

"Tapi apa iya, Mas Lintang bisa semarah itu? Sampai-sampai dia jadi jarang menghubungi ku? Aku kirim pesan whatsapp juga dari tadi belum biru..." Gendhis bicara sendiri di kamarnya.

Dari pada dihantui rasa penasaran, ahirnya Gendhis menelpon Lintang, tapi lagi-lagi tak ada jawaban. Bahkan sekarang dia juga mematikan riwayat online nya di whatsapp. Gendhis terus memandangi ponselnya lalu beberapa saat kemudian Lintang kembali online.

"Yah... Mas Lintang udah online, tapi kenapa dia tidak membalas pesanku?" Gendhis masih bertanya-tanya.

Dari pada penasaran, Gendhis memutuskan untuk menelponnya lagi dan kali ini Lintang angkat.

"Assalamu'alaikum... Mas Lintang..." Sapa Gendhis lembut.

"Waalaikumsalam... ada apa, Dis?" Tanya Lintang.

"Nggak papa, Mas. Cuma khawatir aja, Mas Lintang sehat kan?" Gendhis balik bertanya.

"Iya lah... sehat, emang kenapa? " Lintang kembali bertanya.

"Syukurlah... Eeemmm... Mas Lintang, masih marah ya sama aku?" Tanya Gendhis.

"Marah? Marah kenapa, Dis?" Lintang belum juga mengerti akan pertanyaan Gendhis.

"Ya, soal kejadian malam kemarin waktu Mas Lintang pulang ke rumah." Jawab Gendhis.

Lintang diam sesaat lalu berkata,

"Emangnya kalau aku marah bisa ngerubah pendirian kamu? Nggak kan? Jadi... buat apa aku harus marah... iya kan?" Ucapan Lintang membuat Gendhis semakin mengerti bahwa Lintang masih memendam kekecewaan terhadap sikapnya.

Tapi apa mau di kata, Gendhis lebih memegang teguh prinsip hidupnya. Dan Gendhis akan berusaha terus memberikan pengertian pada Lintang agar dia bisa memahami prinsip yang dia yakini. Seperti yang sudah Lintang lakukan selama ini. Gendhis tak mengerti, kenapa tiba-tiba, ahir-ahir ini Lintang sering mempermasalahkannya. Padahal Lintang tau persis, kalau Gendhis adalah wanita yang tak suka mengumbar kemesraan sebelum mereka menikah.

"Mas... aku harap, Mas Lintang akan tetap menjadi Mas Lintang yang selama ini aku kenal. Yang selalu menerima ku dengan segala kekurangan ku, yang tak pernah menuntut sesuatu di luar kemampuanbku saat ini, yang selalu mengerti dengan keadaan ku selama ini." Pinta Gendhis.

"Dis... apakah selama ini aku belum cukup mengerti? Aku selalu berusaha ada saat kamu membutuhkan, tapi... apa kamu juga mau berusaha mengerti keinginan ku? Bahkan saat aku merindukan mu, kamu tak pernah sekaliii... saja izinkan aku untuk mendekapmu saat kita bertemu..." Jawab Lintang tanpa basa basi lagi.

Gendhis diam seribu bahasa, hanya sanggup berkata dalam hatinya,

"Astaghfirullah... Mas Lintang... kenapa sekarang kamu menjadi seperti orang lain bagiku? Orang lain yang baru saja mengenaliku. Selama ini kamu nggak pernah mempermasalahkan prinsip hidupku..."

"Kenapa kamu diem, Dis?" Tanya Lintang.

"Mas Lintang... kenapa baru sekarang Mas Lintang bertanya hal ini padanku? Bukan kah sejak awal hubungan, kita sudah berkomitmen untuk saling menjaga kesucian cinta kita? Saling menerima, dan tak menuntut lebih dari apa yang kita mampu? Mas Lintang... aku mohon... bersabarlah... tinggal sebentar lagi kita akan sampai di penghujung cinta kita. Dan saat tiba waktunya nanti, jika Allah menghendaki... Mas Lintang akan dapatkan apa yang menjadi haknya..." Ucapan Gendhis membuat Lintang tertegun.

Sungguh... seperti yang ia tahu, tidaklah mudah meruntuhkan keyakinan Gendhis meski ia beralasan atas nama cinta.

"Okey... kalau memang seperti ini mau kamu, Dis... Tapi... jangan salahkan aku kalau..." Lintang belum sempat melanjutkan perkataannya.

"Kalau apa Mas?" Tanya Gendhis.

"Kalau hubungan kita akan semakin tidak harmonis..." Lanjut Lintang.

"Ya Allah, Mas... kenapa Mas Lintang bicara seperti itu? Apakah karena ini Mas Lintang ingin menjauh dari ku?" Gendhis tak habis fikir, kenapa Lintang sampai bicara seperti itu.

"Aku nggak bilang gitu lho yaaaa!" Lintang mengelak.

"Lalu apa Mas?" Tanya Gendhis.

"Udah lah... inilah alasan kenapa ahir-ahir ini aku jarang telepon kamu, aku sudah mengira kalau kita bahas masalah ini pasti cuma buat kita jadi bertengkar. Selamat sore!" Lintang menutup teleponnya begitu saja tanpa memperdulikan perasaan Gendhis.

"Mas Lintang..." Gendhis memanggilnya tapi percuma, Lintang sudah menutup teleponnya.

Gendhis duduk tersungkur di lantai kamar dengan memegang ponselnya. Ia merasa sangat sedih saat orang yang ia cintai menuntut sesuatu yang tak bisa ia wujudkan.

"MasyaAllah... Mas Lintang, kenapa kamu jadi seperti ini? Kenapa kamu berubah?" Ucapnya dan tanpa disadari ada butiran kristal yang menetes dari bola mata dan membasahi wajah cantiknya.

Selama Gendhis mengenal Lintang, belum pernah ia bicara seperti sekarang ini. Bahkan saat marah pun, Lintang lebih baik diam daripada harus berdebat dengan kekasihnya. Tapi sekarang... Lintang benar-benar membuat Gendhis merasa cemas.

Senja mulai tenggelam, matahari sudah tak sabar lagi untuk kembali ke peraduan. Angin di Puncak Sumbing bertiup kencang, membuat tubuh semakin dingin sedingin sikap Lintang pada Gendhis sore itu.

Dari jauh, sayup-sayup mulai terdengar suara adzan magrib. Segera Gendhis menghapus air matanya, bersiap membasunya dengan air wudhu lantas menunaikan kewajiban lima waktunya di waktu maghrib, agar ia bisa mendapatkan ketenangan juga kesejukan atas apa yang barusan ia alami.

*****

Baru sekitar lima menit yang lalu Lintang menutup teleponnya, tiba-tiba hpnya kembali berdering. Tanpa ia lihat siapa yang menelpon, langsung saja ia jawab teleponnya.

"Iya... halo ada apa?" Jawab Lintang ketus, karena masih terbawa suasana hati yang tak mengenakkan setelah perdebatannya dengan Gendhis.

"Ya ampun Lintang... kamu kenapa? Baru juga aku telepon, kenapa kamu sewot gitu?" Gabby terkejut mendengar suara Lintang yang sedikit judes saat mengangkat teleponnya.

"Gabby? Ini kamu? Maaf... aku kira siapa..." Tanya Lintang terkejut saat tahu kekasih barunya yang menelpon.

"Iya laaah... ini aku, emang siapa lagi? Kenapa Sayang? Sepertinya kamu lagi ada masalah?" Tanya Gabby lembut.

Hati Lintang bagaikan es batu yang di siram air panas, seketika meleleh mendengar Gabby memanggilnya dengan kata "Sayang". Kata inilah yang selalu ia tunggu-tunggu dari mulut Gendhis dengan susah payah, tetapi keluar begitu saja dari mulut Gabby. Padahal baru tiga bulan mereka menjalin hubungan.

"Oh... nggak kok. Oh... tadi barusan ada nomor salah sambung telepon-telepon terus, jadi aku sedikit emosi." Jawab Lintang berbohong.

"Apa? Siapa yang telepon-telepon kamu Sayang? Cewek bukan? Jangan-jangan alesan dia aja biar bisa deketin kamu. Jangan di gubris yaaaa..." Ada rasa cemburu terdengar dari nada bicara Gabby.

Lintang hanya tersenyum.

"Eeehhh... kok kamu malah tersenyum sih... aku serius tau..." Kata Gabby mendengar Lintang tertawa kecil.

"Emang nggak boleh aku ketawa?" Tanya Lintang.

"Ya nggak boleh, kan aku serius..." Jawab Gabby.

"Iya deh... aku nggak ketawain kamu... Oh iya, tadi kamu panggil aku apa?" Lintang pura-pura tidak dengar, padahal ia cuma pengen Gabby mengulang panggilannya tadi.

"Panggil kamu.... Sayang..." Jawab Gabby mesra membuat Lintang seketika lupa kalau beberapa menit yang lalu sempat beradu pendapat dengan tunangannya.

"Emang kenapa? Nggak boleh ya, aku panggil kamu sayang? Kamu kan pacar aku..." Jawab Gabby.

"Ya boleh laaah... terus kalau kamu panggil aku sayang, kamu manggil Arnold nya apa dong, dia kan tunangan kamu..." Lintang balik menggodanya.

"Iiiiihhh... kamu... jahat banget." Kata Gabby.

"Kok jahat sih? Ya nggak lah... tapi beneran kali... dia kan emang tunangan kamu." Kata Lintang.

"Aaahhh... males ah bahas itu, aku kan telepon buat denger suara kamu, bukan untuk nanyain Arnold." Kata Gabby.

"Beneran, nih... nggak nyariin Arnold? Aku panggilin yah?" Lintang terus menggoda Gabby.

"Lintang... udah ah, aku cuma mau bilang kalau..." Gabby menghentikan ucapannya.

"Kalau apa?" Lintang makin penasaran.

"Kalau... aku kangen sama kamu!" Ucap Gabby mesra.

Lintang sudah kehabisan kata-kata. Entah kenapa, Gabby selalu membuatnya menjadi seorang laki-laki yang merindukan kasih sayang. Bahkan semenjak kenal dengan Gabby, Lintang mulai menuntut sesuatu yang lebih dari yang selama ini bisa Gendhis berikan. Lintang selalu berkata dalam hati, kenapa Gendhis tidak seperti Gabby, yang bisa dengan mudah mengatakan isi hatinya?

Lanjut ke episode berikutnya.... 🤭🤭

1
Nur Mashitoh
Riko cocoknya jd sahabat
Hairun Nisa
Kalau Lintang n Arnold masih Taruna, berarti Gaby yg sudah jadi Dokter... usianya jauh lebih tua donk ya?
Gandis juga baru lulus SMA kok bisa langsung jadi guru?
Nur Mashitoh
Tah jodohmu yg nolongin Dhis
Nur Mashitoh
kasihan Gendhis..beruntunglah nanti yg dpt jodoh Gendhis
Nur Mashitoh
Gala jodohnya Gendhis nih..sama² hatinya suci
Nur Mashitoh
pantaslah klo Lintang ga berjodoh dgn Gendhis yg sholeha karna Lintang punya sisi liar yg terpendam
Hera
👍🏻👍🏻👍🏻
Ruzita Ismail
Luar biasa
⚘Senja
alur critanya mirip sinetron india "Anandi". ini menurutku ya kakak.
Afida Punya Hayat
bagus, ceritanya menarik
Sandisalbiah
penyesalan itu emang dari dulu selalu gak patuh dgn peraturan krn dia selalu datang terlambat dan sayangnya sampe sekarang gak ada yg bisa menegurnya buat sadar... hadehh.. lintang.. terima nasib aja deh...
Sandisalbiah
nah lo... sakit gak tuh... kamu yg menabur angin lintang, maka kamu yg akan menuai baday... tinggal nunggu karma buat si geby...
Sandisalbiah
karma mulai mereyap mendekat kehidupan lintang.. hemmm... selamat menikmati.... hubungan yg diawali dgn yg salah dan kebohongan juga hanya berlandaskan nafsu yaaa.. endingnya begini... rumah tangganya kacau...
Sandisalbiah
simalakama gini mah....
Sandisalbiah
nah.. makan yg kenyang hasil karya mu lintang... biar warga tau semua kebobrok kan mu... enak aja mau ngikat Ghendis, gak rela Ghendis diambil cowok aini... situ waras.... dasar kang selingkuh...
Sandisalbiah
thor.. enaknya si lintang ini kita ceburin ke kawah merapi yuk... udah egois, songong pula... pengen tak pites itu org...
N. Mudhayati: 😆😆😆 setuju bangeeet kakak.... 👍👍
total 1 replies
Sandisalbiah
pengecut berkedok pahlawan bertopeng kamu Lintang.. banci yg berkaris atas dukungan Lintang tp kamu bagai kacang lupa akan kulinya... jd gak sabar pengen lihat karma apa yg akan kamu terima karena tega menyakiti gadis yg tulus seperti Ghendis
Sandisalbiah
gak gampang buat nyembuhin luka hati pak dosen... se enggak nya perlu waktu dan kesabaran... semangat pak Gala... obatin dulu luka hati Ghendis baru rengkuh hatinya...
enokaxis_
bagus
Noer Anisa Noerma
lanjuuutttttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!