NovelToon NovelToon
One Day With You

One Day With You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / One Night Stand / Playboy / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:15.1k
Nilai: 5
Nama Author: IamLovelyvi

Baron adalah mimpi buruk di mata Evelyn sejak pertama kali mereka bertemu. Berharap tidak bertemu lagi dengan Baron, namun takdir berkata tidak. Bagaimana mungkin Evelyn tidak trauma, dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Baron bercinta dengan pacarnya. Lalu bagaimana jadinya Evelyn malah terikat dengan Baron seumur hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IamLovelyvi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 19

Nafas Evelyn tertahan begitu lama akibat wajah Baron begitu dekat dengan wajahnya. Wajah yang dipahat bagai dewa Yunani itu sangat sedap dipandang. Aura wajah pria itu berhasil membuat jantung Evelyn berdebar. Bulu kuduknya berdiri seolah terkena sengatan listrik.

Ia merasakan deja vu. Baron adalah pria pertama yang berhasil memasuki hidupnya dan bahkan berhasil mencuri ciuman pertamanya. Berbeda dari empat tahun lalu ketika pria itu memaksakan kehendaknya, malam ini Baron tidak bersikap kurang ajar terhadapnya. Hal itu membuat Evelyn tidak merasa terancam ketika di dekatnya.

"Bolehkah aku menciummu lagi?" Gadis itu tidak tahu apa yang merasuki pikirannya sehingga ia mengangguk ketika Baron melontarkan pertanyaan itu.

Di detik ia memberikan izin, Baron tidak langsung melahap bibir ranumnya. Pria itu memainkan bibir itu dengan ibu jarinya sambil mengawasi betapa kenyalnya bibir itu. Begitu ia memajukan wajahnya, Evelyn memejamkan matanya dengan lembut. Baron menyeringai seraya menyatukan bibir mereka.

Nafas Evelyn benar-benar berhenti ketika merasakan sensasi asing yang dia rasakan. Tubuhnya menegang, Baron dapat merasakan hal itu. Oleh karena itu, satu tangan Baron yang memegang pipi Evelyn berpindah ke lengan lalu mengusapnya dengan gerakan seringan bulu.

Pria itu sadar Evelyn bukanlah gadis berpengalaman dalam kegiatan liar ini. Pria itu mendominasi pertautan bibir mereka dengan kemampuannya yang tidak perlu diragukan lagi. Baron pertama bermain dengan bibir tebal nan ranum itu agar Evelyn terbiasa dengan lidahnya. Terasa menyenangkan baginya membuat pria itu hampir melayang.

Baron merasakan sensasi yang berbeda saat mencium Evelyn, gadis tak terjamah itu. Ada kesenangan tersendiri ketika ia menjadi yang pertama dan kedua bagi Evelyn. Sensasi ini tidak pernah dirasakannya saat bersama Laura di masa lalu. Ia bukanlah pria pertama bagi Laura dala berciuman maupun permainan liar lainnya.

Oleh karena itu, Evelyn terasa berbeda. Evelyn bagaikan batu berlian berharga yang tidak sembarangan disentuh dan dimiliki oleh sembarang orang. Gadis itu istimewa baginya. Sejak ia merasakan ciuman yang kedua kali ini, Baron akan memastikan tidak ada pria lain yang bisa menyentuh wanita ini. Evelyn hanya miliknya untuk selamanya.

Begitu Baron selesai bermain pada bibir atas dan bawah Evelyn, dengan gerakan lembut lidahnya melesak masuk ke dalam mulut Evelyn. Pria itu mengambil permainan dengan menuntun lidah gadis itu. Akibat minimnya pengalaman, Evelyn hanya membiarkan Baron menguasai dirinya.

Ketika merasakan nafas gadis itu tertahan, Baron menyelesaikan ciuman panasnya. Gadis itu akhirnya bisa meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Baron begitu puas melihat bibir Evelyn yang basah dan sedikit bengkak akibat ciumannya. Sebelum benar-benar melepaskan gadis itu, Baron menghapus bibir gadis itu dengan sedikit tekanan.

"Terima kasih." suara pria itu terdengar serak.

Berbeda dengan dirinya yang merasa puas, Evelyn begitu malu sampai wajahnya semakin merah padam. Gadis itu bahkan tidak berani menatap mata Baron. Jemari Baron mengangkat dagu Evelyn sehingga mata mereka bertemu.

"Kau... bibirmu sangat enak. Rasanya aku ingin menciummu lagi." ucap Baron dengan sorot mata yang tidak Evelyn mengerti.

Wajah Evelyn terlihat panik membuat Baron terkekeh, "Aku bercanda. Tadi itu hanya ciuman biasa tapi kau sudah terlihat kewalahan. Apalagi kalau aku melakukan lebih liar dari itu, mungkin kau akan takut lagi padaku. Maka dari itu aku akan mengajarimu perlahan sampai nanti kau bisa mengimbangiku."

Baron bicara seolah berciuman adalah hal biasa baginya. Berbeda dengan dirinya yang malu setengah mati. Bahkan ia tidak mau membahasnya lagi.

Baron tidak tega melihat Evelyn yang memilih diam saking malunya. Telapak tangannya yang besar diletakkannya di pucuk kepala Evelyn seraya mengusapnya dengan lembut.

"Sudahlah. Tidak usah dibahas lagi. Aku tidak tega melihat mukamu yang berubah jadi merah tomat itu." meski sebenarnya ia senang melihatnya.

"Istirahatlah. Aku akan keluar."

Baron tidak ingin Evelyn merasa bahwa dirinya tidak berharga jika ia meninggalkannya begitu saja. Alhasil, ia menempelkan bibirnya di kening Evelyn. Seolah memberikan janji bahwa dia tidak mempermainkan gadis itu. Setelahnya pria itu keluar.

Lagi dan lagi Evelyn dibuat kaget akan segala tindakan Baron. Baron adalah pria kedua yang mencium keningnya setelah Charles. Ciuman di kening adalah perasaan yang tulus dan tidak bermain-main. Apakah pria itu tahu atas setiap tindakannya?

Keesokan harinya, Evelyn berada di meja makan seperti biasanya. Di sana ada Peter dan Baron yang sarapan sambil membahas urusan perusahaan.

Setelah kejadian tadi malam, Evelyn merasa canggung dan malu pada Baron. Tapi Baron sebaliknya, pria itu bersikap seperti biasanya. "Evelyn, mulai sekarang uang jajanmu minta saja dari Baron." ucap Peter.

"Kenapa Paman?"

"Tidak ada alasan spesifik. Paman merasa seperti punya anak perempuan sejak kau tinggal di sini. Jadi karena kau sudah di sini, sekalian saja Paman ingin membiayai semua keperluanmu. Paman juga sudah bicara dengan Charles dan dia setuju." tutur Charles.

Meski diperlakukan seperti tuan putri, Evelyn tidak pernah bertingkah layaknya tuan putri. Terkadang gadis itu bergabung di dapur membuat makan malam dengan pelayan. Saat Peter di rumah, ia juga tidak malu membuatkan kopi atau cemilan untuknya seperti yang biasa dilakukannya di rumah orangtuanya.

Karena sifat Evelyn tersebut membuat Peter kembali merindukan memiliki seorang putri. Namun dengan kondisinya sekarang, rasanya mustahil dengan harapan tersebut. Peter pada akhirnya meminta izin pada Charles agar dirinya diizinkan memperlakukan Evelyn seperti putrinya. Dari dulu memang sudah begitu, akan tetapi ia ingin lebih dekat lagi dengan Evelyn.

"Baiklah Paman." Evelyn pasrah akan keputusan orangtuanya.

......................

Setelah keluar dari kelasnya, Baron menjemputnya. Pria itu hanya mengenakan baju santai pertanda dia tidak ke kantor atau ke kampus hari ini.

"Apakah kakak di rumah saja dari tadi?" tanya Evelyn.

"Hem... di rumah ada sedikit pekerjaan." Baron meliriknya sekilas.

"Pekerjaan apa, bukankah pekerjaanmu ada di kantor?"

"Tugas kuliah. Aku akan segera lulus S2 tahun ini, jadi banyak yang harus dipersiapkan dengan matang."

Evelyn tersenyum kagum, "Kakak sangat hebat, dalam jangka waktu singkat dapat menyelesaikan pendidikan yang tinggi."

"Mau bagaimana lagi. Bidang bisnis sudah seperti nafas bagiku. Dari kecil aku sudah menyerap segala ilmu tentang bisnis jadi bukan hal sulit bagiku."

"Semoga saja aku bisa seperti kakak."

Baron mengusap rambut Evelyn seraya tersenyum, "Pasti. Kau adalah gadis yang cerdas. Aku akan selalu mendukungmu."

Kedekatan mereka saat ini tidak pernah dibayangkan oleh keduanya. Jarak yang tercipta begitu lama kini perlahan mulai menipis. Evelyn yang sudah kehilangan rasa takutnya sudah terbiasa dengan kehadiran Baron. Begitu juga Baron yang dulunya selalu kesal dengan kehadiran Evelyn kini telah terobsesi untuk memilikinya.

1
Km Manik
kak belum ada lanjutanya y
Km Manik
kak kok belum ada lanjutanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!