"Aku mati. Dibunuh oleh suamiku sendiri setelah semua penderitaan KDRT dan pengkhianatan. Kini, aku kembali. Dan kali ini, aku punya sistem."
Risa Permata adalah pewaris yang jatuh miskin. Setelah kematian tragis ayahnya, ia dipaksa menikah dengan Doni, anak kepala desa baru yang kejam dan manipulatif. Seluruh hidup Risa dari warisan, kehormatan, hingga harga dirinya diinjak-injak oleh suami yang berselingkuh, berjudi, dan gemar melakukan KDRT. Puncaknya, ia dibunuh setelah mengetahui kebenaran : kematian orang tuanya adalah konspirasi berdarah yang melibatkan Doni dan seluruh keluarga besarnya.
Tepat saat jiwanya lepas, Sistem Kehidupan Kedua aktif!
Risa kembali ke masa lalu, ke tubuhnya yang sama, tetapi kini dengan kekuatan sistem di tangannya. Setiap misi yang berhasil ia selesaikan akan memberinya Reward berupa Skill baru yang berguna untuk bertahan hidup dan membalikkan takdir.
Dapatkah Risa menyelesaikan semua misi, mendapatkan Skill tertinggi, dan mengubah nasibnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 : Hidup Kembali dari Abu, Siapa Pria di Kursi Roda Itu?
Aula hotel yang megah itu mendadak sunyi senyap, seolah-olah waktu membeku di titik nol. Suara gesekan roda kursi di atas lantai marmer terdengar seperti guntur di telinga Risa. Ia menatap sosok pria tua itu dengan napas yang tertahan di kerongkongan. Wajah itu, meski lebih tirus dan dipenuhi gurat kepedihan, adalah wajah yang selalu ia tangisi setiap malam di kehidupan pertamanya.
"Ayah...?" bisik Risa, suaranya hampir tak terdengar.
Pria di kursi roda itu berhenti tepat di samping podium. Ia menatap Risa dengan mata yang berkaca-kaca, namun ada ketegasan luar biasa di sana. Ia mengenakan setelan jas hitam yang sangat rapi, menutupi tubuhnya yang tampak ringkih.
Madame L, Liliana Permata berdiri mematung. Pena emas di tangannya jatuh ke lantai, menimbulkan suara denting yang memecah keheningan. "Baskoro...? Tidak mungkin. Aku melihat mobilmu hancur di dasar jurang! Aku sendiri yang memastikan tidak ada tanda vital yang tersisa!"
Baskoro tersenyum pahit, senyuman yang mengandung rahasia tiga puluh tahun penderitaan. "Kau selalu meremehkan apa yang bisa dilakukan seorang pria demi melindungi putrinya, Liliana. Jurang itu dalam, tapi cinta seorang ayah jauh lebih dalam."
[SISTEM : AKTIF!]
[MEMINDAI TARGET : BASKORO PERMATA.]
[ANALISIS DNA : 99.9% COCOK. STATUS : HIDUP.]
[INFO TAMBAHAN : TARGET MENGGUNAKAN TEKNOLOGI 'BIO-STASIS' UNTUK MEMALSUKAN KEMATIAN SELAMA BEBERAPA BULAN TERAKHIR.]
Risa merasa seluruh sendinya lemas. Ia melangkah mendekat, berlutut di depan kursi roda itu, dan menyentuh tangan ayahnya. Tangannya hangat. Nyata. Ini bukan halusinasi Sistem. Ini bukan mimpi buruk dari masa lalu.
"Ayah... kenapa? Kenapa Ayah membiarkanku mengira Ayah sudah mati?" isak Risa, air matanya membasahi jas ayahnya.
Baskoro membelai kepala Risa dengan tangan yang gemetar. "Maafkan Ayah, Risa. Jika Ayah tidak 'mati', Liliana tidak akan pernah memunculkan dirinya ke permukaan. Dia terlalu licik untuk dipancing dengan cara biasa. Ayah harus menjadi umpan agar kau bisa memiliki bukti yang cukup untuk menghancurkan The Shadow dari dalam."
Revano Adhyaksa melangkah maju, berdiri di samping Risa dengan ekspresi yang sulit diartikan. Ada rasa lega, namun juga kewaspadaan tinggi. "Pak Baskoro, jika Anda masih hidup, berarti seluruh pengalihan aset yang dilakukan Pak Surya dan Doni adalah ilegal sejak awal."
"Tepat sekali, Revano," sahut Baskoro. Ia menoleh ke arah kerumunan wartawan yang mulai riuh mengabadikan momen bersejarah ini. "Dan hari ini, saya hadir bukan hanya untuk kembali dari kematian. Saya hadir untuk menyatakan bahwa putri saya, Risa Permata, adalah pemegang kuasa penuh atas seluruh aset operasional The Shadow yang selama ini disalahgunakan oleh Liliana."
Liliana Permata tertawa histeris, sebuah tawa yang dipenuhi dengan racun kebencian. "Kau pikir dengan muncul begini kau bisa menang, Baskoro? Aku memegang surat hutang 50 triliun! Aku memegang bukti bahwa kau mencuri dana abadi itu!"
"Aku tidak mencurinya, Liliana. Aku mengamankannya," jawab Baskoro tenang. Ia mengeluarkan sebuah kunci elektronik dari saku jasnya, kunci yang identik dengan milik Risa di Jati Purba. "Dana itu bukan milikmu. Itu adalah dana kompensasi bagi korban-korban klan Adhyaksa yang ibumu dan ayahmu hancurkan puluhan tahun lalu. Aku adalah wali yang ditunjuk secara sah oleh tetua klan yang kau khianati."
Risa berdiri, ia menghapus air matanya. Ia menyadari bahwa ia tidak boleh lagi menjadi putri yang menangis. Di depan ratusan kamera, ia harus menjadi perisai bagi ayahnya.
"Bibi Liliana," ujar Risa, suaranya kini mantap dan dingin. "Hari ini, narasi yang kau bangun hancur. Ayahku hidup, dan itu artinya somasi yang kau berikan atas hutang 50 triliun itu batal demi hukum. Justru kami yang akan menuntutmu atas percobaan pembunuhan, penipuan publik, dan pencucian uang melalui konsorsium di Singapura."
Liliana menatap Risa dengan dendam yang membara. "Kau... kau benar-benar benih Adhyaksa yang paling berbahaya."
Tiba-tiba, beberapa pria berseragam interpol masuk ke dalam aula, dipimpin oleh asisten setia Revano, Leo.
"Madame Liliana Permata, Anda ditahan atas perintah otoritas internasional terkait pendanaan organisasi ilegal," ujar Leo tegas.
Liliana tidak melawan. Ia hanya tersenyum tipis saat borgol melingkari pergelangan tangannya. Sebelum dibawa pergi, ia berbisik di dekat telinga Risa yang lewat di dekatnya. "Kau pikir Ayahmu suci, Risa? Tanyakan padanya tentang 'Proyek Lilith'. Tanyakan padanya kenapa ibumu benar-benar bunuh diri. Selamat menikmati reuni keluargamu selagi bisa."
Setelah badai di konferensi pers mereda, Risa membawa ayahnya kembali ke mansion. Namun, suasana di dalam rumah tidaklah tenang. Tuan Besar Adhyaksa, yang kini tahu bahwa Baskoro masih hidup, menolak untuk keluar dari kamarnya.
Risa, Baskoro, dan Revano duduk di ruang kerja tertutup.
"Ayah, katakan padaku yang sebenarnya," ujar Risa. "Apa itu Proyek Lilith? Dan kenapa Bibi Liliana menyebutkan bahwa Ibu bunuh diri karena aku?"
Baskoro menghela napas panjang. Ia menatap Revano, seolah meminta izin untuk membuka luka lama keluarga Adhyaksa. Revano hanya mengangguk kecil.
"Tiga puluh tahun lalu," Baskoro memulai ceritanya, "Keluarga Adhyaksa bukan hanya berbisnis di bidang tambang. Tuan Besar, ayah kandungmu, terobsesi dengan genetika. Dia ingin menciptakan ahli waris yang memiliki kecerdasan dan ketahanan fisik di atas manusia normal. Proyek itu diberi kode 'Lilith'."
Risa mengepalkan tangannya. "Dan Ibu...?"
"Lestari dan Liliana adalah subjek pertama. Mereka kembar identik yang diberi perlakuan berbeda. Liliana diberikan ambisi dan kekerasan, sementara Lestari diberikan kasih sayang dan pendidikan moral. Tuan Besar ingin melihat mana yang lebih unggul. Namun, terjadi kesalahan. Lestari mengandungmu secara alami, dan Tuan Besar menyadari bahwa kau memiliki kode genetik yang jauh lebih sempurna daripada hasil eksperimennya."
"Tanda lahir naga itu..." bisik Risa.
"Itu bukan tanda lahir biasa, Risa. Itu adalah penanda biometrik permanen yang disuntikkan ke rahim ibumu," suara Baskoro bergetar. "Ibumu tidak tahan melihatmu dijadikan properti perusahaan sejak dalam kandungan. Dia melarikan diri bersamaku. Tapi Liliana tidak pernah berhenti mengejar. Dia iri, Risa. Dia iri karena ibumu dipilih untuk menjadi ibu dari 'permata' yang sebenarnya."
Revano memegang tangan Risa. "Jadi itu sebabnya Kakek membuangmu? Karena dia merasa gagal mengendalikanmu?"
"Bukan membuang, Revano," sahut Baskoro. "Dia menunggumu matang. Dia tahu bahwa di usia 23 tahun, DNA-mu akan stabil dan bisa digunakan untuk membuka sistem pertahanan nuklir atau finansial yang dia bangun. Dia membiarkan Risa menderita di desa agar mentalnya sekeras berlian."
Risa tertawa pahit. "Jadi kehidupanku yang hancur... kematianku di kehidupan sebelumnya... semuanya adalah bagian dari 'pelatihan' Tuan Besar?"
[SISTEM : ANALISIS KEHIDUPAN PERTAMA SELESAI.]
[KESIMPULAN : KEMATIAN ANDA DI TANGAN DONI DAN REVANNO (DI KEHIDUPAN LALU) ADALAH HASIL DARI PERENCANAAN TUAN BESAR UNTUK MENGUJI APAKAH ANDA BISA 'BANGKIT' KEMBALI.]
Risa tertegun. Jadi Sistem ini... apakah Sistem ini juga bagian dari eksperimen Adhyaksa?
"Sistem..." bisik Risa pelan.
[SISTEM : KESALAHAN! AKSES DIBATASI. ANDA BELUM BOLEH MENGETAHUI ASAL USUL SISTEM.]
Ketegangan Antara Dua Ayah
Keesokan paginya, suasana semakin panas saat Tuan Besar Adhyaksa akhirnya keluar dari kamarnya dan meminta bertemu dengan Baskoro. Dua pria tua yang selama puluhan tahun saling membenci itu kini berhadapan di taman labirin.
Risa dan Revano mengawasi dari kejauhan.
"Kau seharusnya mati di jurang itu, Baskoro," ujar Tuan Besar dingin.
"Aku punya janji pada Lestari untuk menjaga permata ini," balas Baskoro. "Dan sekarang, aku punya cukup bukti untuk menjatuhkanmu dari takhta Adhyaksa Group. Risa tidak akan menjadi alatmu lagi."
Tuan Besar tertawa meremehkan. "Kau pikir anak itu bisa hidup tanpaku? Di luar sana, konsorsium internasional sedang mengincar kepalanya. Tanpa nama Adhyaksa, dia hanya akan menjadi mayat tercantik di Jakarta."
Tiba-tiba, Tuan Besar menoleh ke arah Risa. "Risa! Kemari!"
Risa melangkah maju, kepalanya tegak. "Ada apa, Tuan Besar?"
"Pilih sekarang. Ikut dengan ayah angkatmu yang lemah ini dan hidup dalam persembunyian selamanya, atau ambil kursiku. Jadilah Ratu Adhyaksa, dan aku akan memberimu kekuatan untuk membalas dendam pada siapa pun di dunia ini."
Risa menatap Baskoro yang tampak cemas, lalu menatap Revano yang tampak ragu. Ia menyadari bahwa ia berada di titik balik yang akan menentukan nasib 120 bab ke depan.
"Aku punya pilihan ketiga," ujar Risa.
"Apa itu?" tanya Tuan Besar.
"Aku akan menghancurkan Adhyaksa Group, membangun kekaisaranku sendiri dengan nama Permata, dan aku akan memastikan kalian berdua, pria-pria tua yang haus kekuasaan tidak memiliki tempat di dalam dewan direksiku."
Revano terperangah, namun kemudian ia mulai tersenyum. Inilah Risa yang ia cintai. Risa yang tidak bisa dikendalikan oleh siapa pun.
Rencana Baru : Fase Ekspansi
Malam harinya, Risa dan Revano mulai menyusun strategi baru. Dengan Baskoro yang kini bertindak sebagai penasihat bayangan, mereka memiliki akses ke dana legal The Shadow yang selama ini disembunyikan Liliana.
"Kita butuh sekutu di Jakarta yang tidak terikat dengan Kakek," ujar Revano sambil menunjuk peta kekuatan bisnis di layar laptopnya. "Ada satu keluarga, Keluarga Mahendra. Mereka menguasai media dan telekomunikasi. Jika kita bisa menggandeng mereka, narasi tentang Tuan Besar bisa kita ubah menjadi skandal nasional."
"Mahendra..." Risa mengingat nama itu. Di kehidupan lalu, putra mahkota Keluarga Mahendra, Arkan Mahendra, adalah musuh bebuyutan Revano.
[SISTEM : MISI BARU - ALIANSI TERLARANG.]
[TUJUAN : DAPATKAN KERJA SAMA DENGAN ARKAN MAHENDRA.]
[WARNING : ARKAN MAHENDRA MEMILIKI DENDAM PRIBADI PADA KELUARGA ADHYAKSA.]
"Aku akan menemuinya besok," ujar Risa.
"Sendirian?" tanya Revano cemburu.
"Dia tidak akan bicara denganmu, Revano. Kau sudah pernah menghancurkan salah satu perusahaannya dua tahun lalu," Risa mengedipkan mata. "Biarkan pesona Nyonya Adhyaksa yang bekerja."
Klub Eksklusif 'The Zenith' - Malam Berikutnya
Risa memasuki klub paling tertutup di Jakarta itu dengan gaun hitam backless yang memamerkan tanda naga di punggungnya secara samar. Ia duduk di bar, memesan minuman yang sama dengan yang dipesan pria di ujung meja pria dengan rambut sedikit berantakan dan tatapan mata yang liar.
Arkan Mahendra.
"Kau punya nyali besar datang ke sini sendirian, Nona Adhyaksa," suara Arkan serak, ia tidak menoleh namun auranya sangat mengintimidasi.
"Namaku Risa Permata. Dan aku di sini untuk menawarkan sesuatu yang lebih manis daripada minumanmu," jawab Risa tenang.
Arkan menoleh, ia menatap Risa dari bawah ke atas. "Dendam? Uang? Atau tubuhmu?"
Risa tersenyum, sebuah senyuman yang membuat Arkan terpaku. "Bagaimana dengan kepala Tuan Besar Adhyaksa di atas piring perak?"
Arkan terdiam. Ia meletakkan gelasnya. "Bicaralah. Kau punya waktu lima menit sebelum aku memutuskan untuk mengusirmu atau menciummu."
Di tengah pembicaraan mereka, ledakan besar tiba-tiba mengguncang gedung 'The Zenith'. Asap tebal memenuhi ruangan. Di tengah kekacauan itu, Risa merasakan seseorang menarik tangannya.
Bukan Arkan. Bukan Revano.
Itu adalah Doni Wijaya, dengan wajah yang kini tertutup masker namun matanya masih memancarkan kegilaan yang sama.
"Risa... kau pikir kau bisa lari ke pria lain?" bisik Doni di telinga Risa saat ia menempelkan pisau ke perut Risa. "Paman Adrian mengirim salam. Dan kali ini, tidak ada Revano yang bisa menyelamatkanmu."
Namun, Doni tidak menyadari satu hal. Risa bukan lagi gadis yang butuh diselamatkan.
"Doni," desis Risa di tengah asap. "Kau baru saja membuat kesalahan terakhir dalam hidupmu."
Risa mengaktifkan skill 'Pertukaran Ruang' tingkat lanjut. Dalam sekejap, posisi pisau Doni berpindah arah ke tubuh Doni sendiri.