NovelToon NovelToon
Warisan Mutiara Hitam

Warisan Mutiara Hitam

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Budidaya dan Peningkatan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:200.2k
Nilai: 4.8
Nama Author: Kokop Gann

Takdirnya telah dicuri. Chen Kai, dulu jenius nomor satu di klannya, kini hidup sebagai "sampah" yang terlupakan setelah Akar Spiritualnya lumpuh secara misterius. Tiga tahun penuh penghinaan telah dijalaninya, didorong hanya oleh keinginan menyelamatkan adiknya yang sakit parah. Dalam keputusasaan, dia mempertaruhkan nyawanya, namun berakhir dilempar ke jurang oleh sepupunya sendiri.

Di ambang kematian, takdir mempermainkannya. Chen Kai menemukan sebuah mutiara hitam misterius yang menyatu dengannya, membangkitkan jiwa kuno Kaisar Yao, seorang ahli alkimia legendaris. Dari Kaisar Yao, Chen Kai mengetahui kebenaran yang kejam: bakatnya tidak lumpuh, melainkan dicuri oleh seorang tetua kuat yang berkonspirasi.

Dengan bimbingan sang Kaisar, Chen Kai memulai jalan kultivasi yang menantang surga. Tujuannya: mengambil kembali apa yang menjadi miliknya, melindungi satu-satunya keluarga yang tersisa, dan membuat mereka yang telah mengkhianatinya merasakan keputusasaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Konsolidasi

Lima hari berlalu dalam keheningan total di dalam gua yang tersembunyi.

Di luar, Hutan Binatang Roh hidup dengan siklusnya yang kejam. Lolongan binatang buas di malam hari dan pekikan burung-burung aneh di siang hari menjadi musik latar yang konstan. Tapi di dalam gua yang dilindungi formasi, Chen Kai tidak terganggu.

Dia duduk tak bergerak seperti patung batu giok, satu Batu Roh Tingkat Rendah lagi tergenggam di tangannya, kini telah berubah menjadi debu abu-abu.

Pada hari kelima, dia membuka matanya.

WHOOSH!

Aura yang kuat dan tajam meledak dari tubuhnya, memenuhi gua kecil itu dengan tekanan yang berat. Udara bergetar, dan debu berjatuhan dari langit-langit. Jika ada binatang roh lemah di dekatnya, mereka akan langsung pingsan ketakutan.

Chen Kai menghembuskan napas perlahan. Udara yang dihembuskannya tampak seperti panah putih yang melesat lurus sejauh satu meter sebelum menghilang.

Dia telah sepenuhnya mengkonsolidasikan kekuatannya di Puncak Alam Kondensasi Qi Tingkat Lima.

Dia mengepalkan tangannya. Dia bisa merasakan perbedaan yang sangat besar. Dibandingkan dengan kondisinya saat dia melawan Lin Qingxue dan Paman Liu (di Awal Tingkat Lima), dia setidaknya tiga atau empat kali lebih kuat. Qi di dantiannya jauh lebih padat, lebih murni, dan lebih tebal.

"Ini adalah kekuatan dari Batu Roh," gumamnya. "Kultivasi selama lima hari ini setara dengan tiga bulan penuh menyerap Qi dari udara di Kota Awan Jatuh."

Dia tahu dia beruntung. Jika Paman Liu tidak begitu 'kaya', dia akan menghabiskan waktu berbulan-bulan hanya untuk menyembuhkan lukanya dan berkultivasi secara normal.

Tapi dia tidak membiarkan kekuatan baru ini membutakannya.

"Puncak Tingkat Lima..." pikirnya, ekspresinya kembali tenang dan dingin. "Itu sudah cukup untuk mendominasi generasi muda di Kota Awan Jatuh. Itu setara dengan Chen Long."

Tapi bagaimana dengan Chen Wei? Patriark Muda yang licik itu berada di Tingkat Tujuh, atau bahkan Tingkat Delapan. Dan bagaimana dengan Keluarga Lin? Mereka mengirim seorang ahli Alam Pembangunan Fondasi hanya sebagai pengawal. Berapa banyak lagi ahli seperti itu yang mereka miliki?

Dia masih seekor semut di mata mereka.

"Yao masih tidur," pikirnya, merasakan keheningan total di benaknya. Mutiara Hitam di dadanya diam. Dia sendirian.

"Aku tidak bisa hanya duduk di sini dan berkultivasi," putusnya. "Kultivasi membutuhkan sumber daya. Batu Rohku ada seribu, tapi itu tidak akan bertahan selamanya. Dan yang lebih penting... aku butuh pengalaman tempur."

Pertarungannya melawan Paman Liu nyaris tidak bisa disebut pertarungan. Itu adalah penyergapan, jebakan, dan serangan jiwa dari Kaisar Yao. Dia menang berkat strategi, bukan kekuatan.

Jika dia bertemu ahli Alam Pembangunan Fondasi lain dalam pertarungan langsung, dia akan mati dalam satu detik.

"Aku perlu menguasai apa yang aku miliki."

Dia membuka cincin penyimpanan Paman Liu. Selain Batu Roh dan tumpukan herbal, matanya tertuju pada sebuah manual batu giok sederhana.

"Teknik Pedang Gunung Runtuh."

Itu adalah teknik yang digunakan Paman Liu. Teknik Alam Pembangunan Fondasi.

Chen Kai menuangkan kesadarannya ke dalamnya. Informasi membanjiri pikirannya.

Teknik ini bukanlah teknik yang halus atau elegan. Itu adalah kebalikannya. Itu adalah teknik yang fokus pada kekuatan murni, berat, dan momentum. Itu dirancang untuk menghancurkan pertahanan musuh dengan kekuatan absolut, seperti gunung yang runtuh menimpa lawannya.

Itu memiliki tiga jurus utama:

Jurus Pertama: Hantaman Batu Ganda. (Memfokuskan Qi ke pedang dan menebas dengan kekuatan yang menghancurkan).

Jurus Kedua: Longsoran Gunung. (Serangkaian tebasan cepat dan berat yang membangun momentum, masing-masing lebih kuat dari sebelumnya).

Jurus Ketiga: Puncak Runtuh. (Serangan pamungkas, memadatkan semua Qi untuk satu tebasan vertikal yang menghancurkan).

"Sempurna," senyum Chen Kai.

'Langkah Bayangan' miliknya memberinya kelincahan dan kecepatan hantu. Tapi dia kekurangan kekuatan serangan murni. Pedang Bayangan miliknya tajam, tapi dia tidak memiliki teknik pedang yang kuat untuk memaksimalkannya.

'Teknik Pedang Gunung Runtuh' adalah pelengkap yang sempurna.

"Jika aku bisa menggabungkan kelincahan 'Langkah Bayangan' dengan kekuatan 'Gunung Runtuh'..."

Dia berdiri di ruang sempit gua. Itu tidak ideal untuk latihan pedang, tapi cukup untuk memahami dasarnya.

Dia menarik Pedang Bayangan. Dia menutup matanya, mengingat kembali aliran Qi yang dijelaskan dalam manual. Dia meniru cara Paman Liu mengedarkan energinya.

Awalnya sulit. Teknik ini dirancang untuk meridian ahli Alam Pembangunan Fondasi, yang jauh lebih lebar dan lebih kuat. Mencoba memaksakan Qi-nya melalui jalur ini terasa seperti mendorong sungai melalui selang taman.

Tapi 'Sutra Hati Kaisar Naga Abadi' menunjukkan keunggulannya. Teknik kultivasi kuno itu membuat Qi-nya jauh lebih murni dan meridiannya jauh lebih tangguh daripada orang biasa di ranah yang sama.

"Jurus Pertama: Hantaman Batu Ganda!"

Dia menebas ke depan.

SWISH!

Pedangnya memotong udara dengan suara siulan pelan. Itu cepat, tapi tidak berat. Tidak ada momentum.

"Salah."

Dia mencoba lagi. Dia fokus. Dia membayangkan beratnya sebuah gunung. Dia menyalurkan Qi-nya tidak hanya ke pedang, tetapi juga ke lengannya, bahunya, dan kakinya, menambatkan dirinya ke tanah.

"Hantaman Batu Ganda!"

FSSSHHH!

Kali ini, tebasannya jauh lebih kuat. Udara di depan pedangnya tampak terkompresi. Dia bisa merasakan kekuatan di balik serangan itu, tetapi itu membuatnya kehilangan keseimbangan.

Dia berlatih. Lagi. Dan lagi.

Selama tiga hari penuh, dia tidak melakukan apa-apa selain berlatih jurus pertama di dalam gua. Dia menghabiskan Qi-nya, memulihkannya dengan Batu Roh, lalu berlatih lagi. Dia menggabungkannya dengan 'Langkah Bayangan', bergerak cepat ke satu sisi, lalu tiba-tiba menghentikan momentumnya untuk melepaskan tebasan yang berat.

Pada hari ketiga, dia berdiri diam. Dia mengambil napas dalam-dalam.

"Hantaman Batu Ganda."

Dia tidak bergerak cepat. Dia hanya menebas ke depan.

BOOOM!

Sebuah ledakan udara kecil terjadi di depan ujung pedangnya. Dinding gua yang berlawanan, yang berjarak lima meter, bergetar, dan beberapa batu kecil jatuh.

Dia telah berhasil. Dia telah menguasai dasar-dasar jurus pertama dari teknik Alam Pembangunan Fondasi, meskipun dia hanya berada di Alam Kondensasi Qi.

"Sudah waktunya," gumamnya.

Dia merasa gatal. Dia memiliki kekuatan baru, teknik baru. Dia perlu mengujinya pada sesuatu yang... hidup.

Dia memeriksa formasi di pintu masuk gua. Semuanya aman. Dia telah berada di sini total delapan hari, dan tidak ada yang mendekat.

Dia menonaktifkan formasi penyembunyian untuk sesaat, menyelinap keluar seperti asap, lalu mengaktifkannya kembali di belakangnya.

Dia sekarang berada di hutan belantara, sendirian, dengan wajah yang berbeda dan kekuatan yang tersembunyi.

Dia tidak lagi berburu. Dia adalah predator.

Dia bergerak lebih dalam ke Hutan Binatang Roh, jauh dari tepi jalan tempat dia pertama kali masuk. Dia bergerak dengan percaya diri. 'Langkah Bayangan' membuatnya hampir tidak terlihat, dan indra spiritualnya, yang dipertajam oleh 'Sutra Hati Kaisar Naga Abadi', waspada terhadap sekelilingnya.

Dia bisa merasakan aura binatang roh di sekitarnya. Seekor Ular Berbisa Tingkat Tiga di semak-semak di sebelah kirinya. Sekawanan Monyet Lincah Tingkat Dua di pepohonan di atas.

Dia mengabaikan mereka. Mereka terlalu lemah. Dia membutuhkan tantangan yang sesungguhnya.

Setelah berjalan selama satu jam, dia menemukannya.

Di sebuah tanah terbuka kecil, seekor binatang besar sedang mengunyah akar pohon besar.

Itu adalah Babi Hutan Bertaring Besi.

Itu adalah binatang roh Tingkat Lima, seukuran kereta kecil. Kulitnya tebal dan berlapis-lapis seperti baju zirah, dan dua gading besar yang menonjol dari rahang bawahnya berkilauan dengan cahaya logam redup. Binatang ini terkenal di antara para pemburu karena satu hal: pertahanannya yang konyol.

Itu adalah target yang sempurna untuk menguji kekuatan serangan barunya.

Chen Kai melangkah keluar dari balik pepohonan.

SNORT!

Babi hutan itu langsung mendeteksi dia. Matanya yang kecil dan merah menatap Chen Kai dengan kebencian murni. Sebagai binatang roh Tingkat Lima, ia adalah raja di bagian luar hutan ini.

ROOOAR!

Ia tidak menunggu. Ia menundukkan kepalanya dan menyerang. Tanah bergetar di bawah kakinya yang berat. Gading besinya mengarah lurus ke dada Chen Kai, bertujuan untuk menusuknya.

Chen Kai tetap diam.

Dia menunggu sampai babi hutan itu hanya berjarak lima meter.

Lalu, dia bergerak.

Dia tidak menghindar. Dia juga tidak mundur.

Dia melangkah maju. Dia menyalurkan Qi ke seluruh tubuhnya, menambatkan dirinya ke tanah. Pedang Bayangan di tangannya terasa berat, seolah-olah itu adalah palu perang.

"Teknik Pedang Gunung Runtuh... Jurus Pertama: Hantaman Batu Ganda!"

Dia menebas ke bawah, mengincar kepala lapis baja babi hutan itu.

CLAAAAANG!

Suara benturan logam yang memekakkan telinga bergema di hutan.

Babi hutan itu menjerit kesakitan yang melengking. Serangannya terhenti total.

Pedang Chen Kai telah mengenai tepat di antara kedua mata babi hutan itu. Gadingnya hanya beberapa inci dari perut Chen Kai.

Chen Kai merasakan getaran hebat menjalari lengannya, membuatnya mati rasa. Kekuatan binatang Tingkat Lima itu sangat besar. Tapi dia tidak mundur satu langkah pun.

Babi hutan itu, di sisi lain, terlempar ke belakang beberapa inci. Sebuah retakan dalam, meskipun tidak fatal, telah muncul di tengkorak lapis bajanya. Darah mengalir dari luka itu.

Babi hutan itu meraung marah dan kaget. Itu tidak mengerti bagaimana 'makanan' kecil ini bisa menghentikan serangannya dan melukainya.

Ia menyerang lagi, kali ini mengayunkan kepalanya dengan liar, mencoba menggunakan gadingnya untuk mengoyak Chen Kai.

Tapi Chen Kai sudah pergi.

"Terlalu lambat," bisiknya.

Dia menggunakan 'Langkah Bayangan'. Dia muncul di sisi babi hutan itu, Pedang Bayangannya menebas lagi.

SLASH!

Sebuah luka dalam muncul di panggul binatang itu.

ROAR!

Babi hutan itu berputar, tapi Chen Kai sudah berada di sisi lain, menebas lagi.

Pertarungan itu sepihak. Itu adalah tarian kematian. Babi hutan itu memiliki kekuatan dan pertahanan, tetapi tidak bisa menyentuh Chen Kai, yang bergerak seperti hantu. Dalam satu menit, binatang raksasa itu dipenuhi dengan lusinan luka.

Akhirnya, babi hutan itu mulai melambat. Ia kehabisan darah. Ia tahu ia telah bertemu lawannya.

Chen Kai berhenti di depannya, Pedang Bayangannya meneteskan darah.

"Sekarang, mari kita akhiri ini."

Babi hutan itu mengumpulkan kekuatan terakhirnya untuk satu serangan putus asa.

Chen Kai menyalurkan Qi-nya sekali lagi, kali ini lebih banyak. Dia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi.

"Hantaman Batu Ganda!"

Dia menebas lurus ke bawah pada retakan yang dia buat di awal pertarungan.

KRAKKK!

Kali ini, tidak ada perlawanan. Pedang Bayangan itu menembus tengkorak babi hutan itu seperti pisau panas menembus mentega.

Binatang raksasa itu ambruk ke tanah, mati.

Chen Kai berdiri di atas bangkainya, dadanya sedikit naik turun. Dia tersenyum.

Dia memanen inti roh Tingkat Lima, gading besi (yang berharga bagi penempa), dan kulitnya yang tebal.

Dia melihat ke kedalaman hutan yang lebih gelap.

"Satu," katanya pada dirinya sendiri.

Hutan Binatang Roh bukan lagi tempat persembunyian. Itu adalah tempat latihannya. Dan tempat berburunya.

1
Dinata Tea
kuatkannnnnnnn🔥🔥🔥🔥
Dinata Tea
bantaiiiii🔥🔥🔥🔥
Dinata Tea
kuatkannnnn🔥🔥🔥🔥
Aisyah Suyuti
good
Abil Amar
mkin lm mkin sdkit upnya awl2 aj 1hri upnya 10cerit tp mkin ksni upny cum 1 kdang 2 cerit
Choky Ritonga
harusnya chen Long membunuh adiknya chen kay 😄✌✌ jadi ceritanya lebih seruuu, asik melihat sombongnya chen kay 😁 iya kwn author, tapi kamu buat novel pasti sdh bb baca ceritanya, sebelum di taruh di NT😄
Choky Ritonga
harusnya chen Long, membunuh adiknya chen kau 😁 biar dia sampai mati mnyesal ketololannya 😁😁😁
Eliest R@di
hebat
Nanik S
Maaaantaaaap Pooooll👍👍👍
Nanik S
Libas semua dan tinggal Jian Chen
Hardware Solution
keren banget
saniscara patriawuha.
gassssd polllll lahhh manggg otorrrr
Anwar Kewer
mantab thor...ttp semangat 😍😍😍
Nanik S
Maaantaaaap Pooool
Nanik S
Maju sekalian kalau mau dibantai
Nanik S
Kakak beradik sama sama Jenius
Didit Nur
Kokop Gann 😘
soegiman aja
👍👍👍👍👍
Aman Wijaya
joooooss joooooss pooolll lanjut terus Thor semangat dalam berkarya dan sehat selalu
Aman Wijaya
top top markotop
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!