Setelah kedua orang tuanya meninggal, Amy pindah ke Bordeaux -sebuah kota Indah di Prancis, dan berteman dengan Blanche Salvator yang ternyata merupakan anak dari seorang Mafia paling di takuti bernama Lucien Beaufort.
Dengan wajah yang karismatik, mata biru dan rambut pirang tergerai panjang, Lucien tampak masih sangat muda di usia 35 tahun. Dan dia langsung tertarik pada Amy yang polos. Dia mendekati, merayu dan menggoda tanpa ampun.
Sekarang Amy di hadapkan pilihan : lari dari pria berbahaya yang bisa memberinya segalanya, atau menyerah pada rasa yang terus mengusiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Janji Lucien.
Udara sore di Bordeaux terasa dingin dan beraroma anggur. Saat Amy berjalan di samping Lucien, dadanya berdebar-debar bukan karena jalan kaki, tapi karena cerita yang selama ini dia tutup rapat yang harus dia sampaikan dan... pria di sebelahnya.
"Kita hampir sampai," ucap Amy, mencoba memecah kesunyian.
Lucien hanya mengangguk singkat, matanya yang biru teduh memandang lurus ke depan. Beberapa kali Amy meliriknya. Dalam kemeja linen putih sederhana dan celana chino, Lucien terlihat begitu santai namun sempurna. Terlalu sempurna. Seperti patung dewa Yunani yang memutuskan turun ke bumi untuk menikmati kopi.
Aura itu, bagaimanapun, tidak luput dari perhatian orang lain. Beberapa wanita yang mereka lewati langsung berbisik-bisik, pipi memerah, dengan tatapan penuh kekaguman. Amy bisa menangkap gumaman, "Mon Dieu, il est magnifique!"(Ya Tuhan, dia sangat tampan.) Amy mengangguk –setuju. Tak bisa Amy pungkiri, Lucien memang sangat sempurna, baik tubuh atletis nya, wajahnya, bahkan ciumannya. Astaga, tiba-tiba Amy teringat kejadian semalam di dapur dan di atas sofa cabana, dan spontan pipinya berubah warna –merona.
Namun, reaksi para pria justru kontras berbanding terbalik. Seorang pria gagap yang tadinya sedang asyik merokok tiba-tiba tersedak melihat Lucien, membuang rokoknya, dan melesat masuk ke toko terdekat. Dua pria lainnya yang tampak "berbadan besar" tiba-tiba menjadi "kecil", memutar arah 180 derajat dengan wajah pucat pasi.
Amy hampir tersenyum. Bayangkan, pria yang berjalan santai di sampingnya ini adalah Lucien Beaufort, mafia paling ditakuti di Bordeaux. Dan Amy berjalan santai di sampingnya. Amy bahkan tidak tau apa yang tengah dia rasakan saat ini, berdebar-debar karena bangga atau takut. Entahlah.
>>>
Akhirnya, Amy melihat plang restoran yang menjadi tujuannya, Le Petit Nid.
Restoran yang Amy pilih adalah sebuah bistro cozy bernama Le Petit Nid. Suasana di dalamnya hangat dan intim, dengan dinding batu ekspos dan lampu-lampu tembaga yang memancarkan cahaya keemasan. Meja-meja kayu tua yang kokoh dihiasi taplak kain kotak-kotak merah putih. Di udara, tergantung aroma bawang putih, herbes de Provence, dan daging panggang yang menggugah selera.
Saat Lucien masuk, sebuah keheningan sesaat menyapu ruangan. Pemilik restoran, seorang bapak tua berperut buncit, langsung tercekat. Matanya terbelalak, tapi kemudian digantikan dengan senyum sopan yang agak kaku.
"B-Bonsoir, Monsieur Beaufort! Kehormatan bagi kami!" katanya sambil buru-buru menyodorkan menu terbaik.
Mereka dipersilakan ke booth paling privat di sudut, dekat jendela yang menghadap ke jalanan berbatu.
Lucien mempersilakan Amy duduk lebih dulu dengan gestur gentleman, sebelum kemudian duduk di seberangnya. Kontras sekali antara sikapnya yang kalem dengan ketakutan yang ditimbulkannya.
Seorang pelayan muda mendekat, tangannya gemetar memegang notepad. "J-Je vous écoute, Monsieur, Mademoiselle."
Amy memesan Confit de Canard dengan kentang gratin. Lucien, dengan suara rendah yang tenang, memesan Entrecôte Steak matang medium dan segelas anggur Bordeaux merah.
"Jadi," Lucien memulai, jari-jarinya yang panjang mengetuk-ngetuk meja kayu dengan lembut. "Siapa pria sialan itu!"
“Dia… namanya Jonathan, dia adalah teman almarhum Papa dan seorang pengacara…” ucap Amy terbata.
Lucien mengangkat satu alis. "Oh? Kau menyukai teman Papamu? Mengejutkan!”
“Diam! Jangan memotong ucapanku!” ketus Amy –kesal. Kenapa sih, Lucien selalu menghubungkan Om Jo sebagai kekasih atau mantan pacar Amy? Dia gila ya! memangnya selera Amy se-rendah itu!
Lucien terdiam sambil menatap Amy, shock dengan ucapan Amy yang sangat berani padanya, pada Lucien Beaufort si mantan mafia yang paling ditakuti di kota ini!
Lucien berdehem beberapa kali sambil melirik beberapa pelayan yang juga mematung di belakang meja bar, mereka tampak pucat karena terkejut dengan keberanian Amy, bahkan salah satu dari mereka ada yang membuat tanda salib di tubuhnya dan mencium kalung berbandul salib miliknya –mendoakan Amy agar selamat dari amukan Lucien.
Lucien merasa seperti tak ada harga dirinya lagi, tapi karena Amy yang melakukannya, dia akan memaafkannya, entahlah kalau orang lain, mungkin kepalanya sudah berlubang oleh peluru.
“Aku pernah cerita, kan? Kalau orang tuaku baru saja meninggal?” lanjut Amy. Lucien mengangguk beberapa kali masih sambil menatap Amy.
“Dia adalah pengacara yang dipercaya oleh Papa untuk mengurus semua warisan Papa, tapi dia mengkhianati Papaku dan menginginkan semua harta keluargaku agar bisa menjadi miliknya,” Amy terdiam sejenak, berdehem beberapa kali –mengumpulkan kekuatan untuk kembali bercerita.
“Aku terusir dari rumahku sendiri, dan akhirnya terdampar di sini…” Amy tersenyum –senyum kaku untuk menyembunyikan lukanya.
Lucien menarik napas dalam, lalu menggenggam jemari Amy –menguatkannya.
“Di surat wasiat Papa, semua aset perusahaan dan harta keluargaku, bisa ku dapatkan setelah umurku 20 tahun, tapi sepertinya, mereka nggak akan membiarkan aku berumur sampai dua puluh tahun. Buktinya, baru beberapa minggu aku di sini, Jonathan gila itu sudah datang dan meminta tanda tanganku agar aku mau menyerahkan separuh saham perusahaanku padanya!”
Saat Amy menjelaskan, makanan mereka tiba. Lucien sempat melotot kesal karena cerita Amy terganggu, tapi dia menahannya karena Amy langsung meremas jemari Lucien agar dia tak marah.
Si pelayanan muda yang mengantar makanan, sempat memucat karena melihat perubahan rona wajah Lucien. Setelah dia meletakkan semua makanan di meja, dengan secepat kilat dia pergi -menjauh -menyelamatkan diri.
Confit de Canard Amy tampak sempurna; kulit bebek yang renyah dan daging yang begitu empuk hingga lepas dari tulangnya. Kentang gratinnya berlapis-lapis, gurih, dan penuh dengan krim. Amy yang awalnya tak begitu lapar, tentu saja tak bisa menahan godaan dari makanan lezat yang ada di depannya itu.
Steak Lucien pun terlihat sempurna, tebal dan beraroma, dengan grill mark yang cantik.
Lucien memotong steaknya dengan presisi sempurna, sebuah tindakan biasa yang tiba-tiba terlihat sangat sensual. Dia melakukannya dengan tenang, lalu menyuapkan sepotong daging ke mulutnya.
"Jadi… dialah orang yang membuatmu ingin membawa pistolku ke negaramu?” salah satu sudut bibir Lucien terangat, dia tersenyum miring dan terlihat menyeramkan namun juga sangat tampan, “Kenapa kau tidak memanfaatkan aku?” ucapnya sambil menatap Amy dengan lembut.
“Eh? Maksudnya?” bingung Amy.
Dengan suara rendah dan bergetar—Lucien tertawa. Itu bukan tawa terbahak-bahak, tapi sebuah suara yang hangat dan dalam, seperti matahari yang mencairkan salju.
“Aku Lucien Beaufort, sayang. Aku bisa melakukan apapun untukmu. Bahkan membunuh lalat yang terbang di negaramu sekalipun," ucap Lucien sambil menancapkan pisaunya ke atas daging steak.
Mata Amy sempat membola, dia bahkan menelan salivanya lalu tersenyum, “tidak… mati terlalu bagus untuk mereka. Aku ingin mereka merasakan kehilangan semuanya! Itu pasti rasanya lebih sakit dari kematian!” ucap Amy tegas.
Lucien tersenyum lagi, lalu mengulurkan tangannya, tidak untuk berjabat, tapi untuk dengan lembut menghapus sedikit saus dari sudut bibir Amy dengan serbetnya. Sentuhannya singkat, tapi membuat seluruh tubuh Amy bergetar.
“Saat ini… aku merasa… bahwa kau benar-benar sudah menjadi bagian dari diriku, madame Beaufort,” ucap Lucien bangga. “Cara berpikirmu, sikapmu, semuanya, sudah menunjukkan dengan jelas bahwa kau pantas menyandang nama Beaufort di belakang namamu, sayang…”
“Kau tenang saja, aku akan membantumu membereskan semua masalah ini. Kau akan mendapatkan semua yang sudah seharusnya menjadi milikmu, tanpa kecuali!” janji Lucien.
🤔🤔🤔🤔🤔
Semua akan indah pada waktunya..
Karma tidak akan salah tempat..
❤️❤️❤️❤️❤️
Jangan beri kesempatan pada lintah penghisap darah!!!
💪💪💪💪💪❤️❤️❤️❤️❤️