Ini adalah kisah Guru Spiritual dan Seorang Duyung yang mencoba menerobos perbudakan melalui segala macam kesulitan dan bahaya. akhirnya menjadi sebuah keluarga dan bergandengan tangan untuk melindungi rakyat jelata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 29
Jesly membenahi bajunya. "Sudah hentikan, Albert. Sudah cukup." Jesly menghilangkan awan mendung. Sungguh ia merasa malu tetapi Albert tidak merasa malu sedikitpun malah seperti menikmatinya.
"Apa kamu sangat senang dan tersentuh?" Tanyanya polos dengan senyuman mengembang.
"Albert, sebenarnya ada banyak cara bagi kekasih untuk terlihat romantis. Mandi bukan satu-satunya cara."
"Lalu.. apa yang kamu suka?"
Di luar goa Lily dan Carly yang semula berdiri di pintu goa kini sudah berpindah berada di atas pohon samping goa. 'Karena Jesly akan berbohong lagi pada Albert, lebih baik menjadi nyata. Beberapa buku mengatakan hubungan yang ditakdirkan selama 100 tahun akan membuat mereka tidur di atas bantal yang sama. Cara terbaik adalah..'
"TIDUR BERSAMA!" Teriak Lily kencang hingga terdengar sampai dalam goa.
Jesly terkejut mendengar teriakan Lily. "Aaiiihhh..." Lirihnya.
"Oouuhhh..." Albert mengerti apa yang dimaksud Lily.
Carly memukul Lily dengan tangkai daun kecil. "Jangan memberi saran yang tidak diinginkan."
Lily cemberut menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Betulkah?" Tanya Albert girang menatap Jesly.
"Ee-iyaa. Aku paling suka tidur. Kemari." Jesly menarik tangan Albert mengajaknya tidur bersama.
"Kamu tidur sebelah sini dan aku tidur di sebelah sana. Pejamkan mata dan menikmati mimpi itu adalah favorit ku." Jesly naik ke bebatuan besar datar yang beralaskan dedaunan kering.
"Baiklah. Jika kamu menyukainya aku pun juga." Albert membuang handuk kecil tersebut dan menyusul rebahan di samping Jesly.
Lily dan Carly sibuk mengintip di pintu goa. Lily bergelendotan pada Carly. "Aaiiihhh..." Carly merasa tidak nyaman. "Kupu-kupu kecil, kamu dapat di andalkan pada saat kritis seperti ini."
"Ahh, tidak. Apa kamu bisa mendengar sesuatu? Aku tidak bisa mendengar apapun. Ayoo masuk dan lihat. Melihat mereka tidur bersama atau tidak." Lily penasaran apa yang terjadi didalam.
"Baru saja aku memujimu tapi kamu sudah menjadi konyol lagi. Semuanya akan terjadi dan ini akan berhasil. Baiklah, ayoo pergi." Carly menarik tangan Lily agar pergi dari sana.
"Tidak! Aku akan pergi kemana? Kamu ingin pergi? Aku akan di sini menunggu Jesly."
"Kamu akan di sini sendirian. Ya sudah, aku akan kembali pada Xenia." Carly pergi untuk menemui kekasihnya.
Lily maju beberapa langkah dengan mengendap untuk mengintip apa yang sedang terjadi di dalam sana.
Jesly gelisah, tidak bisa tidur. 'Aku tidak pernah menyangka. Aku yang seorang ahli spiritual Kerajaan Vielstead bisa kacau hanya gara-gara dengan seorang ikan duyung.' batin Jesly. Ia menoleh ke samping.
"Albert," panggilnya namun tidak ada sahutan. "Kamu tertidur dengan cepat."
Jesly mengamati wajah tampan Albert. Senyuman manis menghiasi wajah cantiknya. "Kamu ikan yang sangat tampan." Pujinya lalu ia ikut memejamkan mata untuk tidur.
Albert membuka matanya memandang wajah cantik Jesly yang bersinar, tersenyum senang mendengar pujian Jesly. Ia kembali memejamkan matanya.
.
.
.
Carly merapikan tempat tidur Xenia sebelum tidur. Ia tertawa kecil sembari merapikannya.
Xenia merasa heran dengan Carly yang tertawa-tawa sedari tadi. Ia yang sedang memakan sup ikan merasa terusik.
"Apa yang kamu tertawakan? Apa kamu memikirkan Jesly dan duyung itu?" tanya Xenia dengan ketus.
Carly berbalik, duduk. "Kuberi tahu, ikan itu terlihat konyol tapi sebenarnya dia sangat pintar. Dia dapat menyimpulkan hal-hal lain dari satu fakta."
"Jauhkan dirimu dari itu!"
Carly tersenyum, berdiri dan mendekati kekasihnya. "Xenia, kamu selalu sendirian tapi kali ini kamu punya sekutu. Jadi aku harus melakukan sesuatu."
Xenia berhenti makan dan memandang Carly dalam. "Ngomong-ngomong, Xenia, malam ini dingin. Luka di punggungmu pasti sakit lagi. Biarkan aku menghangatkan mu, okey?"
Xenia mengangguk. "Ayoo!" Carly mengambil mangkuk di tangan Xenia dan meletakkannya di meja. Ia memapah Xenia ke kasur.
Xenia hendak melepaskan sandalnya. "Biarkan aku yang melakukannya." Ucap Carly membuat Xenia tersenyum.
Xenia membaringkan tubuhnya. Carly menyelimutinya hingga batas dada. Ia kemudian berubah menjadi seekor kucing hitam dan naik ke atas kasur. Xenia memeluknya untuk meredakan aura dingin pada saat tidur. Dengan begitu, Carly menyerap aura dingin tersebut dengan spiritualnya.
'bisakah dia menghangatkan tubuhnya dengan seekor ikan?' ucap Carly dalam hati.
.
.
.
Jesly kedinginan dalam tidurnya. Ia meringkuk dalam kedinginan seperti sedang berada di tengah-tengah badai salju tanpa pakaian yang tebal. Tubuhnya juga memucat, tangan dan wajahnya terdapat sedikit salju yang artinya sangat dingin.
Albert terbangun, ia merasakan ada yang aneh. Ia melihat Jesly menggigil seperti kedinginan. "Jesly," Albert membalikkan tubuh Jesly. Ia melihat luka di tangan Jesly yang tampak bereaksi sehingga membuat Jesly menggigil kedinginan.
Ia pun langsung memeluk Jesly dan menyerap energi dingin itu ke tubuhnya dan menyalurkan energi hangat pada tubuh Jesly. Ia tidak akan membiarkan Jesly merasa kesakitan. Demi itu ia rela mengorbankan dirinya demi kehangatan Jesly.
Perlahan tubuh Jesly menghangat dan energi dingin semakin menghilang berpindah ke tubuh Albert. Tubuh Jesly tidak menggigil seperti tadi dan tertidur dengan tenang.
.
.
.
Keesokan harinya...
Salah satu prajurit melapor pada Sisy. "Apa? Jesly diam-diam menyelinap masuk ke Goa Refleksi beberapa kali saat masa hukuman?"
"Iya. Dan sepertinya Master Jesly dekat dengan duyung itu."
"Kenapa anda melaporkan ini terlambat?"
"Saya.. Saya melihatnya secara tidak sengaja. Saya tidak melihatnya dengan jelas. Jadi, saya takut memberi tahu Tuan Muda. Tetapi saya juga tidak nyaman menyimpan ini. Silahkan anda memberi keputusan."
Sisy mengepalkan tangannya erat. Gigi gerahamnya gemeletuk.